Pemuda Anggota ISIS Ini Dilaporkan Tangkap dan Eksekusi Mati Ibu Kandungnya Sendiri

Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemuda anggota ISIS berusia 21 tahun ini tega menangkap dan mengeksekusi mati ibu kandungnya sendiri.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemuda anggota ISIS ini menangkap dan mengeksekusi mati ibu kandungnya sendiri.

Seorang pemuda berusia 21 tahun yang diidentifikasi bernama Ali Saqr tega melakukan hal yang kejam.

Pemuda yang disebut-sebut merupakan anggota Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) tersebut menangkap dan mengeksekusi mati ibunya sendiri, Lena al-Qasem.

Menurut sejumlah saksi mata dari informasi yang dihimpun BBC, perempuan 45 ini dieksekusi di depan umum di satu daerah terbuka di Raqqa, Suriah.

Apa alasan Ali Saqr hinga tega menghabisi nyawa ibunya sendiri?

Baca: WNI Eks ISIS Bongkar Perlakuan Tak Manusiawi ISIS: Wanita Jadi Pabrik Anak, Banyak Buat Janji Palsu

Baca: Terkait Pemulangan Anak-anak dari Eks Teroris ISIS, Pakar Hukum Minta Pemerintah Tunggu Putusan PBB

Dua lembaga kemanusiaan, The Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) dan Raqqa is Being Slaughtered Silently (RIBSS), melaporkan bahwa peristiwa tragis ini berawal dari permintaan Lena al-Qasem agar Ali Saqr meninggalkan ISIS.

Perempuan ini menyebut bahwa koalisi Amerika Serikat dan Eropa akan menghabisi ISIS dan demi keselamatan Ali Saqr.

Sang ibu meminta anaknya untuk keluar dari Raqqa bersamanya.

Dipapar SOHR dan RIBSS pula, bahwa kemudian Ali Saqr memberitahukan permintaan ini pada pemimpin atau atasannya di ISIS, dan ia mendapatkan perintah untuk menangkap dan membunuh ibunya karena tudingan telah berkhianat dan murtad.

Ali Saqr melakukan perintah ini dengan sangat dingin.

Ia mendatangi kantor pos tempat ibunya bekerja, menyeretnya ke jalan, lantas menembaknya di depan banyak orang.

Algojo ISIS (Twitter via Intisari Online)

ISIS, menurut SOHR yang dilansir CNN, ditengarai telah mengeksekusi lebih dari 2.000 orang dengan tudingan melakukan pengkhianatan, murtad, perdukunan, serta aktivitas seksual ilegal (perzinahan), termasuk praktik-praktik homoseksualitas.

Mereka juga mengeksekusi individu atau kelompok yang memiliki perbedaan pandangan politik dan filosofi ideologi.

Sebelumnya, ISIS juga mengeksekusi Ruqia Hassan, perempuan 30 tahun.

Ruqia Hassan, dalam reportasenya sebagai jurnalis warga (citizen journalist), mengupas perihal kehidupan keseharian warga di Raqqa.

Lewat akun media sosial miliknya, Nissan Ibrahim, ia menggambarkan betapa buruk kehidupan di kota ini sejak ISIS berkuasa.

Ruqia Hassan dianggap pengkhianat, mata-mata kafir, dan karenanya telah menjadi kafir.

Ia ditangkap dan dieksekusi di depan umum dengan cara dipenggal. 

Ilustrasi ISIS (Twitter/of_crowned)


Baca: Curahan Hati Anak Indonesia Eks ISIS di Suriah: Ada Serangan Roket, Aku Lari, Ortuku Meninggal

Baca: Pemerintah Tak Akan Pulangkan WNI Eks ISIS Maupun FTF, Begini Nasib Anak-anak Mereka Nantinya

Algojo ISIS Ini Mengaku Telah Penggal Lebih dari 100 Kepala Manusia, Per Kepala Dibayar Rp 172 Juta

Algojo ISIS ini mengaku telah memenggal lebih dari 100 kepala manusia, per kepala dibayar Rp 172 juta.

Dilansir oleh Dailystar, dia adalah pejuang ISIS kelahiran Belgia, Anouar Haddouchi, dijuluki 'algojo Raqqa'.

Julukan tersebut didapatkannya karena telah memotong lebih dari 100 kepala manusia.

Selama melakukan pemenggalan dia mengaku telah mendapatkan komisi hingga 10.000 poundsterling atau sekitar Rp172 juta per kepala.

Menurut keterangan Het Laatste Nieuws, Haddouchi ditangkap ketika bersama istrinya Julie Maes oleh pasukan milisi Kurdi di Suriah.

Pasangan itu ditangkap, setelah pertempuran untuk kubu ISIS terakhir di Baghouz.

Het Laastste mengatakan belum diketahui apakah Haddouchi akan diadili di Suriah, Belgia, atau Prancis karena diduga terlibat dalam serangan di Brussels dan Prancis.

Jika kemungkinan diadili di Irak, tersangka mungkin akan mendapatkan hukuman mati.

Inilah sosok pria yang diklaim adalah Anouar Haddouchi. (Dailystar)

Pria 35 tahun itu, berbasis di Birmingham Inggris sampai 4 tahun sebelum pindah ke Suriah dan berperan sebagai algojo ISIS.

Selama kariernya sebagai algojo dia mengaku telah memenggal lebih dari 100 kepala di alun-alun pasar pusat kota di Raqqa.

Menurut BBC, Haddouchi dan istrinya bergabung dengan ISIS pada September 2014.

Setelah mereka meninggalkan Birmingham, pasangan itu meninggalkan kredit pajak di perumahannya di Birmingham.

Rumah itu kemudian diserahkan kepada Mohamed Abrini dari Belgia-Maroko.

Abrini sendiri juga salah satu kelompok teror yang terlibat dalam serangan Paris 2015 yang menewaskan 130 orang.

Sejauh ini, algojo Haddouchi telah dipenjara selama tiga tahun karena membantu aksi terorisme.

Haddouchi kemungkinan akan menghadapi dakwaan di Belgia, setelah para penyelidik mengkalim dia adalah bagian dari sel ISIS di Brussels yang merencanakan bom bunuh diri 2016 silam.

Baca: Algojo ISIS Ini Mengaku Telah Penggal Lebih dari 100 Kepala Manusia, Per Kepala Dibayar Rp 172 Juta

Baca: Komisioner Komnas HAM Sebut Tak Ada Islamofobia di Indonesia, Masyarakat Siap Terima WNI Eks ISIS

(Serambinews)(TRIBUNNEWSWIKI.COM/ Abdurrahman Al Farid)



Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer