Terlebih bagi keluarga korban yang ditinggalkan maupun korban yang masih hidup.
Kecelakaan maut yang menewaskan lebih dari 30 orang ini terjadi pada Senin, 23 Desember 2019 sekitar pukul 23.15 WIB.
Baca: Kecelakaan Bus Sriwijaya, 31 Orang Tewas, Investigasi KNKT, Sempat Ada Usulan Pembangunan di TKP
Bus Sriwijaya yang dikemudikan oleh Ferri ini menabrak beton dan terjun ke sungai di Liku Lematang.
Sebelum mengalami insiden tragis tersebut, sang sopir bus Sriwijaya, Ferri rupanya sudah menunjukkan sikap tak biasa sebelum berangkat kerja.
Gelagat aneh yang terjadi secara tiba-tiba juga dirasakan oleh sang istri.
Hal ini diungkapkan oleh Jalaluddin (55) yang merupakan ayah kandung Ferri.
Jalaludin menjelaskan sikap tak biasa dari Ferri ini menjadi firasat buruk bagi keluarga mereka sejak berangkat pada Minggu (22/12/2019).
"Waktu pamit kerja hari minggu lalu sampai empat kali dia izin sama ibunya. Itu agak aneh karena biasanya cukup satu kali saja," tutur Jalaluddin.
Jalaludin memasikan jika kondisi fisik sang anak saat berangkat itu sehat.
Jalaludin menjelaskan anaknya tersebut selama hidup tak pernah memiliki riwayat penyakit yang parah.
Ferri sendiri telah lima belas tahun menjalani pekerjaan sebagai seorang sopir bus maupun truk yang kerap bepergian ke luar kota.
"Memang dia kerjanya sopir. Sering juga ke luar kota. Pernah beberapa kali pindah perusahaan juga. Ini saja sebenernya sudah mau pindah."
"Waktu itu melamar pekerjaan dan rencananya awal tahun baru akan kerja di tempat yang baru," ungkap Jalaluddin.
Namun belum sempat hal tersebut terlaksana, Ferri justru mengalami kecelakaan dan akhirnya tewas di lokasi kejadian.
Jalaludin juga teringat cerita sang istri saat Ferri pamit, putranya tersebut sempat memberikan pesan yang membuat batin ibunya bergetar.
"Dia bilang, Mak Pamit ya. Mungkin aku tak pulang. Tapi saat itu ibunya berpikir kata-kata itu berarti pulangnya agak lama."
"Tapi tetap saja perasaan cemas itu ada," jelas Jalaluddin.
Selain itu Jalaludin jua menyebutkan firasat tak enaknya sebagai seorang ayah.
"Sejak Senin malam saya tak bisa tidur, pikiran dan hati saya tak tenang," imbuh Jalaluddin.