Kisah Supri Lolos dari Maut Banjir Jakarta, Tersapu Air Tertimpa Tembok, Selamat Karena Pohon Pisang

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khusnul Supriyadi (49) dengan lengan dibalut perban karena luka parah saat berjuang hidup ditengah derasnya arus Kali Pesanggrahan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kisah Supri Lolos Dari Maut Banjir Jakarta, Tergulung Air dan Tertimpa Tembok, Selamat Karena Pegangan Pohon Pisang.

Kisah Khusnul Supriyadi (49), lolos dari maut dan berjuang hidup setelah tanggul Kali Pesanggrahan jebol dan terjangan arus deras nyaris membunuhnya.

Banjir yang melanda kawasan Jalan Madrasah, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada awal Tahun 2020 menyisahkan duka bagi keluarga Khusnul Supriyadi (49).

Sebab, dirinya terpaksa kehilangan harta benda yang dimilikinya.

Rumah yang dikontraknya itu tersapu rata oleh derasnya arus air yang menjebol tanggul Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Rabu (1/1/2020) pagi.

Saking derasnya terjangan air, dirinya pun tak sempat menyelamatkan diri.

Bahkan tertimpa tembok rumah yang roboh.

"Di depan rumah, saya kegulung air, rumah saya hancur enggak ada sama sekali barang yang bisa diselamatkan, enggak ada," kata Supriyadi yang sedang berada di Posko Pengungsian Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Jihadiyah, Jakarta Selatan, Sabtu (4/1/2020).

Lingkungan rumah Supri berantakan diterjang arus deras Kali Pesanggrahan setelah tanggul jebol.

Dengan bahu kiri yang terbalut kain perban dan beberapa luka gores di tangan maupun muka yang didapatnya akibat banjir itu, Supri mencoba menuturkan kisahnya itu.

Ia mengatakan, bersama sang istri Tukijah (55) serta anaknya, ia sedang merapikan barang-barang rumah tangga saat air mulai meluap dari Kali Pesanggrahan setinggi betis orang dewasa.

Namun, tak disangka air kiriman kembali datang dengan sangat derasnya.

Tanpa ampun arus deras itu menyapu semua bangunan yang dilintasinya hingga rata dengan tanah.

"Lagi beres-beres, berbenah, kirain banjir kecil, ya begitu banjir kecil, biasanya kan enggak apa-apa kalau air lewat.

Tiba-tiba geluduk-geluduk (suara tembok rumah yang mulai dihantam kayu yang terbawa derasnya air).

Wah gempa-gempa nih, istri saya di belakang sama anak, tau-tau rumah hancur semua," jelas Supri.

"Yauda tahu-tahu tanggul jebol saya tergulung air dan tertimpa tembok rumah saya," sambungnya.

Selain dirinya, air turut menerjang sang istri beserta anak yang sedang merapikan barang di belakang rumah mereka.

Menurut Supri, sang istri sempat terseret arus air sejauh lima meter dari kediamannya.

"Istri sama anak saya teseret sekitar lima meter.

Saya bertahan di pohon pisang sama anak saya berdua.

Istri juga bisa bertahan di pohon," tutur Supri.

Hingga saat ini Supri bersama keluarga telah mendapati bantuan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengibati luka yang dideritanya.

Seperti diketahui, tanggul Kali Pesanggrahan jebol akibat tak kuat menahan derasnya aliran dan debit air saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada penghujung malam pergantian Tahun 2019 menuju 2020.

Aksi Petugas Pemadam Kebakaran Selamatkan Bayi 7 Jam Terjebak Banjir

Kisah heroik petugas pemadam kebakaran saat evakuasi banjir di Jakarta ini mengundang haru.

Seperti diketahui, banjir menggenang kawasan Jakarta dan Bodetabek selama dua hari ini, akibat curah hujan tinggi sejak Selasa sore, 31 Desember 2019 menjelang malam pergantian tahun.

Deny Setyawan, seorang petugas pemadam kebakaran Pemprov DKI Jakarta di Tebet berhasil mengevakuasi bayi korban banjir di kawasan Bukit Duri, Jatinegara, Jakarta Timur.

Deny bersama rekan-rekannya di Damkar Tebet melakukan evakuasi bayi korban banjir bernama Sabrina, Kamis (2/1/2020) kemarin.

Deny dan kawan-kawannya bekerja menyelamatkan sebanyak sembilan korban banjir yang belum bisa lolos dari kepungan air yang menggenangi sekitar SMA 08 Bukti Duri, RT 01/12.

Sabrina diketahui merupakan bayi berusia dua bulan.

Bayi cantik dan menggemaskan itu terjebak banjir hampir tujuh jam lamanya di sebuah warung ketoprak di sekitaran SMA 08 Bukit Duri.

"Saya merasa terharu sekali ketika kami berhasil menyelamatkan bayi Sabrina.

Rasa syukurnya melebihi dari segala-galanya karena menyelamatkan anak ini juga merupakan bentuk menyelamatkan generasi penerus ke depan," ujar Deny.

Dia mengaku, saking terharunya sampai tidak bisa menggambarkan perasaan haru ketika berhasil menyelamatkan bayi yang masih merah tersebut.

Air matanya sampai berlinang.

Begitu berhasil mengevakuai bayi itu, Deny langsung mengangkat dan memeluknya menerjang kepungan banjir.

"Tentunya kita harus mawas diri sebelum melakukan evakuasi ataupun menolong orang. Kalau setelah itu memang berhasil, tentunya kita bangga, bahagia dan orang yang kita selamatkan tentunya senang juga walaupun kita memang tidak mengerjakannya seorang diri, bersama tim dan bantuan dari Yang Maha Kuasa," ucap Deny ketika ditemui di kantor Damkar Tebet.

Deny menuturkan, saat dievakuasi, bayi Sabrina berada di lantai dua sebuah warung ketoprak bersama orangtuanya, yakni sang Ibu, Fatima (27), ayah, nenek, dan kakaknya yang bernama Kirana (2).

"Begitu kita datang untuk membantu, karena perahu karet tidak bisa masuk ke dalam," ujarnya.

"Di situ saya kemudian turun dan menjemput bayi Sabrina di tengah kedalaman air yang mencapai hampir dua meter dengan jarak sekira 5-10 meter dari kapal tim evakuasi," ujar Deny Setyawan.

Dia menambahkan, ketinggian air di dalam warung ketoprak tersebut saat evakuasi dilakukan, mencapai dua meter atau setinggi leher Deny.

Mulanya, ketika berhasil menjangkau keluarga orangtua Sabrina, dia dan tim disodori sebuah keranjang. Tadinya dia berpikir keranjang tersebut berisi tumpukan pakaian. Ternyata di dalam keranjang tersebut terdapat bayi berusia dua bulan.

"Saya langsung kaget karena keranjang itu isinya bayi Sabrina."

"Kasihan sekali itu bayi ada di posisi seperti itu, terjebak di antara kepungan banjir yang membahayakan nyawanya.

Akhirnya saya bergegas mengambil keranjang itu, saya ambil bayi itu, saya gendong di pundak kemudian menuruni tangga," tutur Deny.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Wartakotalive/Rizki Amana)



Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer