Kisah Kakek Rusmito yang Tetap Bekerja Meskipun Tuna Netra, Sebut Lebih Baik Ngutang daripada Minta

Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah kakek Rusmito berusia 61 tahun yang tetap bekerja meskipun tuna netra, sebut lebih baik ngutang daripada meminta-minta.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kisah kakek Rusmito berusia 61 tahun yang tetap bekerja meskipun tuna netra, sebut lebih baik ngutang daripada meminta-minta.

Rasmito merupakan seorang kakek berusia 61 tahun yang tinggal di Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

Kakek Rasmito merupakan seorang penyandang tuna netra (gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya) sejak kecil.

Meskipun dalam kondisi keterbatasan fisik, kakek Rasmito tetap seseorang yang bekerja keras.

Dilansir oleh Serambinews.com, Kakek Rasmito ternyata bekerja layaknya orang sehat yakni mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di pundaknya.

Mungkin saja banyak yang meragukan kemampuan kakek Rasmito.

Sebab, selain menyandang tuna netra usianya juga mulai renta.

Baca: Kakek 68 Tahun Curi Getah Karet Senilai Rp 17 Ribu, Istri Terdakwa Nangis Dengar Vonis Hakim

Baca: Kakek Ini Nikah Sebanyak 94 Kali sejak Umur 15 Tahun, Sehari Pernah Nikahi 3 Wanita Sekaligus

Ternyata kakek Rasmito merupakan orang yang tak pernah mau menyerah apalagi kehilangan semangat untuk bekerja keras layaknya orang normal lainnya.

Rasmito pun mengaku tidak mau menjadi peminta-minta sebagaimana kebanyakan dilakukan orang lain yang mengalami keterbatasan fisik.

Bagi Rasmito, meminta-minta merupakan aib dan jangankan melakukan terpikir pun tidak.

Sebab, kata Rasmito dia tetap bisa mandiri dan mengerjakan pekerjaan layaknya orang sehat.

”Meminta-minta malu saya, lebih baik saya bekerja, berapa dapat itulah yang dimakan, kalau tidak ya ngutang nanti dapat duit bayar,” ujar Rasmito dikutip TribunnewsWiki dari Serambi.

Rasmito, kakek berusia 61 tahun yang tinggal di Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam tuna netra sejak kecil namun bekerja keras yakni mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit hingga memanjat pohon kelapa, Minggu (9/2/2020). (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN)

Menurut kakek Rasmito, malah sering dia menjumpai orang lain peminta-minta yang badannya sehat datang ke rumah.

Sebagian, kata Rasmito, peminta-minta itu jadi malu dan meminta maaf setelah menyaksikan kondisi sang kakek yang lebih parah darinya.

Namun tak sedikit yang tetap menerima pemberian sumbangan dari kakek Rasmito walau secara fisik terkadang lebih sehat atau malah sehat.

Pemandangan peminta-minta mendatangi rumah Rasmito yang tak lain penyandang tuna netra sering terjadi dan tetap dilayani kakek tiga anak ini.

Menurutnya dengan meminta-minta apalagi keliling Kota Subulussalam memang bisa menghasilkan hingga jutaan tapi bagi Rasmito hal tersebut tidak patut dia lakukan karena masih dapat bekerja dengan jerih payah.

Lebih jauh dikatakan, sejak usia kecil dia sudah mulai melakoni pekerjaan berat seperti mengambil kayu bakar untuk dijual kepada warga.

Rasmito juga lihai dalam membuat pagar dan menggali parit.

Rasmito, kakek berusia 61 tahun yang tinggal di Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam tuna netra sejak kecil namun bekerja keras yakni mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit, Minggu (9/2/2020). (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN )

Rasmito bahkan mengaku jangankan meminta-minta bantuan kepada warga, upah dia kerja saja tidak ia minta jika belum diberikan yang menyuruhnya.

Kalau dibayar, kata Rasmito dia akan menerima tapi jika belum maka kakek empat cucu ini tidak mau meminta.

Begitu pula bila ada warga memberi bantuan kepadanya tetap diterima.

Kakek Rasmito hanya anti untuk meminta-minta sekalipun kondisi ekonomi keluarganya serba keterbatasan.

Sebab, di samping matanya yang tidak dapat melihat, sang istri juga mengalami kekurangan.

Sebelah mata istri kakek Rasmito juga tidak dapat melihat. Namun, keluarga Rasmito tetap keukeuh bekerja keras tanpa membebani orang lain.

“Dia memang pekerja keras, mandiri. Bekerja dengan tangan dan kakinya bahkan pekerjaan berat sekalipun,” kata Molek kepala Desa Cipare-Pare kepada Serambinews.com

Pekerjaan yang dilakoni kakek Rasmito bukan ringan dia melakukan hal-hal berat seperti memanjat pohon pinang atau pohon kelapa, memikul TBS kelapa sawit, menggali parit, membuat pagar atau mengasah parang (golok).

Dan kala Serambinews.com menyambangi kediamannya, Rasmito juga ternyata sudah ke kebun anaknya untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.

“Bapak ke kebun anak saya, ada kegiatan mendodos (memanen TBS atau buah kelapa sawit-red), dia ikut bantu,” Lejeh, istri kakek Rasmito.

Kisah kakek Rusmito berusia 61 tahun yang tetap bekerja meskipun tuna netra, sebut lebih baik ngutang daripada meminta-minta. (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN)

Benar saja, Rasmito yang ditemui di kebun yang berada di belakang rumah anaknya sedang bekerja memikul TBS kelapa sawit.

TBS yang dipikul sang kakek bukan tanggung-tanggung, beratnya mencapai 30-35 kilogram.

Namun kakek Rasmito tanpa mengeluh memikul TBS dengan hanya berlapis karung agar durinya tidak menusuk pundak.

Kakek Rasmito yang kondisinya tuna netra tetap bekerja keras layaknya manusia yang sehat.

Kepada Serambinews.com, Rasmito mengaku sudah menggeluti usaha buruh kasar sejak masih kecil.

Dulu, kata Rasmito dia juga menjadi buruh mencari kayu api, membabat kebun orang atau memanjat pohon pinang dan kelapa.

Selain itu ada beberapa pekerjaan orang sehat yang dapat dilakukan Rasmito seperti menggali parit, mengasah parang hingga mengangkut TBS kelapa sawit.

Bahkan, Rasmito juga bisa membuat pagar kayu bila diminta bantu warga sekitar.

Baca: Berniat Antarkan Es Teh, Seorang Gadis Penjual Nasi Diperkosa Kakek Mijan hingga Hamil 8 Bulan

Baca: Kakek 74 Tahun Ini Menyesal Nikahi Gadis 21 Tahun, Ternyata Gadis Itu Lakukan Ini pada Pria Tua Lain

(Serambinews/Khalidin)(TRIBUNNEWSWIKI.COM/ Abdurrahman Al Farid)



Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer