Dalam forum di Dewan Keamanan PBB, Danny Danon menjawab pernyataan Mahmud Abbas dengan menyebut bahwa (Abbas) menghalangi jalannya solusi (yang sedang digalakkan Trump).
Danny Danon meminta Abbas untuk menurunkan egonya dan mengikuti upaya perdamaian yang sedang dijalankan.
"Saat ia (Abbas) mengalah, maka Israel dan Palestina dapat bergerak maju," kata Danon, dilansir AFP, Selasa (11/2/2020).
Danny juga menganggap Abbas justru menyalahkan 'kurangnya kemajuan' di Israel.
"Dia (Abbas) mencoba untuk menyalahkan kurangnya kemajuan di Israel. Mengeluh daripada menginisiasi bukanlah bentuk pemimpin," kata Danny sembari menyerukan orang-orang Palestina agar menemukan solusi yang realistis.
Baca: Desak PBB Batalkan Rencana Damai Palestina-Israel Versi Trump, Mahmud Abbas : Itu Tak Bertahan Lama
Upaya perdamaian Israel-Palestina yang dikeluarkan Presiden AS, Donald Trump ini sempat menimbulkan polemik di Palestina.
Kendati Danny Danon menganggap Abbas menghalangi upaya perdamaian, Presiden Palestina ini memperoleh dukungan dari mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert.
Ehud Olmert menyebut bahwa setiap negosiasi (Israel-Palestina) perlu melibatkan pemimpin Palesina.
Menilai Abbas, Ehud Olmert menyebut, "Dia adalah orang yang damai, dia menentang teror, itulah mengapa dia satu-satunya mitra yang dapat kita ajak kerjasama," kata Olmert, seorang politikus berorientasi 'tengah' yang menjabat perdana menteri Israel tahun 2006-2009.
Baca: Donald Trump Umumkan Perdamaian Palestina Israel, Netanyahu Sebut AS Teman Baik, Abbas Menolak
Presiden Palestina, Mahmud Abbas mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) untuk menolak rencana perdamaian di Timur Tengah yang dikeluarkan Presiden Donald Trump.
Penolakan Mahmud Abbas pada Selasa (11/2) beranggapan bahwa cara Donald Trump dapat memecah tanah Palestina dan tidak akan pernah membawa perdamaian yang sesungguhnya.
Di hadapan DK PBB, Mahmud Abbas terlihat mengangkat sebuah peta besar masa depan Palestina seperti yang dikeluarkan Trump.
Diwartakan AFP, Abbas menyatakan bahwa pembagian wilayah tersebut hanya merupakan kesepakatan 'swiss cheese' semata yang hanya akan membuat Palestina menjadi 'negara terfragmentasi' belaka tanpa kendali atas wilayah udara, teritorial lautan atau di Yerusalem Timur.
"Siapa di antara kalian yang mau menerima keadaan seperti itu?" tanya Abbas.
Abbas juga memperingatkan bahwa Israel dapat menciptakan situasi 'apartheid' jika terus melangkah dengan proses aneksasi.
"Saya ingin mengatakan kepada Donald Trump bahwa apa yang ia rencanakan tidak dapat mencapai perdamaian dan keamanan karena membatalkan legitimasi internasional," kata Abbas.
"Jika kamu memaksakan perdamaian, maka itu tidak akan bertahan lama, itu tidak bisa bertahan lama," tambah Abbas.