Para pembalap MotoGP akan memakai jas hujan ketika terjadi hujan deras di sirkuit.
Jas hujan akan menjaga wearpack pembalap MotoGP tidak terlalu basah atau menghindari air masuk ke dalam baju balapnya.
Hal yang menarik adalah, jas hujan pembalap MotoGP tidak boleh memiliki warna solid atau dengan kata lain harus transparan.
Hal ini tentu saja mengherankan jika dibandingkan dengan jas hujan pada umumnya.
Baca: Banyak yang Belum Tahu, Ini Sumber Dana Tim MotoGP untuk Biayai Kompetisi
Baca: Video - Ini Beda MotoGP Dulu dengan Saat Ini Menurut Valentino Rossi
Dilansir dari Gridoto.com, ternyata ini dilakukan agar logo sponsor yang menempel di wearpack bisa tetap terlihat meskipun menggunakan jas hujan.
Namun, jas hujan para pembalap MotoGP tidak boleh sembarangan.
Jas hujan ini didesain khusus untuk memenuhi segala keperluan di dunia balap, seperti yang diungkapkan Alpinestars di website resminya.
Fakta pertama, jas hujan pembalap MotoGP dibuat dengan bahan transparan setebal 2 mm.
Bahan yang disebutkan secara rinci ini diklaim 100% bisa menahan air ketika hujan.
Selain itu, di bagian lengan dan sisi badan dipasangkan bahan kulit sintetis yang menggunakan pelapis tahan air.
Penambahan bahan kulit sintetis ini bertujuan agar jas hujan tetap lentur dan tidak mengganggu pergerakan pembalap.
Pada area pundak juga didesain khusus agar pas dengan desain wearpack atau racing suit yang mengembang di bagian punuk.
Baca: Bukan Valentino Rossi, Tapi Pembalap Ini yang akan Jadi Lawan Terberat Marc Marquez di MotoGP 2020
Baca: Banyak yang Belum Tahu, Ini Alasan Valentino Rossi Dijuluki The Doctor
Selain itu, di set jas hujan bagian bawah terdapat lubang untuk area knee pad.
Karena termasuk jas hujan yang spesial, ukuran bisa disesuaikan dengan bentuk badan pembalap masing-masing.
Mengenai harga, jas hujan khusus pembalap bikinan Alpinestars ini dibanderol seharga US$120 atau sekitar Rp1,7 juta.
MotoGP adalah balap motor prototipe paling canggih di di muka bumi.
Namun, untuk bisa berkompetisi di kelas premier MotoGP tidak mudah.
Satu di antara yang paling penting untuk bisa berkompetisi di MotoGP adalah ketersediaan dana.
MotoGP membutuhkan dana yang sangat besar.
Lalu, bagaimana cara sebuah tim mendapatkan dana untuk membiayai keikutsertaannya di MotoGP?
Bagaimana juga cara memereka mengatur keuangannya?
Dilansir dari Gridoto.com, sebelumnya harus dipahami dulu bahwa ada banyak perbedaan budget dan sponsor antara tim pabrikan dan tim customer.
Mencari tahu detail keuangan setiap tim di paddock tentunya tidak mungkin.
Seperti halnya perusahaan, keuangan adalah adalah rahasia yang harus disimpan rapat oleh setiap anggotanya.
Di gelaran MotoGP ada tim besar dan tim kecil.
Tim besar memerlukan dana besar, biasanya adalah tim pabrikan sedangkan tim kecil memerlukan dana kecil, tim kecil merujuk pada tim non-pabrikan.
Baca: Valentino Rossi dan Juara Dunia F1 Lewis Hamilton Tukar Kendaraan Balapnya
Baca: Tak Hanya di Roda Dua, Valentino Rossi Ternyata Juga Jago Balap Mobil, Juarai Pro-Arm Gulf 12 Hours
Pengeluaran tim pabrikan biasanya biasanya untuk menggaji pembalap terkenal.
Misalnya gaji Valentino Rossi dan Marc Marquez yang saat ini paling besar di antara pembalap lainnya.
Pengeluaran lain juga banyak, misalnya gaji kru, menyewa motor bagi tim satelit, pengembangan motor bagi pabrikan, lalu ketika crash harus memperbaiki motor, dan banyak pengeluaran lainnya.
Kemudian ada perbedaan mendasar tentang tujuan utama tim pabrikan dan tim non pabrikan (satelit dan privateer).
Tim pabrikan adalah proyek dari masing-masing pabrikan motor yang memang mau menggelontorkan dana besar.
Tujuan utamanya juga bukan semata-mata mencari untung secara langsung dari kejuaraan.
Selain untuk riset, tim pabrikan dibuat sebagai alat marketing dan bersaing dengan pabrikan lainnya.
Adanya sponsor lain (selain pabrikan motor) di tim pabrikan bukan untuk masalah ekonomi, namun lebih ke kerjasama yang muaranya juga ke marketing.
Sumber pemasukan lainnya adalah dari Dorna, sang pemilik MotoGP.
Dorna membayar setiap pabrikan untuk setiap motor yang digunakan dalam balapan.
Adanya tim non-pabrikan tujuannya untuk meramaikan balapan, membantu tim pabrikan, dan tentu saja menjalankan roda ekonomi.
Sumber keuangan tim non-pabrikan memang dari sponsor itu, jika kurang sponsor bakal cepat bangkrut.
Dorna Sports juga memberikan dana bagi tim non pabrikan yang berkompetisi, istilahnya ada subsidinya juga.
Walau butuh uang, sponsor tidak selalu memberi bantuan dalam bentuk uang.
Ada sponsor yang langsung memberi uang, ada pula sponsor yang hanya menyuplai material teknis untuk balapan.
Selain itu, ada juga sponsor utama yang memang menggelontorkan dana banyak, ada pula sponsor yang hanya memberi sedikit.
Namun, pernah ada satu tim non-pabrikan yang tidak memburu uang seperti yang lainnya, tim itu adalah Marc VDS yang dulu pernah berkompetisi di kelas premier tapi sekarang sudah mundur karena masalah dana.
Tim Marc VDS lebih sering disebut tim privat.
Marc VDS dibuat karena sang pemilik (Marc Van Der Straten) memang punya dana cukup dan memang senang berada di kompetisi balap.
Untuk tim Marc VDS, sponsor sifatnya hanya membantu saja, tujuan sebenarnya adalah tetap balapan.
Tapi pada akhirnya jika dananya kurang, maka tetap saja sulit, sampai akhirnya Marc VDS mundur.