Meningkatnya pasien sembuh ini seiring dengan juga meningkatnya jumlah korban meninggal yang mencapai 1.115 pasien di wilayah China.
Data dari Komisi Kesehatan Nasional China yang dilansir South China Morning Post (SCMP), Rabu (12/2/2020), ini juga mengakumulasi keseluruhan data pasien yang terinfeksi mencapai 45.168 orang.
Sementara itu korban meninggal dunia di luar China sampai saat ini masih terhitung dua orang, di Filipina dan Hong Kong.
Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), lebih dari 20 negara dikonfirmasi telah terpapar virus corona.
Pemerintah China, dalam pengumuman resminya, mengatakan sangat membutuhkan peralatan medis seperti masker bedah, pakaian pelindung, dan kacamata medis.
Komite Politbiro Partai Komunis China menyerukan untuk segera diadakan perbaikan pada sistem manajemen kesehatan, dilansir Xinhua, Senin (3/2/2020).
Baca: Jadikan Virus Corona sebagai Lelucon, Selebgram hingga Pemain Tottenham Hotspur Ini Terancam Sanksi
China diduga menutupi jumlah korban tewas akibat virus corona, sebenarnya tak hanya 908 orang.
Angka korban meninggal akibat virus corona di China lebih dari 900 orang setelah otoritas Provinsi Hubei melaporkan kematian baru.
Dalam laporan harian yang disajikan Senin (10/2/2020), terdapat 97 angka kematian baru, membuat jumlahnya tercatat 908 orang.
Kemudian Komisi Kesehatan Hubei juga melaporkan adanya lebih dari 3.000 kasus penularan, dengan korban yang terinfeksi virus corona mencapai 40.171 orang.
Jumlah korban meninggal di China sudah melampaui 774 kasus kematian yang terjadi saat Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003 silam.
Karena itu demi pencegahan, otoritas Negeri Panda sudah menutup Wuhan, kota di Hubei yang menjadi lokasi awal penyebaran virus, dan kawasan sekitarnya.
Baca: Virus Corona Belum Terbendung, Angka Kematian Capai 1.018 Orang, 43.099 Orang Terinfeksi
Di Shanghai, pemerintah setempat menginstruksikan warganya untuk memakai masker ketika mereka berada di luar, dilaporkan AFP.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui Kepala Program Darurat Kesehatan Michael Ryan mengatakan, saat ini wabah itu berada dalam kondisi stabil.
Ryan menjelaskan, kestabilan itu terjadi sebagai dampak dari upaya pemerintah China untuk menanggulangi patogen berkode 2019-nCov itu.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, "misi tim internasional" sudah bertolak ke China pada Minggu malam (9/2/2020).
Baca: Kisah Sepasang Kekasih Terpisah karena Tangani Pasien Virus Corona, Hanya Bertemu dari Balik Kaca
Keputusan pemerintah China untuk mengunci Wuhan maupun kota di kawasan Provinsi Hubei membuat jutaan warga terperangkap.
Seorang perempuan bermarga Wei yang tinggal di Wuhan mengungkapkan, pihak berwajib meminta mereka untuk tinggal di rumah selama mungkin.
"Namun karena tidak banyak kebutuhan pokok di toko saat kami mendatanginya, jadi kami harus sesering mungkin keluar untuk membeli," ucapnya.
Bank sentral China menuturkan pada Senin ini, mereka akan mengucurkan pinjaman khusus 300 miliar yuan, atau Rp 585,7 triliun, agar pelaku usaha juga terlibat dalam pengendalian virus.
Beijing sempat menuai kritikan internasional karena berusaha menutupi jumlah korban virus corona, sementara di saat bersamaan mereka juga dipuji WHO.
Dari dalam negeri, publik menyuarakan kemarahan terlebih setelah kematian Li Wenliang, seorang dokter yang memperingatkan virus corona.
Dokter itu sempat didatangi polisi karena dianggap meresahkan masyarakat karena menyuarakan peringatan akan adanya virus baru yang berbahaya.
Dia dilaporkan meninggal pada Jumat (7/2/2020), setelah dirawat karena terinfeksi virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan tersebut.
Baca: Ahli dari Harvard Sebut Pemerintah Indonesia Tak Bisa Deteksi Virus Corona, Kemenkes Langsung Bantah
Akademisi China termasuk yang menyuarakan kemarahan, dengan dua surat terbuka dipampang di media sosial menghendaki adanya kebebasan bersuara.
Beijing sebenarnya sudah merespons dengan mengerahkan badan anti-korupsi untuk menyelidiki kejadian tersebut, dan berusaha meredam kemarahan publik.
Namun Ian Lipkin, profesor Columbia University yang bekerja dengan China saat wabah SARS, berkata pencegahan awal bisa membuat perbedaan.
"Virus itu sudah meresap tanpa disadari siapa pun," katanya.
Jika karantina segera diterapkan, tentu pemerintah bisa langsung mengendalikannya.
--