Ketika gaji guru di kota lain berjuta-juta, di Papua gaji guru hanya cukup untuk beli air bersih dan minya tanah.
Guru memang mendapat predikat pahlawan tanpa tanda jasa.
Meski demikian, sekarang kesejahteraan guru sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah.
Guru sudah mendapat gaji yang sama dengan jabatan atau pekerjaan lain.
Maka banyak orang yang bercita-cita menjadi guru, apalagi sekaligus menjadi guru dan pns.
Namun ternyata masih banyak guru di pedalaman Indonesia yang belum sejahtera.
Salah satunya adalah guru di pedalaman Papua.
Baca: Kisah Seorang Pria Nikahi Gurunya Waktu SMA: Saya Pernah Berkata Suatu Hari akan Menikahinya
Baca: Ditegur Merokok, Siswa Tikam Guru SMK di Manado hingga Tewas, Inafis Tengah Lakukan Olah TKP
Pengabdian guru yang mengajar di pedalaman Papua masih belum mendapat balasan yang setimpal dari sisi kesejahteraan.
Dilansir oleh Kompas.com, ketimpangan kesejahteraan guru tersebut dialami oleh Diana Cristian Da Costa Ati (23), seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) yang merupakan program Bupati Mappi.
Dengan tingkat kesulitan dan minimnya sarana infrastruktur di tempatnya mengajar, Diana dan rekan-rekannya hanya menerma gaji Rp 4 juta per bulan.
Dari gaji tersebut pun ternyata masih harus dipotong pajak pendapatan sebesar lima persen.
Selain itu untuk mengambil gaji tersebut, ia bersama rekan-rekannya masih harus menyewa perahu kecil (katinting).
"Gaji kami Rp 4 juta dipotong pajak 5 persen Rp 200 ribu, jadi kami terima Rp 3,8 juta. Kalau mau ambil gaji, kami harus ke Distrik Haju," ujar Diana saat dihubungi melalui telepon, Selasa (12/11/2019).
Maka untuk mengakali mahalnya biaya transportasi, dia bersama rekan seprofesinya biasa mengambil gaji ke Bank Papua setiap dua bulan sekali.
Selain itu, karena mahalnya biaya kebutuhan sehari-hari, membuat gaji yang mereka terima seperti cepat habis.
Baca: Yane Ansanay, Fisikawan Perempuan Pertama Papua yang Dipercaya Jokowi Dirikan Lab Sains
Diana yang mengajar di SD Inpres Kaibusene, Distrik Haju, Kabupaten Mappi, menyebut bila harga minyak tanah dan BBM di tempatnya sangat tinggi.
"Harga minyak tanah Rp 50 ribu per 5 liter, bensinnya 5 liter Rp 150 ribu," ucapnya.
Namun, ia mengaku bahwa sebagian besar gaji mereka habis untuk membeli air mineral.
"Biasa kita beli air mineral gelas perkartonnya Rp 100 ribu, biasa kita beli 10 dus untuk bertiga selama satu bulan. Kalau pas jalan kaki itu kita bawa satu-satu karton, lalu kita sewa anak murid dua orang untuk bantu kita," kata Diana.