Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hari ini dalam sejarah, 12 Februari 1912, Kaisar terakhir China, Hsian-T'ung dipaksa turun tahta/dilengserkan oleh revolusi Sun Yat-sen.
Revolusi kelompok republik China ini berhasil mengakhiri kekuasaan Manchu di China selama kurang lebih 267 tahun.
Turunya tahta kekaisaran China mencatatkan berakhirnya model bentuk pemerintahan kekaisaran yang telah ada di China selama 2000 tahun.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai kaisar, Hsian-T'ung diizinkankan untuk tetap tinggal di Beijing.
Di tempat ini, ia mengganti namanya menjadi Henry Pu Yi. [1]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Jatuhnya Meteorit Terbesar yang Terekam Sejarah, Meteorit Sikhote-Alin
Sekilas Henry Pu Yi
Henry Pu Yi dinobatkan menjadi kaisar pada tahun 1908, dua tahun sebelum pelengserannya.
Ia diangkat menjadi kaisar setelah pamannya, Kaisar Kuang-hsu, meninggal dunia.
Pu Yi memerintah daratan China dalam sebuah wilayah.
Di sini Pu Yi menjalani serangkaian pelatihan guna mempersiapkannya menjadi seorang kaisar.
Namun, usahanya berlatih tak berguna usai pada Oktober 1911, dinastinya jatuh oleh revolusi Sun Yat-sen.
Empat bulan setelah revolusi, ia resmi turun tahta. [2]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 11 Februari 1990 Nelson Mandela Dibebaskan Setelah Dipenjara Selama 27 Tahun
Pasca-Turun Tahta
Setelah turun tahta, pemerintahan China yang baru memberinya fasilitas pensiun dengan nominal yang besar.
Ia diizinkan untuk tetap tinggal di istana kekaisaran sampai tahun 1924, ia kemudian dipaksa pergi ke tempat pengasingan.
Setelah tahun 1925, Pu Yi tinggal di daerah jajahan Jepang, Tianjin.
Pada tahun 1932, Jepang -yang menjajah China- menciptakan sebuah negara 'boneka' Manchukuo di Manchuria dengan maksud mengontrol langsung di bawah kendali Jepang.
Dua tahun berselang, pada 1934, Pu Yi dinobatkan sebagai K'ang Te, kaisar Manchukuo di bawah kekuasaan Jepang.
Namun gelar kaisar yang disandangnya tak berlangsung lama, sebab pada tahun 1945, ia ditangkap oleh pasukan Soviet.
Pada tahun 1946, Pu Yi memberikan kesaksian di hadapat pengadilan kejahatan perang di Tokyo.
Di sini ia mengaku telah dijadikan alat politik Jepang serta tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di Manchuria.
Seiring berjalannya waktu, wilayah Manchuria dan Provinsi Rehe dikembalikan ke China.
Pada tahun 1950, Pu Yi diserahkan kepada kelompok Komunis China.
Berkat keberpihakannya terhadap penguasa negara boneka, Pu Yi dipenjara di Shenyang.
Hingga pada tahun 1959, Mao Zedong, pemimpin besar China memberinya amnesti.
Pu Yi resmi bebas dan berstatus sebagai warga negara China.
Setelah dibebaskan, Pu Yi bekerja di sebuah bengkel mekanik di Peking, China. [3]
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah, 11 Februari 1916, Aktivis Hak-Hak Perempuan, Emma Goldman Ditangkap Polisi
--