Peristiwa ini terjadi dalam pidato kenegaraan tahunan presiden, yang diselenggarakan pada Selasa (4/2/2020) malam, waktu setempat.
Diwartakan TribunnewsWiki.com dari BBC.com, pidato itu digelar di House of Representatives (DPR), yang dikuasai oleh Partai Demokrat.
Seperti yang diketahui, DPR memakzulkan Presiden Donald Trump.
Baca: Tegas Menolak Rencana Perdamaian Donald Trump, Palestina Putuskan Hubungan dengan AS dan Israel
Baca: Inilah 7 Anggota Dewan yang Jadi Penuntut dalam Persidangan Pemakzulan Donald Trump di Senat AS
Dalam kesempatan ini, Trump berbicara selama sekitar 1 jam 18 menit.
Sepanjang ia berbicara, dirinya memberikan nada-nada yang optimis.
Maka tak heran, para legislator Partai Republik selalu menyambut seruan Trump dengan sorakan.
Di sisi lain, audiens dari Partai Demokrat banyak terdiam.
Apalagi mengingat Presiden Trump yang mencoba 'menyerang' Demokrat dengan beberapa topik pembicaraan.
Bahkan Trump juga menyinggung kandidat Bernie Sanders, yang dikabarkan akan berlomba untuk menantang Trump sebagai presiden.
Baca: Setelah Ancam Balas Dendam, Iran Targetkan Gedung Putih dan Hargai Kepala Trump USD 80 Juta
Baca: Donald Trump Umumkan Perdamaian Palestina Israel, Netanyahu Sebut AS Teman Baik, Abbas Menolak
Pidato presiden petahanan di tahun terakhir masa jabatan, biasanya mulai singgung tema-tema kampanye untuk Pemilu berikutnya.
Dan tampaknya, Presiden Donald Trump menawarkan keadaan ekonomi untuk membawanya menjadi presiden lagi.
Di bagian-bagian puncak pidatonya, Trump menyajikan fakta dan angka.
Semua itu ia sajikan untuk mendukung pendapatnya, bahwa keadaan akan selalu baik jika ia mendapat kesempatan empat tahun lagi untuk memimpin Amerika Serikat.
Ia menyinggung soal deregulasi, pemotongan pajak, serta perjanjian perdagangan baru sebagai solusi yang ia tawarkan demi kesejahteraan.
Para anggota Partai Republik juga tampak menyerukan 'Four more years' sebagai bentuk dukungan untuk Trump.
Dilansir TribunnewsWiki.com dari BBC.com, suasana panas dalam pidato Trump kali ini sudah terasa sejak awal.
Ia terlibat ketegangan dan perang emosional dengan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi.
Pertama, Pelosi tidak menggunakan kata-kata kehormatan yang mengagungkan seorang presiden, layaknya orang ketika berpidato.
Suasana panas antara keduanya tak hanya terjadi satu kali.
Ketika Trump akan berpidato, ia menyerahkan salinan naskah kepada Pelosi.
Saat itu Pelosi tampak sudah mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Akan tetapi Presidan Donald Trump justru berbalik dan mengabaikan tangan Pelosi.
Baca: Patung Kepala Kosong Donald Trump Karya Callum Morton: Aku Sadar Karya Itu Jelek dan Kontroversional
Baca: Legenda NBA Kobe Bryant Tewas: Donald Trump, Obama dan Hillary Clinton Kenang dan Turut Bersungkawa
Ketegangan masih berlanjut.
Ketika presiden menyelesaikan pidatonya, ruangan bergumuruh dengan dengan tepuk tangan audiens.
Akan tetapi Nancy Pelosi tak melakukan hal itu.
Alih-alih tepuk tangan, Pelosi justru melakukan hal sebaliknya.
Ia tampak memegang salinan pidato Donald Trump yang ada di mejanya, kemudian merobeknya.
Kepada wartawan, Pelosi mengatakan itu sebagai 'hal yang sopan untuk dilakukan'.