Gibran Rakabuming telah mendaftar sebagai calon Wali Kota Solo di Kantor DPD PDI-P Jawa Tengah di Panti Marhaen Semarang, Kamis (12/12/2019).
Tak hanya Gibran Rakabuming, menantu Presiden Jokowi yang lainnya, Bobby Nasution juga maju dalam pencalonan Wali Kota Medan.
Hal ini mendapatkan tanggapan dari pengamat politik Hendri Satrio.
Ia menyatakan jalur darah penguasa di politik adalah sebuah keuntungan.
Hal tersebut disampaikan Hendri Satrio dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah lewat kanal YouTube Talk Show tvOne, Kamis (12/12/2019).
Hendri Satrio menuturkan, tidak bisa dipungkiri bahwa modal politik yang dimiliki Gibran dan Bobby adalah Jokowi.
"Jadi memang dinasti politik ini, atau memanfaatkan ayah, ya memang terjadi," jelas Hendri Satrio.
Hendri Satrio mengatakan bahwa kenyataannya nama Jokowi menjadi modal bagi pencalonan Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution.
"Dan kemudian apakah ayahnya tidak akan membantu anaknya kemudian mempersilakan berjuang sendirian? Ya enggak akanlah namanya ayah kan," terang Hendro Satrio.
Menurut Hendri Satrio persoalan pencalonan Gibran dan Bobby maju di Pilkada 2020 mendatang menjadi ramai diperbincangkan, karena Jokowi seorang tokoh nasional.
Hendri Satrio menuturkan, ujungnya berada di tangan rakyat, menang atau tidaknya Gibran dan Bobby bergantung pada pilihan rakyat.
Baca: Gibran Berniat Maju Pilkada Solo, Gerindra : Meski Anak Presiden Tetap Harus Berjuang Sendiri
Baca: Gibran Rakabuming Maju sebagai Calon Wali Kota Solo, Iwan Fals: 2024 Bisa Jadi Presiden Juga Tuh
"Tapi kan secara peraturan boleh-boleh saja dia maju," ujar Hendro Satrio.
Hendri Satrio menyatakan, apabila Gibran dan Bobby memang memanfaatkan momentum posisi ayahnya yang menjabat sebagai presiden.
"Kemudian mempersiapkan diri untuk maju ke Pilkada memang memanfaatkan momentum," ujar dia.
Menurut Hendri, jika momentumnya sudah lewat maka akan sulit bagi mereka untuk berkompetisi, hal ini terkait dengan kemenangan.
Ia pun memberikan contoh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu, setelah sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak menjabat sebagai presiden.
Baca: Veronica Koman Curigai Sosok Penampakan di Belakang Jokowi, Gibran Beri Teguran Keras: Ngawur!
"Mas AHY misalnya pada saat SBY sudah selesai itu kan momentum keluarga SBY dianggap sudah selesai, jadi pada saat Mas AHY maju ke sebuah kompetisi Pilkada akan kesulitan dia, karena dianggapnya saat itu sudah zamannya Jokowi," papar Hendri Satrio.
"Sementara Mas Gibran saat ini memang masanya Pak Jokowi, nah kemudian apakah Mas Gibran salah memanfaatkan momentum yang dimiliki? Ini adalah masalah freewalk, silakan saja maju," imbuhnya.
Meski demikian, Hendri Satrio menuturkan bahwa yang terpenting ialah Gibran dan Bobby mampu membuktikan dan tampil sebagai diri mereka sendiri.
Bukan sebagai anak atau menantunya Jokowi.
Satu di antara cara yang bisa digunakan adalah tidak mengekor kebijakan Jokowi.
Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan pemilihan kepala daerah merupakan sebuah kompetisi bukan penunjukan.
Hal tersebut disampaikan Jokowi melalui video yang diunggah di kanal YouTube KompasTv, Kamis (12/12/2019).
Baca: Menteri BUMN Erick Thohir Bakal Rombak Jajaran Direksi Garuda Indonesia, Sebut Ini Mandat Jokowi
Baca: Sempat Kecewa Diturunkan ke Unit Kerja, Megawati: Jokowi Kebangetan Ya? Saya Kan Pensiunan Presiden
Jokowi mengatakan dalam sebuah kompetisi terdapat pemenang dan pihak yang kalah.
Oleh karena itu, kemenangan Gibran Rakabuming nantinya akan ditentukan dengan hasil pemilihan umum yang dilakukan oleh masyarakat.
Jokowi juga meminta agar dapat membedakan antara kompetisi dengan penunjukan.
Sebab, pencalonan Gibran Rakabuming menjadi Wali Kota Solo merupakan keinginan Gibran sendiri.
"Itukan sebuah kompetisi. Kompetisi itu bisa menang bisa kalah, terserah rakyat yang memiliki hak pilih.
Siapapun punya hak memilih dan dipilih," jelas Jokowi.
"Ya kalau rakyat tidak mau milih gimana, ini kompetisi bukan penunjukan, tolong bedakan," tandasnya.