Dari riwayatnya ketika aktif sebagai pemain profesional di dunia sepak bola, sosok Seto Nurdiantoro memang lekat dengan klub PSIM Yogyakarta.
Kembali ke klub yang pernah ia bela pun ibarat semacam mudik atau pulang ke rumah bagi Seto Nurdiantoro.
Tercatat, Seto Nurdiantoro pernah tiga periode berbaju biru khas PSIM Yogyakarta yakni pada musim 1995-1998, 2005-2009 dan 2011 hingga memutuskan gantung sepatu 2013 silam.
Laskar Mataram pun menjadi tempat bagi Seto Nurdiantoro menutup perjalanan panjangnya sebagai pemain sepak bola
Seperti lazimnya para pemain pensiun, Seto Nurdiantoro pun melanjutkan hidup dengan berkarier sebagai pelatih.
Dua tahun menangani PSIM yakni 2014-2015, Seto Nurdiantoro kemudian berlabuh ke PS Sleman pada 2016 setelah sempat melatih tim Pra PON Yogyakarta.
Bersama PS Sleman sejak ajang ISC B 2016, kinerja Seto Nurdiantoro sangat positif.
Seto Nurdiantoro mampu mengangkat klub berjuluk Elang Jawa itu hingga membawanya juara Liga 2 2018 dan promosi ke Liga 1 pada musim 2019.
Baca: Transfer Liga 1: Teja Gusur Dua Kiper Lokal Didikan Persib hingga Renan Silva Beri Kode ke Persija
Baca: Transfer Liga 1: Evan Dimas Resmi Gabung Persija, Persib Perkuat Aroma Samba
Diluar urusan prestasi atau pencapaian gelar, pria kelahiran Kalasan 14 April 1974 ini juga memiliki catatan positif lain selama mengarsiteki klub bermarkas di Stadion Maguwoharjo tersebut.
Ditangan dingin Seto Nurdiantoro, PS Sleman menjalani musim yang baik di Liga 1 2019 sebagai tim promosi walau tak memiliki skuad yang mewah.
Lain daripada itu Seto Nurdiantoro sukses membangun fondasi permainan di PS Sleman dengan identitas gaya permainan yang jelas. Sehingg meski materi tim tak terlalu bagus disbanding kontestan Liga 1 lain, PS Sleman tetap mampu berbicara di kasta tertinggi sepak bola Indonesia tersebut pada musim 2019.
Baca: Transfer Liga 1: PSS Tak Pakai Seto Nurdiantoro hingga Bali United Kebanjiran Lamaran Pemain Asing
Baca: Bawa PSS Sleman ke Papan Atas Liga 1, Seto Nurdiantoro Mengaku Belum Puas
Ciri khas dari permainan tim yang dilatih Seto Nurdiantoro adalah filosofi bermain yang jelas seperti; penguasan bola, umpan-umpan pendek dalam build-up serangan dan juga menggunakan jasa pemain muda.
Seto Nurdiantoro pelatih yang lebih menekankan timnya dibentuk dari proses yang panjang dan dengan pola atau kerangka permainan yang baku, bukan dengan cara instan membeli pemain-pemain berharga mahal.
Meski begitu, Seto Nurdiantoro ternyata tak mendapat perpanjangan kontrak di PS Sleman untuk musim 2020 dan hal ini membuat suporter klub marah pada manajemen klub.
Di pihak Seto Nurdiantoro sendiri, setelah sempat berencana akan berkarier di luar provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (29/1/2020) lalu dia resmi melatih PSIM Yogyakarta.
"Ini (PSIM-red) rumahnya simbah katanya, jadi saya kulo nuwun.”
“Mudah-mudahan simbah merestui. Saya ikuti perjalanannya sampai saya duduk di tempat ini," ujar Seto dalam konferensi pers perkenalan dirinya sebagai pelatih baru PSIM Yogyakarta, dikutip Tribunnewswiki dari Tribun Jogja, Kamis (30/1/2020).
Baca: FIFA Tegas Menolak Permintaan PSSI Terkait Pengunduran Jadwal Piala Dunia U-20 2021
Baca: PSSI Dihadapkan Persiapan Piala Dunia U-20 2021, Bagaimana Nasib dan Jadwal Pasti Liga 1 2020?
Dalam kesempatan yang sama, CEO PT PSIM Jaya, Bambang Susanto berharap, dengan hadirnya Seto Nurdiantoro menjadi momentum bagi kebangkitan sepakbola PSIM Yogyakarta.
"Mas Seto ini adalah aset dari DIY.”
“PSIM menyelamatkan aset dari daerah. Kami berharap sekali rivalitas yang terjadi beberapa tahun terakhir antar suporter (PSIM dan PSS) mampu teratasi dengan kedatangan mas Seto ini," harapnya.
Selain bercerita tentang target tim, Seto Nurdiantoro juga sempat berkelakar tentang apa yang terjadi dengan dirinya dan manajemen PS Sleman beberapa waktu lalu dan “diselamatkan” oleh PSIM Yogyakarta dengan tetap berkarier di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memang menjadi keinginan diirnya
“Mungkin, mungkin beliau-beliau (manajemen PSIM) merasa kasihan pada saya (hingga akhirnya direkrut jadi pelatih).”
“Saya sendiri disio-sio (saya sendiri disia-siakan),” ucap Seto Nurdiantoro diiringi gelak tawa dari orang-orang di Wisma Soeratin.
Dirinya pun enggan mengumbar janji manis kepada pandemen Laskar Mataram, namun yang pasti dia bertekad mencurahkan tenaga serta pikirannya bagi PSIM.
"Mungkin yang perlu kita ketahui buat teman suporter PSIM juga, dengan hadirnya saya tidak menjamin PSIM menjadi lebih bagus atau PSIM masuk Liga 1.”
“Saya juga tidak bisa menjamin. Tapi yang bisa menjamin adalah kerja keras kami (tim). Itu yang mungkin akan menjamin PSIM akan lebih berprestasi," kata Seto.
"Jadi saya harap suporter jangan berekspektasi yang terlalu tinggi, tapi kalau kita memulai semuanya dengan bagus, kerja keras, diiringi doa, harapannya apa yang diimpikan akan berjalan lancar.”
“Juga semua stakeholder saling mendukung, apa yang kita impikan akan terjadi, tapi dibutuhkan kerja keras," tambahnya.