Gibran Rakabuming telah mendaftar sebagai calon Wali Kota Solo di Kantor DPD PDI-P Jawa Tengah di Panti Marhaen Semarang, Kamis (12/12/2019).
Tak hanya Gibran Rakabuming, menantu Presiden Jokowi yang lainnya, Bobby Nasution juga maju dalam pencalonan Wali Kota Medan.
Menanggapi hal ini, Analis Politik Universitas Islam Negeri (UIN), Gun Gun Heryanto mengatakan siapapun boleh mengikuti pemilihan kepala daerah (Pilkada), termasuk anak pejabat.
Asalkan, menurut Gun, mengikuti prosedur demokrasi dalam proses pencalonannya.
Namun Gun juga mengatakan bahwa dinasti politik perlu diberi kritikan, karena menghalangi jalan seseorang dalam pencalonan yang sama.
"Sebenarnya yang harus kita kritik adalah politik dinasti, karena dinasti politik itu menutup akses demokrasi dari kompetitor," ucap Gun Gun Heryanto di Studio Menara Kompas, Kamis (12/12/2019), dikutip Tribunnews dari YouTube Kompas TV.
Baca: Gibran Rakabuming Resmi Maju Calon Wali Kota Solo, Pengamat Politik: Dinasti Politik Memang Terjadi
Ia menambahkan siapapun boleh mengikuti Pilkada, jika pencalonan dilakukan secara demokratis.
"Hak politik melekat pada seorang warga negara untuk mencalonkan diri secara demokratis, anak siapapun boleh maju," jelasnya.
"Kita menghormati hak semua orang," lanjut Gun.
Gun melanjutkan bahwa sebaiknya masyarakat harus membedakan antara dinasti politik, dengan majunya seseorang berdasarkan sistem demokrasi.
"Jadi kita harus membedakan politik dinasti dengan majunya seseorang dengan hak sipil seseorang yang mengikuti prosedur demokratis," katanya.
Dikutip dari Tribunnews.com, ada sisi positif dan negatif sebagai dampak pencalonan Gibran sebagai calon Wali Kota Solo periode 2020-2024.
"Ini ada sisi positif dan negatifnya," ujar Gun Gun.
Menurut Gun, keuntungan yang diterima Gibran yaitu, dia sudah dikenal secara luas oleh publik.
Baca: Jokowi Lantik 9 Wantimpres, Wiranto Jadi Ketua, Sebut Siap Kerja Usai Insiden Penusukan
"Sisi positifnya, dia akan mudah mendapat ruang publisitas publik," kata Gun.
"Karena saat pemerintah Jokowi, hampir setiap hari ada pemberitaan keluarga, di situ ada nama Gibran dan menantunya," tambahnya.
Gun menilai Gibran sudah mempunyai modal politik di awal langkahnya itu.
"Secara modal politik dia pasti naik," ungkapnya.
Namun, Gun juga mengungkap sisi negatifnya yakni adanya kemungkinan Gibran mendapat perlakuan khusus sebagai keluarga Jokowi.
"Negatifnya, kalau ada upaya memanfaatkan hak-hak khusus, sebagai bagian dari orang yang berada dalam kekuasaan," jelasnya.
Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan pemilihan kepala daerah merupakan sebuah kompetisi bukan penunjukan.
Hal tersebut disampaikan Jokowi melalui video yang diunggah di kanal YouTube KompasTv, Kamis (12/12/2019).
Baca: Sempat Kecewa Diturunkan ke Unit Kerja, Megawati: Jokowi Kebangetan Ya? Saya Kan Pensiunan Presiden
Jokowi mengatakan dalam sebuah kompetisi terdapat pemenang dan pihak yang kalah.
Oleh karena itu, kemenangan Gibran Rakabuming nantinya akan ditentukan dengan hasil pemilihan umum yang dilakukan oleh masyarakat.
Jokowi juga meminta agar dapat membedakan antara kompetisi dengan penunjukan.
Sebab, pencalonan Gibran Rakabuming menjadi Wali Kota Solo merupakan keinginan Gibran sendiri.
"Itukan sebuah kompetisi. Kompetisi itu bisa menang bisa kalah, terserah rakyat yang memiliki hak pilih.
Siapapun punya hak memilih dan dipilih," jelas Jokowi.
"Ya kalau rakyat tidak mau milih gimana, ini kompetisi bukan penunjukan, tolong bedakan," tandasnya.
Hendri Satrio menyatakan jalur darah penguasa di politik adalah sebuah keuntungan.
Hal tersebut disampaikan Hendri Satrio dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah lewat kanal YouTube Talk Show tvOne, Kamis (12/12/2019).
Hendri Satrio menuturkan, tidak bisa dipungkiri bahwa modal politik yang dimiliki Gibran dan Bobby adalah Jokowi.
"Jadi memang dinasti politik ini, atau memanfaatkan ayah, ya memang terjadi," jelas Hendri Satrio.
Hendri Satrio mengatakan bahwa kenyataannya nama Jokowi menjadi modal bagi pencalonan Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution.
"Dan kemudian apakah ayahnya tidak akan membantu anaknya kemudian mempersilakan berjuang sendirian? Ya enggak akanlah namanya ayah kan," terang Hendro Satrio.
Menurut Hendri Satrio persoalan pencalonan Gibran dan Bobby maju di Pilkada 2020 mendatang menjadi ramai diperbincangkan, karena Jokowi seorang tokoh nasional.
Hendri Satrio menuturkan, ujungnya berada di tangan rakyat, menang atau tidaknya Gibran dan Bobby bergantung pada pilihan rakyat.
Baca: Gibran Berniat Maju Pilkada Solo, Gerindra : Meski Anak Presiden Tetap Harus Berjuang Sendiri
Baca: Gibran Rakabuming Maju sebagai Calon Wali Kota Solo, Iwan Fals: 2024 Bisa Jadi Presiden Juga Tuh
"Tapi kan secara peraturan boleh-boleh saja dia maju," ujar Hendro Satrio.
Hendri Satrio menyatakan, apabila Gibran dan Bobby memang memanfaatkan momentum posisi ayahnya yang menjabat sebagai presiden.
"Kemudian mempersiapkan diri untuk maju ke Pilkada memang memanfaatkan momentum," ujar dia.
Menurut Hendri, jika momentumnya sudah lewat maka akan sulit bagi mereka untuk berkompetisi, hal ini terkait dengan kemenangan.
Ia pun memberikan contoh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu, setelah sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak menjabat sebagai presiden.
Baca: Veronica Koman Curigai Sosok Penampakan di Belakang Jokowi, Gibran Beri Teguran Keras: Ngawur!
"Mas AHY misalnya pada saat SBY sudah selesai itu kan momentum keluarga SBY dianggap sudah selesai, jadi pada saat Mas AHY maju ke sebuah kompetisi Pilkada akan kesulitan dia, karena dianggapnya saat itu sudah zamannya Jokowi," papar Hendri Satrio.
"Sementara Mas Gibran saat ini memang masanya Pak Jokowi, nah kemudian apakah Mas Gibran salah memanfaatkan momentum yang dimiliki? Ini adalah masalah freewalk, silakan saja maju," imbuhnya.
Meski demikian, Hendri Satrio menuturkan bahwa yang terpenting ialah Gibran dan Bobby mampu membuktikan dan tampil sebagai diri mereka sendiri.
Bukan sebagai anak atau menantunya Jokowi.
Satu di antara cara yang bisa digunakan adalah tidak mengekor kebijakan Jokowi.