London Mini Indonesia Film Festival merupakan festival film Indonesia yang pertama kali diadakan di London, Inggris, oleh Curzon Sinema London.
Mengutip dari Antara News, ada beberapa film Indonesia yang diputar dalam festival ini.
Festival tersebut dibuka dengan Dua Garis Biru yang mendapatkan 12 kategori nominasi dalam Piala Citra di ajang penghargaan Festival Film Indonesia.
Selain Dua Garis Biru, film lain yang akan diputar adalah Turah, Nyanyian Akar Rumput, dan 27 Steps of May.
London Mini Indonesia Film Festival rencananya akan ditutup dengan pemutaran film Bumi Manusia yang diangkat dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer.
Pada masa orde baru, peredaran novel tersebut di masyarakat sempat dilarang.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Inggris Rizal Sukma, festival film memiliki berbagai dimensi yang penting.
Baca: Simak Daftar Lengkap Nominasi FFI 2019, Ada Dua Garis Biru, Bumi Manusia, hingga 27 Steps of May
Baca: Mengintip Momen Mesra Zara JKT48 dan Angga Yunanda Saat Syuting Film Dua Garis Biru
"Pertama sebagai dipolomasi seni dan budaya yang efektif, kedua sebagai wahana memperkenalkan film Indonesia ke pasar Inggris yang bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif tanah air," kata Rizal di London, Jumat (22/11/2019).
Pendiri Indonesian Film Society (IFS) dan direktur festival, Patrick Tantra mengatakan bahwa festival diadakan atas inisiatif IFS yang didukung KBRI London sebagai bagian dari rangkaian peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Inggris.
IFS sendiri merupakan sebuah komunitas film yang berbasis di London dan berdiri pada tahun 2018.
Komunitas tersebut rutin memutar film-film Indonesia, terutama film yang mengangkat kritik sosial.
"Kami menjadikan film sebagai medium untuk melihat berbagai persoalan di Indonesia untuk kemudian menciptakan ruang-ruang diskusi," ungkap Patrick.
Selain dibintangi Adhisty Zara dan Angga Yunanda, film besutan Gina S Noer ini juga turut diperankan oleh Dwi Sasono, Cut Mini, Arswendi Bening Swara, hingga Lulu Tobing.
Setelah trailer filmnya dirilis untuk pertama kali, film Dua Garis Biru sempat menuai kontroversi.
Beberapa kalangan menilai bahwa film nominasi Piala Citra tersebut akan memberikan pengaruh buruk bagi remaja.
Film ini dianggap membahayakan generasi muda karena mengajarkan pergaulan bebas pada anak usia remaja.
Banyak masyarakat yang ikut serta membuat petisi yang dilayangkan pada Lembaga Sensor Film (LSF) agar film ini tidak jadi ditayangkan.
Film Dua Garis Biru bercerita tentang Dara (Adhisty Zara) yang hamil di usianya yang masih 17 tahun.
Atas kejadian ini, kekasih Dara, Bima (Angga Yunanda) merasa harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Akhirnya keduanya harus menjadi pasangan suami istri sekaligus orang tua di saat mental mereka belum matang.
Baca: Fakta Film Dua Garis Biru, Diboikot, Kembalinya Lulu Tobing, Dwi Sasono Hendak Jotos Aktor Utama
Baca: Trailer Film Dua Garis Biru Trending Nomor 1 di YouTube
Film yang sudah rilis pada 2016 lalu ini didapuk mewakili Indonesia dalam ajang penghargaan bergengsi Academy Awards ke-90 pada Maret 2018 silam.
Dalam ajang yang dikenal dengan nama Oscar itu, film Turah mewakili Indonesia dalam kategori film Berbahasa Asing Terbaik.
Sebelumnya, film arahan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo ini juga ditayangkan di beberapa film festival lainnya.
Film ini bercerita tentang warga kampung Tirang yang tidak pernah mengetahui arti mimpi.
Warga kampung primitif ini menganggap semua yang mereka dapatkan hanyalah belas kasihan dari juragan kaya raya bernama Darso dan Pakel.
Hidup mereka terus diatur oleh Darso dan Pakel tanpa mereka bisa menolaknya.
Perubahan datang saat Turah dan Jadag dengan berani mendorong warga untuk memperjuangkan kemenangan bersama.
Baca: Dua Garis Biru
Baca: Chicco Jerikho Akui Selektif Memilih Peran dalam Film setelah Jadi Duta Festival Film Indonesia 2019
Film Nyanyian Akar Rumput berhasil membawa pulang Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2018 dalam kategori film Dokumenter Panjang Terbaik.
Berdurasi 107 menit, film Nyanyian Akar Rumput bercerita tentang keluarga Wiji Thukul, penyair dan aktivis demokrasi yang dihilangkan karena aktivitas politiknya pada masa Orde Baru.
Arahan sutradara Yuda Kurniawan ini juga pernah diputar perdana dan berkompetensi dalam penghargaan Busan International Film Festival 2018 yang digelar di Busan, Korea Selatan, 13 Oktober 2018 silam.
Film ini kemudian mendapat banyak apresiasi dari kritikus film di Korea Selatan.
Nyanyian Akar Rumput mengambil judul dari salah satu puisi Wiji Thukul yang dibuat tahun 1988.
Baca: FILM - 27 Steps of May (2019)
Baca: Ini Alasan Bumi Manusia Gagal Lolos Seleksi Academy Awards 2019
Sebelum rilis di bioskop pada 27 April 2019, 27 Steps of May sudah diputar dalam beberapa festival film.
Pada Oktober 2018, film berdurasi 112 menit ini telah diputar di Busan International Film Festival yang digelar di Korea Selatan.
Kemudian November 2018, 27 Steps of May juga tayang di Jogja-Netpac Asia Film Festval.
Selain itu, film 27 Steps of May juga diputar di sejumlah negara seperti Mesir, Swedia, dan Afrika Selatan.
Film 27 Steps of May diperankan oleh Raihaanun dan Lukman Sardi.
Arahan Ravi L Bharwani ini bercerita tentang seorang perempuan bernama May (Raihaanun) yang berjuang melawan trauma akibat pelecehan seksual yang dialaminya saat masih kecil.
May yang pernah diperkosa oleh sekumpulan orang saat berusia 14 tahun memutuskan untuk mengasingkan dirinya dari kehidupan.
Baca: Lokasi Syuting Bumi Manusia di Yogyakarta Menjadi Destinasi Wisata
Baca: Inilah Alasan Lagu Ibu Pertiwi Jadi Satu-satunya Original Soundtrack Film Bumi Manusia
Film Bumi Manusia merupakan adaptasi dari novel judul sama karya Pramoedya Ananta Toer.
Novel Bumi Manusia diterbitkan pertama kali pada tahun 1980.
Selang setahun setelah penerbitannya, pemerintah Orde Baru melarang buku ini untuk diterbitkan.
Buku yang terdiri dari 535 halaman tersebut ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau Buru.
Pada tahun 2005, Bumi Manusia kembali diterbitkan di Indonesia oleh Lentera Dipantara.
Kemudian di tahun 2018, Hanung Bramantyo di bawah rumah produksi Falcon Pictures mengangkat novel ini ke layar lebar.
Film yang lokasi syutingnya dilakukan di Yogyakarta tersebut dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Sha Ine Febriyanti, Ayu Laksmi, dan Donny Damara.