Pasutri Ini Pilih jadi Anak Punk dan Ngamen untuk Penuhi Kebutuhan Sekolah Anak: yang Penting Halal

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yeti dan Iyan pasangan suami istri yang turut diamankan bersama belasan anak Punk lainnya oleh Satpol PP berbaris di aula untuk didata --- Pasutri menjadi anak punk untuk kebutuhan sang anak: yang penting halal

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sintang mengamankan belasan anak punk di Jalan Lintas Melawi, Kelurahan Ladang, Sintang, Kalimantan Barat, Kamis (28/11/2019).

Tindakan tersebut dilakukan lantaran keberadaan mereka dianggap meresahkan warga.

Yang menarik, ada pasangan suami istri yang ikut diamankan petugas, yaitu Yeti dan Iyan.

Keduanya diamankan bersama 12 anak punk yang lain.

Sebelumnya, mereka tinggal dan menempati sebuah bangunan bekas pasar burung.

Pasutri dan seluruh anak punk yang terjaring Satpol PP dan Dinsos Kabupaten Sintang ini langsung dibawa ke aula Satpol PP.

Baca: 15 Negara dengan Penduduk Terpendek di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Baca: Sosok Kapten Teddy Indra Wijaya, Ajudan Presiden Jokowi jadi Lulusan Terbaik Sekolah Militer Amerika

 

Yeti dan Iyan pasangan suami istri yang turut diamankan bersama belasan anak punk lainnya oleh Satpol PP berbaris di aula untuk didata. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/AGUS PUJIANTO/Kolase/sid)

Yeti berasal dari Jungkat, Kabupaten Mempawah.

Sementara suaminya, Iyan merupakan warga Kabupaten Melawi.

Yeti dan Iyan menikah siri.

Pada waktu itu Yeti masih berusia 16 tahun.

Setelah diamankan, pasutri ini mengaku baru dua minggu berada di Sintang.

"Belum ada dua minggu di sini. Kami ngamen. Rencana hari ini mau pulang Jungkat, tapi kena amankan" kata Yeti.

Selama di Sintang, mereka tidur bersama anak punk lain, yang hanya beralaskan kardus.

Baca: Trailer Perdana Film James Bond: No Time to Die Dikabarkan Akan Segera Dirilis

Baca: Cuitan Twitter Anggun C Sasmi Menyangkut Kontroversi Ucapan Agnez Mo: Gitu Aja Repot

Baca: 8 Mitos Mengenai Minuman Alkohol yang Masih Dipercaya hingga Sekarang

Menurut keterangan yang diberikan keduanya memilih menjadi anak punk karena himpitan ekonomi.

Setelah menikah, keduanya tidak memiliki pekerjaan yang tetap.

"Saya awalnya kuli bangunan," ujar Iyan.

Beralasan terhimpit ekonomi, pasutri ini memutuskan untuk mengamen.

Dalam sehari, mereka mampu meraup pundi rupiah mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.

Akan tetapi uang tersebut masih dibagi bersama anak punk lain, karena mereka mengamen bergantian.

Hasil dari mengamen, mereka kirim untuk kebutuhan sekolah anak mereka.

Kini pernikahan keduanya telah dianugerahi dua orang anak.

Buah hati mereka tinggal bersama neneknya di Jungkat, Kabupaten Mempawah.

"Anak yang paling besar, sudah kelas 2 SD di Jungkat," kata Yeti.

"Kemarin kirim 500 ribu," lanjut Yeti.

Baca: Masih Ingat Penjual Soto yang Gugat RS Mata? Kini Dilaporkan Balik Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Baca: Siwon Super Junior Kaget Lihat Jumlah Follower Instagram Raffi Ahmad dan Nagita: Oh My God, Amazing!

Baca: Beda dengan Agnez Mo, Pembalap Belanda Michael van der Mark Mengaku Punya Darah Indonesia

Pasutri ini mengaku terpaksa menjalani kerasnya hidup bersama anak punk.

Mereka mengatakan yang terpenting adalah halal, bukan hasil curian.

"Yang penting halal. Tidak curi. Sayang sama uang kalau harus ngontrak rumah," ujar Yeti.

Yeti mengaku sudah mendapatkan panggilan kerja di Ketapang.

Dalam waktu dekat, ia akan bekerja di tempat tersebut.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin/Tribun Pontianak/Agus Pujianto)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer