Jadi Tempat Asal Virus Corona, Ini Penampakan Pasar Seafood Huanan di Wuhan

Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas keamanan berpatroli di pasar ikan tradisional Huanan di kota Wuhan, China, Jumat (24/1/2020). Pasar ikan itu ditutup setelah virus corona yang mematikan dideteksi berasal dari pasar itu.(AFP/HECTOR RETAMAL)

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Asal virus corona telah berhasil diungkap oleh pakar lembaga di China.

Sebelumnya, peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China telah mengumpulkan sampel untuk diteliti.

Dilansir oleh Kompas.com dari Xinhua, hasil penelitian tersebut membuktikan jika asal virus corona itu berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan.

Pasar ini juga telah ditutup pada 1 Januari 2020 sejak virus corona mulai menyebar.

Dilansir dari Daily Mail, Minggu (26/1/2020) hidangan seperti berang-berang dan rakun semuanya dijual secara terbuka di Pasar Seafood Huanan.

Pasar Seafood Huanan, Wuhan, Cina tersebut memang terkenal menjualkan makanan dari binatang-binatang aneh baik dalam keadaan hidup atau mati.

Tempat ini dikenal sebagai pasar basah karena di sana didominasi aktivitas pemotongan berbagai jenis hewan, seperti ayam, keledai, domba, babi, rubah, musang, tikus, landak, kelinci, kelelawar, koala, ular, dan salamander.

Baca: Benarkah Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Ponsel Xiaomi? Berikut Penjelasan IDI

Baca: Kementerian Kesehatan Tegaskan Virus Corona Belum Menyebar ke Indonesia: Masih Belum Ada Penderita

Penampakan Pasar Seafood Huanan di Wuhan (WEibo/Mirror.co.uk)

Pasar basah seperti ini memang umum di China.

Dalam keterangan CDC yang dilansir oleh Kompas.com, sebanyak 31 dari 33 sampel positif diambil dari zona barat yang merupakan tempat perdagangan hewan liar.

"Hasilnya menyatakan bahwa penyebaran virus corona baru mempunyai relevansi tinggi dengan perdagangan binatang liar," ujar CDC.

Dalam laporannya pada (25/1/2020), Mirror.co.uk menggambarkan bagaimana keadaan di dalam Pasar Seafood Huanan yang terlihat semrawut dan jorok.

Lantai dan dinding berlumuran kotoran dan darah tidak menghentikan pembeli yang mengunjungi situs kotor untuk persediaan barang selundupan itu.

Satwa liar, eksotik, dan hewan ternak disatukan, digambarkan sebagai tempat berkembang biaknya penyakit dan inkubator bagi banyak virus untuk berevolusi dan membuat lompatan ke manusia.

Penampakan Pasar Seafood Huanan di Wuhan (WEibo/Mirror.co.uk)

Kondisi inilah yang diduga menjadi penyebab munculnya wabah virus corona.

Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, menyalahkan situs untuk penyakit yang mematikan itu.

"Asal mula coronavirus baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan,” ujar Gao seperti ditulis Mirror.co.uk.

Baca: Begini Gejala Virus Corona, Mulai dari Nyeri Otot hingga Demam Tinggi

Baca: Punya Riwayat Perjalanan dari China, Satu Pasien RSPI Sulinti Saroso Diduga Terinfeksi Virus Corona

Diyakini sejumlah penderita awal coronavirus adalah karyawan pasar basah.

Perdagangan hewan liar itu didorong tingginya permintaan makanan dan bahan-bahan obat tradisional.

Beberapa orang China percaya bahwa memakan binatang eksotis yang tidak biasa tersebut mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti impotensi dan kanker.

Ahli Kesehatan Masyarakat di Dewan Hubungan Luar Negeri, Yanzhong Huang mengatakan penjualan hewan hidup di pasar ini merupakan bagian dari budaya China walaupun bersifat ilegal.

Bahkan beberapa budaya menyantap makanan disajikan dengan mencambuk hewan hidup-hidup demi kesegaran makan malam seseorang sebagai tanda kemewahan Barat.

Adapun sejak wabah virus Corona menyebar di berbagai negara dunia, kepolisian China telah menegakkan hukum terhadap perdagangan dan konsumsi spesies eksotis itu.

Menanggapi hal ini, Kementerian Pertanian China mengeluarkan perintah untuk melakukan kontrol ketet pada perdagangan satwa liar.

Sementara itu, Lembaga Konservasi Margasatwa yang bermarkas di New York menyerukan bahwa pasar satwa liar tidak hanya berada di China.

Dirktur Ekesekutif program kesehatan Wildlife Conservation Society, Christian Walzer menyatakan bahwa penyakit zoonosis merupakan penyakit langka.

Penyakit zoonosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh hewan kepada manusia.

Menurut para ahli, spesies hewan liar meningkatkan risiko penyakit bermutasi yang tumbuh lebih ganas saat mereka menyebar di pasar yang tidak teratur.

"Jika pasar ini bertahan, dan konsumsi manusia terhadap satwa liar yang ilegal dan tidak diatur tetap ada, maka masyarakat akan terus menghadapi risiko yang meningkat dari munculnya virus baru, yang berpotensi lebih mematikan dan sumber penyebaran pandemi di masa depan," kata Direktur Ekesekutif program kesehatan Wildlife Conservation Society, Christian Walzer.

Baca: Virus Corona Diduga Terkait dengan Program Senjata Biologi China, Benarkah?

Baca: Update Virus Corona: Seorang Pria Jepang yang Tak Pernah ke Wuhan Dilaporkan Telah Terinfeksi Virus

Ia menambahkan pasar satwa liar tersebut merupakan tempat terciptanya peluang bagi munculnya virus-virus, termasuk Corona.

Pasar Seafood Huanan sebenarnya sudah menjadi sorotan karena dianggap sebagai asal muasal patogen mematikan.

Namun, sampel yang positif itu membenarkan dugaan tersebut.

Hingga Rabu (29/1/2020), jumlah korban meninggal akibat virus corona di China terus bertambah dan kini telah mencapai angka 132 orang setelah China mengumumkan adanya kasus kematian baru.

Dilansir oleh Kompas.com, pada Rabu pagi (29/1/2020) pemerintah Provinsi Hubei melaporkan terdapat 25 angka kematian baru dalam 24 jam terakhir.

Kemudian angka baru muncul di luar Hubei, dan membuat korban meninggal akibat virus corona mencapai 132 orang.

Selain itu, Komisi Kesehatan Nasional China juga mengonfirmasi adanya 1.400 kasus baru, dan membuat orang yang terinfeksi mencapai 5.974.

Sejak pertama kali kali diumumkan pada 31 Desember 2019, virus Corona kini telah menyebar hingga ke 16 negara.

Gejala virus corona ini hamper sama seperti gejala flu ssperti biasa, sehingga sulit untuk dideteksi.

(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy, Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)



Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer