Informasi awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kaisar Kammu (berkuasa 781-806) memindahkan Ibu Kota Jepang dari Nara ke Heiankyo atau Kyoto.
Ibu kota Jepang tetap berada di Kyoto hingga dipindahkan ke Edo atau Tokyo pada 1868.
Kaisar Kammu mulai pindah ke Ibu Kota Jepang yang baru, Kyoto, menggunakan kereta pada 17 November 794.
Pindahnya Ibu Kota Jepang ini menandai awal Periode Heian, periode ketika Buddhisme, Taoisme, dan Tiongkok sangat berpengaruh pada kehidupan di Jepang.[1]
Ketika Ibu Kota Jepang dipindah lagi ke Tokyo, Kyoto sering disebut sebagai Saikyo atau “Ibu Kota Barat.”[2]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 16 November 2001, Perjalanan Pertama Film Harry Potter Dimulai
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 15 November 1532 - Penakluk Spanyol Francisco Pizarro Tiba di Ibu Kota Inca
Sekilas Kaisar Kammu
Kaisar Kammu lahir di Nara pada 4 Februari 737.
Ayahnya adalah Kaisar Konin (berkuasa 770-781) sedangkan ibunya seorang Korea.
Pada awalnya, dia dihapus dari garis suksesi, namun karena didukung klan Fujiwara yang mendominasi pemerintahan dan istana, dia dimasukkan kembali.
Kammu dipilih sebagai calon pengganti ayahnya pada 773.
Ketika Kaisar Konin turun tahta pada 781, Kammu diangkat menjadi kaisar.
Era pemerintahan Kammu disebut sebagai Enryuku atau “suksesi panjang.”
Kammu dikenal sebagai kaisar yang memindahkan ibu kota Jepang dari Nara ke Kyoto.
Kaisar ini menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan Tiongkok, khususnya penafsiran Konfusianisme dan Taoisme tentang tanda-tanda.
Namun, Kammu membuat administrasi pemerintahan menjadi boros atau sangat mahal.
Para abdi negara kemudian dibatasi dan beberapa kementerian ditekan.
Kammu juga membentuk sebuah badan penasihat yang disebut kurando-dokoro.
Karena istana kerajaan membengkak, pada 805, ada “pengurangan anggota dinasti.”
Lebih dari 100 pangeran dan putri kerajaan dikurangi statusnya dari keluarga raja menjadi bangsawan dan diberi nama klan, misalnya Minamoto, Taira, dan Ariwara.
Meskipun Kammu waspada pada pengaruh Buddha, dia mengizinkan dukungan negara pada kuil-kuil Buddha.
Kammu juga mengakhiri praktik wajib militer para petani di provinsi karena menganggap mereka tidak efektif.
Ketika tidak sedang berperang, para petani justru digunakan para pemimpin lokal untuk kepentingannya sendiri.
Para tuan tanah besar pun mulai membentuk tentara pribadi beranggotakan para samurai untuk melindungi kepentingan mereka.
Kammu juga berusaha mengurangi korupsi para pejabat di provinsi.
Sebuah badan bernama kageyushi dibentuk untuk memastikan catatan keuangan tetap terjaga.
Selain itu, sebuah audit dilakukan ketika ada pemindahan gubernur.
Kaisar Kammu meninggal pada 9 April 806 dan digantikan anaknya, Kaisar Heizei.[3]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 14 November 1861 - Sejarawan Amerika Frederick Jackson Turner Lahir
Baca: Hari ini Dalam Sejarah: 14 November, Hari Diabetes Sedunia
Pemindahan Ibu Kota
Selama Periode Nara (710-794), istana Jepang mengalami konflik internal antara para aiistokrat yang memperebutkan dukungan dan posisi.
Selain itu, juga ada pengaruh para sekte-sekte Buddha terhadap kebijakan pemerintahan.
Kuil-kuil Buddha banyak bertebaran di sekitar Ibu Kota Nara.
Pada 782 juga ada kudeta yang dilakukan keturunan Kaisar Temmu, namun gagal.
Hal-hal ini memutuskan Kammu untuk memindahkan ibu kotanya ke Nagaokakyo di Sungai Yodo pada 784.
Namun, pembunuhan kepala penasihat Kammu, kematian satu istri dan satu anaknya, beberapa banjir dan epidemi membuat Nagaokakyo dianggap tidak cocok.
Maka, Kammu memutuskan pemindahan ibu kota ke Heiankyo pada 794.
Kammu pindah ke Heiankyo menggunakan kereta pada 17 November 794.
Perpindahan ini menandai dimulai periode Heian yang berlangsung hingga abad ke-12.
Heiankyo berarti “ibu kota kedamaian dan ketenangan”.
Heiankyo kemudian lebih dikenal sebagai Kyoto.
Ibu kota baru ini dibangun menggunakan model Tiongkok.
Para aristokrat memiliki istana bagus dengan kebun dan sebuah taman besar yang dibangun di selatan istana kerajaan.
Tidak ada kuil Buddha yang diizinkan dibangun di bagian utama kota dan tidak ada pendeta yang diizinkan pindah dari Nara, meskipun Kammu mengizinkan pembangunan dua kuil di dekat gerbang Rashomon.
Kammu juga membangun Hirano Jinja, kuil Shinto pada 794.[4]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 13 November 1985 - Gunung Nevado del Ruiz Meletus dan Tewaskan 23 Ribu Orang
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 12 November Diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional