Presiden Iran, Hassan Rouhani berkomentar terkait pernyataan militernya yang mengakui ada kesalahan manusia dalam mengidentifkasi serangan.
Hassan Rouhani menyebut bahwa insiden ini sebagai kesalahan tak termaafkan.
"Republik Islam Iran sangat menyesal atas kesalahan besar ini"
"Duka dan doa saya untuk semua keluarga yang ditinggalkan" ujar Hassan melalui media sosial pribadinya di akun Twitter, @HassanRouhani, Sabtu (11/2/2020).
"Investigasi terus dilanjutkan untuk mencari tahu dan menuntut tragedi besar dan kesalahan tak termaafkan ini, " tambahnya.
Sebelumnya Iran sempat menolak bertanggungjawab atas Insiden jatuhnya pesawat yang menewaskan 176 orang ini dari tuduhan negara-negara Barat.
Pesawat Ukraina Airlines Boeing 737 ditembak jatuh pada Rabu dini hari, beberapa jam setelah Iran meluncurkan sejumlah rudal balistik yang menyerang dua pangkalan militer Amerika Serikat dan koalisi di Irak.
Serangan Iran ini diadakan sebagai pembalasan atas dibunuhnya Jenderal militer Iran, Qassem Soleimani dalam serangan di Baghdad, Irak.
Tidak ada yang terluka atas serangan Iran di Pangkalan AS dan koalisi di Irak.
Baca: Sempat Jadi Misteri, Militer Iran Akui Tak Sengaja Tembak Pesawat Boeing 737, Dikira Pesawat Musuh
Pernyataan militer Iran yang dikutip oleh media lokal setempat menyebut keliru mengidentifikasi pesawat penumpang Ukraina Airlines yang dianggap sebagai pasukan AS yang akan menyerang balik.
Militer Iran menyatakan saat itu pihaknya sedang berada pada tingkat kewaspadaan yang tinggi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).
"Dalam kondisi seperti itu, karena kesalahan manusia dan cara yang tidak disengaja, pesawat itu tertembak ," ujar militer Iran dalam pernyataan resminya yang dikutip AP, (11/1/2020).
Militer Iran meminta maaf dan mengatakan akan memperbaiki sistemnya untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
"Mereka yang bertanggungjawab atas serangan di pesawat penumpang akan mendapat tuntutan hukum," tambah pernyataan tersebut.
Data penerbangan Ukraina menunjukkan pesawat Boeing 737-800 tersedia secara online.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pesawat mengudara dengan normal setelah lepas landas.
Pesawat hampir mencapai ketinggian 8.000 kaki (2.400 m), sebelum pada akhirnya data pesawat menghilang tiba-tiba.
Menurut seorang mantan penyelidik kecelakaan udara, pencapat mengenai kegagalan mesin maish terlalu dini untuk diutarakan.
Kemungkinan ini tidak bisa dikesampingkan pada tahap awal ini.
Akan tetapi, pesawat seperti Boeing 737-800 dirancang untuk tetap terbang meski terjadi kerusakan mesin.
Selain itu, jika ada kegagalan mesin maka data penerbangan biasanya menunjukkan pendakian/kenaikan pesawat menjadi kurang curam (namun hal itu tidak terjadi pada kasus ini).
Sebelumnya, dua pejabat intelijen senior Amerika Serikat (AS) mengumumkan jatuhnya pesawat Ukraina Boeing 737 yang 'sangat mungkin' terjadi karena Iran.
Pernyataan pejabat senior Departemen Pertahanan Amerika Serikat, yang diberitakan AP (10/1/2020) menyebut bahwa jatuhnya pesawat Ukraina Boeing 737 terjadi berkat ditembaknya rudal anti pesawat milik Iran.
Jatuhnya Boeing 737 yang menyebabkan meninggalnya 176 orang ini terjadi beberapa jam setelah Iran menembakkan sejumlah rudal balistik ke Pangkalan koalisi AS dan sekutu di Irak, Selasa, (7/1/2020) waktu setempat.
Serangan Iran ini terjadi di tengah konfrontasi dengan AS yang meluncurkan serangan pesawat tanpa awak hingga menyebabkan terbunuhnya Jenderal Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani.
Pernyataan kedua pejabat senior ini mengutip badan intelijen AS -tidak disebutkan namanya- yang sedang membahas perihal informasi sensitif.
Mereka menyebut bahwa belum ada kepastian informasi mengenai maksud Iran.
Pejabat AS mengatakan bahwa jatuhnya pesawat Ukraina Boeing 737 'kemungkinan besar' sebagai kesalahan Iran dalam mengidentifikasi ancaman yang datang.
Baca: Teka-teki Jatuhnya Boeing 737 di Iran, Tak Ada Panggilan Darurat tapi Berusaha Kembali Ke Bandara
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump percaya Iran berada di balik jatuhnya Pesawat Boeing 737.
Namun demikian, Trump tidak 'secara langsung' menyalahkan Iran yang bertanggungjawab terhadap peristiwa tersebut.
Trump juga meragukan klaim interal Iran yang menyebut jatuhnya Boeing 737 karena kesalahan teknis pesawat.
"Siapapun bisa saja bersalah dalam peristiwa ini," kata Trump yang juga menyebut bahwa pesawat Boeing 737 terbang di 'areal yang cukup berbahaya'.
"Beberapa orang mengatakan itu alasan teknis".
"Secara pribadi saya ragu, ini bisa jadi pertanyaan" tambah Trump.
Pejabat AS menyebut tidak akan memakai pernyataan intelijen untuk menuduh rudal Iran sebagai sebab jatuhnya pesawat Ukraina Boeing 737.
Namun mereka mengakui keberadaan sejumlah satelit dan sensor milik Iran di wilayah tersebut yang 'kemungkinan' dapat digunakan sebagai intelijen dengan melakukan penyadapan sejumlah alat komunikasi.
Penilaian pejabat AS ini muncul setelah adanya laporan investigasi awal dari Iran pada Kamis, (9/1) yang menyebut pilot tidak pernah membuat panggilan radio untuk meminta bantuan dan mengklaim pesawat justru berusaha kembali ke bandara ketika terbakar.
Di lain tempat, pihak Ukraina percaya 'serangan rudal' sebagai salah satu teori kemungkinan jatuhnya pesawat Ukraina Boeing 737, kendati adanya penolakan klaim tersebut dari Iran.
--