Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Agama Kristen Protestan dan Katolik Roma merupakan agama mayoritas di Kepulauan Nias.
Hal tersebut didasarkan atas perkembangan dan sejarah masuknya agama pertama di Pulau Nias.
Sejarah
Masyarakat Nias awalnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, layaknya tradisi leluhur Jawa masa itu.
Misionair dan penginjil asal Jerman, E Ludwig Danniger yang membawa ajaran agama Kristen Protestan ke masyarakat Nias.
E Ludwig merupakan anggota Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), datang ke Pulau Nias tangga 27 September 1865.
Tanggal 27 September 1865 masyarakat Nias menetapkan sebagai Hari Yubelium Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) dan mendirikan gereja-gereja di Nias.
Namun pembaptisan bagi warga Nias terhambat karena kedatangan Belanda, pada tahun 1900.
Pembaptisan masyarakat Nias baru terlaksana 15 tahun setelahnya.
Gereja bernama Fonorotodo yang berarti mengenang kembali atau peringatan, adalah bukti fisik masuknya agama Kristen Protestan di Nias tepatnya di Gunungsitoli.
Gereja Fonorotodo memiliki gaya aristektur berbentuk prisma dengan bagian ujung, terdapat bentuk mahkota raja.
Pada bagian pintu gereja berukirkan gambar Yesus dan para murid, yang sedang melakukan perjamuan di atas meja makan.
Bagian interior gereja didominasi nuansa klasik, dengan jajaran kursi kayu yang terbagi menjadi dua bagian sisi kiri dan kanan.
Bagian tengah terdapat jalan pendeta menuju altar sembahyang.
Pada bagian altar sembahyang, terdapat kayu berbntuk salib putih sedikit lebih tinggi dari kursi para jemaat.
Gereja Fanorotodo memiliki dua lantai, dengan tangga berbentuk spiral di sisi kanan dan kiri ruang sembahyang utama.
Tahun 1915 – 1920 komunitas Kristen di Nias mengalami kebangkitan agama, yang cukup signifikann.
Tahun 1936 Sinode BNKP yang pertama akhirnya terbentuk dengan dipimpin oleh, seorang misisonaris dari Jerman.
Periode tahun 1938 hingga 1949 terjadi peningkatan kerohanian di Nias, mengakibatkan juga perpecahan gereja menjadi Fa’awosa Kho Geheha dan Fa’awosa Kh Jesu.
Kepulauan Nias juga berkembang Gereja Advent dan Gereja Katolik Roma.
Namun BNKP tetap menjadi Gereja Utama terbesar di Kepulauan Nias, dan menjadi symbol pemersatu etnik dan kebudayaan masyarakat.
Bahasa Nias Utara dijadikan sebagai Bahasa Alkitab Gereja, dan diterbitkan pada tahun 1913 silam.
Saat ini agama masyarakat Nias, sekitar 37% Kristen Protestan, 18% Katolik Roma, dan 7% Islam dan sisanya menganut agama leluhur.
BNKP saat ini tersebar di kota-kota besar Indonesia, seperti Medan, Padang, Pekanbaru, Batam, Jakarta, Bandung dan kota-kota lainnya[1].
Filosofi Gereja
“Banua Niha Keriso Protestan” (BNKP) memiliki arti Persekutuan orang-orang Kudus yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, anak dan roh kudus, sebagai perwujudan nyata dari tubuh Kristus.
BNKP mengakui bahwa Tuhan dan Juruselamat dunia, Raja Damai, Kepala semua pemerintah, dan penguasa serta Kepala Gereja dalam Alkitab (Perjanjian lama dan perjanjian baru)[2].
Peran Gereja
Gereja Fanorotodo ini juga memainkan peran cukup penting, dalam melayani umatnya dan menjadi penerang bagi bangsa terutama masalah kemiskinan, kesetaraan, radikalisme, dan ketidak adilan gender.
Selain itu juga mempraktikan dukungan dan pengembangan kepemimpinan alternative perempuan, merupakan seruan penting dan relevan sebagai komitmen gereja untuk mengaangkat kualitas hidup perempuan Nias[3].