Bahkan Presiden RI mengimbau masyarakat untuk segera mengganti julukan WNI eks ISIS menjadi ISIS eks WNI.
Sebutan tersebut menegaskan jika kini WNI yang memutuskan bergabung dengan ISIS tersebut telah dianggap tidak lagi menjadi warga negara Indonesia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD membenarkan keputusan tersebut memiliki dasar hukum yang kuat.
"Menurut Undang-undang orang kehilangan status kewarganegaraannya dengan beberapa alasan, antara lain ikut dalam kegiatan tentara asing. Itu menurut Undang-undang (Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan) pasal 23 ayat 1 butir d," terang Mahfud seperti yang dikutip dari Kompas.com, pada Sabtu (15/2/2020).
Meskipun demikian, pemerintah membuka opsi untuk memulangkan anak ISIS eks WNI dan teroris lintas batas (FTF).
Meskipun dalam pelaksanaannya masih perlu adanya pengkajian lebih mendalam sebelum keputusan benar-benar dilaksanakan.
"Anak-anak di bawah 10 tahun akan dipertimbangkan tapi case by case. Ya lihat saja apakah ada orangtuanya atau tidak, yatim piatu (atau tidak)," ujar Mahfud seperti yang dikuti dari Kompas.com.
Baca: Jokowi Pakai Istilah ISIS eks WNI, Bukan WNI eks ISIS : Bukan Tanggung Jawab Pemerintah
Baca: Pemerintah Tak Akan Pulangkan WNI Eks ISIS Maupun FTF, Begini Nasib Anak-anak Mereka Nantinya
Dalam wawancara wartawan BBC, Quentin Sommerville, seorang anak ISIS eks WNI, Nada Fedulla, menceritakan kisah awal mula dirinya bisa terjebak di Suriah.
Dalam wawancara tersebut Nada didampingi oleh sang nenek.
Dirinya, dan sang nenek pertama kali dibawa ke Suriah oleh sang Ayah pada 2015 lalu.
Awalnya Nada dan sang nenek tak mengetahui kemana sang Ayah membawa kedua perempuan tersebut.
Sesampainya di Suriah, Nada mengungkap jika dirinya kerap dipaksa oleh pasukan ISIS untuk bagian tubuh manusia yang berhasil mereka bunuh.
Padahal Nada pada saat itu pergi ke sarana umum sepeti pasar atau supermarket.
Tentu saja hal tersebut membuatnya menjadi takut.
Ketika menceritakan hal tersebut Nada tampak tak menunjukkan ekspresi yang emosional.
Namun berbanding terbalik ketika Quentin Sommerville menanyakan tentang sang Ayah dan mimpi Nada sebagai seorang dokter.
"Seorang yang bertanggung jawab atas kondisi Nada sekarang ini, yang membawa kamu ke Suriah, sekaligus merampas impian kamu sebagai dokter, adalah Ayah?" tanya Quentin Sommerville.
"Ya," jawab Nada sedih.
Nada mulai menitikkan air matanya.
Quentin Sommerville kemudian menanyakan apakah Nada bisa memaafkan sang Ayah.
Dengan tangis dan suara tercekat, Nada mengaku telah memaafkan sang Ayah.
Nada memaklumi kekhilafan sang Ayah karena saat ini pun baik dirinya, sang nenek dan sang Ayah tak bisa berbuat banyak.
"Ya, semua orang bisa khilaf (melakukan kesalahan yang tak disengaja), Ayah pun juga manusia biasa," jawab Nada.
"Ayah juga sudah meminta maaf padaku atas apa yang dia lakukan (membawanya ke Suriah). Ayah juga telah melakukan segala upaya untuk memperbaiki kesalahannya, namun dia juga tak bisa berbuat banyak, karena dia sekarang berada di penjara" lanjut Nada.
Nada selalu menyimpan erat keinginannya untuk kembali pulang dan bisa belajar seperti sedia kala di Indonesia.
"Kami akan sangat berterima kasih jika ada orang yang bisa memaafkan dan menerima kami kembali," tutup Nada.
Ketika dikonfirmasi oleh BBC, Aref Fedulla, ayahanda Nada memberikan keterangannya.
Dirinya mengakui bahwa membawa keluarganya ke Suriah adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
"Tapi ini bukan hanya kesalahan normal, kamu bergabung dengan organisasi teroris yang telah membunuh Kurdi, Arab, mencuri wilayah teritorial negara lain. Rumah yang kamu tinggali itu mencuri milik orang lain," cecar Quentin Sommerville.
"Oleh karena itu kita di sini (pengadilan) sekarang tanpa ada kepastian hukum apapun, ada yang sudah tinggal 2-4 tahun di sini," jawab Aref Fedulla.
Ketika ditanya mengenai adakah kemungkinan Indonesia memiliki keharusan untuk membawa Aref dan keluarganya kembali, dirinya mengaku tak tahu menahu.
"Saya tak tahu, tidak ada satupun pihak yang menemui dan berbicara pada saya (mengenai apakah kami bisa pulang atau tidak)."
Baca: Pemuda Anggota ISIS Ini Dilaporkan Tangkap dan Eksekusi Mati Ibu Kandungnya Sendiri
Baca: WNI Eks ISIS Bongkar Perlakuan Tak Manusiawi ISIS: Wanita Jadi Pabrik Anak, Banyak Buat Janji Palsu
Baca: Terkait Pemulangan Anak-anak dari Eks Teroris ISIS, Pakar Hukum Minta Pemerintah Tunggu Putusan PBB