Tempat ini merupakan lahan transaksi warga Solo maupun luar kota.
Seorang nenek berusia sekitar 80 tahun merupakan satu dari para penjual yang menjajakan dagangannya di pasar ini.
Dia adalah Sri Rejeki, yang lebih dikenal dengan nama Mbah Sri.
Usianya sudah tidak muda lagi, tapi keinginan dan semangatnya untuk mencari nafkah masih membara.
Kerutan di wajah tak mampu menyembunyikan rasa bahagianya, ketika ada orang yang membeli dagangannya.
Baca: Ternyata Nama Cucu Jokowi Lembah Manah juga Dimiliki Anak SD Asal Solo ini, Siapa Dia?
Baca: Pedagang Pasar Gede Solo Bancakan Sambut Kelahiran La Lembah Manah: Tambah Wayah Tambah Berkah
Mbah Sri merupakan seorang penjual pisang asal Ngawi.
Nenek asal Ngampon, Ngawi, ini biasa membawa pisang dagangannya menggunakan bakul gendong.
Pisang yang dijual bukanlah hasil kebunnya sendiri.
Mbah Sri membelinya di Ngawi dan menjualnya di Sar Gedhe Solo, julukan pasar tradisional terbesar di Kota Solo itu.
Sehingga, setiap hari Mbah Sri harus menempuh jarak Ngawi-Solo PP, sekitar 180 kilometer.
"Nek kulakan ten Ngawi mbak, ngedole neng Solo. Soale ngedol ten Ngawi boten bathi (Jika kulakan saya di Ngawi, tapi menjualnya di Solo. Karena jika menjual di Ngawi, tidak ada labanya)," ujar Mbah Sri.
Mbah Sri sehari-harinya tinggal di Ngawi bersama seorang cucu laki-lakinya, yang sekarang duduk di bangku MA.
"Di rumah saya tinggal dengan cucu, tidak tahu usianya, yang pasti sekolah MA,” terangnya dengan bahasa Jawa kental.
Wanita yang sudah memasuki usia senja ini kemudian menceritakan keluarganya.
"Suami saya di Pontianak, anak 3 di Sumatera dan Kalimantan," terang Mbah Sri.
Kepada Tribunnewswiki.com, Mbah Sri mengaku telah berjualan pisang sejak ia masih kecil.
Baca: Toko Kopi Podjok, Toko Kopi Legendaris di Pasar Gede Solo Sejak Tahun 1947
Mbah Sri biasa berjualan di dalam Pasar Gedhe, tepatnya berada di samping kiri pintu masuk ke dalam pasar.
Nenek ini akan terlihat duduk di samping meja kecil yang digunakkannya untuk menaruh pisang dagangannya.
Dia menceritakan bahwa dulu sering berpindah-pindah tempat untuk menjajakan jualannya.
Mbah Sri biasa menggunakan bus umum untuk perjalanan Solo-Ngawi maupun sebaliknya.
Saat tiba di terminal, ia akan melanjutkan naik becak.
Ini karena badannya tak lagi kuat untuk membawa dagangan dari terminal ke pasar.
Namun, berbeda dari keberangkatannya, ketika pulang Mbah Sri akan jalan kaki menuju Panggung untuk mencari bus.
Mbah Sri mengatakan, dia kuat jalan kaki ketika pulang, karena tak ada lagi barang dagangan yang dibawa.
Ketika waktu sudah sore dan ada dagangan yang belum terjual, Mbah Sri akan berjalan berkeliling sekitar pasar, menawarkan dagangannya.
Raganya yang sudah tidak lagi muda tak menghalangi semangat dia dalam mencari rezeki yang halal untuk memenuhi kehidupannya.
Ketika ditanya mengapa masih harus berjualan di usianya yang renta, terlihat senyum merekah di bibirnya.
"Belum puas rasanya, masih suka jalan untuk mencari uang sendiri," katanya.
Baca: Pasar Gede Harjonagoro