Dedi Mulyadi Sebut Seragam ASN Mirip Pakaian Berburu Belanda, Usulkan Diganti Baju Khas Nusantara

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seragam ASN ternyata warisan Belanda yang merupakan seragam untuk berburu.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belakangan masih ramai pembicaraan tentang larangan penggunaan cadar dan celana cingkrang di lingkungan ASN.

Kali ini ketentuan seragam ASN kembali menjadi sorotan publik.

Dedi Mulyadi, seniman Jawa Barat sekaligus anggota DPR RI terpilih 2019, mengusulkan jika seragam ASN lebih baik diganti.

Baca: Wacana PNS Dilarang Kenakan Cadar dan Celana Cingkrang, Haji Uma: Bisa Timbulkan Opini Keliru Publik

Baca: Menag Fachrul Razi: PNS yang Ngotot Pakai Celana Cingkrang, Silakan Keluar: Bantah Larang Cadar

Dedi Mulyadi (Kompas.com/Reni Susanti)

Bernuansa kolonial Belanda dan tidak ramah lingkungan

Usulan tersebut ditujukan pada Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Menteri Agama.

Hal tersebut dikarenakan menurut Dedi selama ini ketentuan seragam ASN merupakan warisan penjajahan Belanda.

Yang dimaksud Dedi adalah seragam harian ASN lengan pendek berbahan wol atau dinamakan jas tongki adalah pakaian yang sering digunakan orang Belanda ketika berburu.

"Itu pakaian gaya Belanda yang biasa dipakai untuk berburu," kata dedi kepada Kompas.com, Senin (4/11/2019).

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi (KOMPAS.COM/PUTRA PRIMA PERDANA)

Namun malah pakaian berburu ala Belanda tersebut digunakan untuk seragam formal untuk ASN bekerja harian.

Selain karena merupakan warisan Belanda, Dedi juga menyatakan jas tongki tidak cocok dengan lingkungan Indonesia pada umumnya yang beriklim tropis.

Dedi berpendapat seragam ASN yang berbahan wol lebih cocok dikenakan di daerah dingin.

Padahal tidak semua daerah Indonesia adalah wilayah bercuaca dingin.

Bahkan ada beberapa daerah Indonesia yang memiliki suhu ekstrim hingga 36 derajat Celcius lebih jika musim kemarau tiba.

"Suhu Indonesia itu cocoknya menggunakan pakaian dari sutera.

Bahan baku sutera itu masuk alam Indonesia," kata Dedi.

Dedi juga memberi komentar kepada pakaian sipil lengkap (PSL) anggota legislatif berupa jas dan dasi.

Menurut Dedi pakaian tersebut bergaya kebaratan dan berdampak pada lingkungan.

Hal tersebut karena PSL yang gerah akan memicu para pejabat menggunakan pendingin ruangan (AC) lebih sering dan lebih dingin.

"Agar suhu dingin, maka harus menggunakan AC dengan PK tinggi dan itu akan merusak lapisan ozon," kata Dedi.

Dedi mengatakan pentingnya penggantian seragam dan pakaian ASN dari nuansa kolonial Belanda.

Dedi juga memberi saran agar lebih baik menggunakan bahan dan gaya bernuansa nusantara.

"Selain itu, seragam ASN saat ini juga semi-militeristik dan warisan Orde Baru, sehingga harus dihapus dan diganti dengan baju khas nusantara," tegas Dedi.

Baca: Dedi Mulyadi

Baca: Dedi Mulyadi Usulkan Jawa Barat Digabung dengan Jakarta, Ini Alasannya

Usulan mengenakan baju nusantara

Ibu Negara Iriana Joko Widodo berfoto bersama istri jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden Joko Widodo resmi melantik 34 Menteri, 3 Kepala Lembaga Setingkat Menteri, dan Jaksa Agung untuk Kabinet Indonesia Maju. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut menyebut pemerintah mestinya menorong ASN dan pejabat pemerintah untuk mengenakan pakaian atau seragam berbasis budaya nusantara.

Pakaian tersebut juga disesuaikan dengan iklim dan budaya masing-masing daerah kerja ASN.

Begitupun dengan pakaian ata seragam angota legislatif.

Pakaian yang dikenakan disesuaikan dengan daerah representatif masing-masing.

"Sehingga akan tercipta keragaman budaya dan identitas budaya mereka tidak terhapus," kata Dedi.

Meskipun demikian yang dimaksud oleh Dedi bukan pakaian adat.

Dedi meyatakan pakaian khas daerah bisa disesuaikan dengan mode atau fashion masa kini.

Menurut Dedi yang terpenting adalah tetap mengandung nilai kepantasan.

"Karena dalam hal ini yang terpenting adalah pakaian ASN tidak seragam di semua daerah. Bisa disesuikan dengan budaya di masing-masing daerah tetapi tetap fashionable (model mengikuti zaman)," tandas Dedi.

Celana cingkrang bukan budaya Arab

Celana Pangsi (tokopedia.net)

Selain menyatakan usulannya tentang penggantian seragam dinas ASN dan pejabat negara, Dedi juga memberikan komentar terkait larangan celana cingkrang.

Menurut Dedi celana cingkrang bukan merupakan budaya Arab namun budaya Nusantara.

Hal tersebut karena celana cingkrang di Jawa Barat disebut pangsi adalah celana para petani warna hitam untuk mengolah sawah.

"Nah, sebenarnya celana cingkrang itu bukan budaya Arab, malah budaya Nusantara. Orang-orang Sunda yang pergi ke sawah biasa menggunakan celana cingkrang, warna hitam. Itu yang disebut pangsi," kata Dedi.

Dedi menyetujui celana jenis tersebut cocok dikenakan oleh orang lapangan seperti penyuliuh pertanian atau kehutanan.

Terlebih model celana cingkrang yang longgar dan memiliki ujung diatas mata kaki akan membuat penggunakanya bebas bergerak serta tidak takut kotor.

Sarung Ma'ruf Amin

Baca: 8 Artis Ini Ternyata PNS Loh, Bahkan Ada yang Jabatannya Tinggi, Siapa Saja?

Baca: Marahi ASN dan PNS yang Dukung Khilafah, Menteri Agama: Keluar Indonesia, Keluar dari Wilayah Ini

KH Maruf Amin yang kerap mengenakan sarung (Instagram/@angbeenrishi)

Dedi juga mengatakan mengenai sarung yang sering digunakan oleh Wapres Ma'ruf Amin.

Dedi beranggapan Ma'ruf Amin telah mempertahankan budaya nusantara.

Dalam acara apapun Ma'ruf Amin mengenakan sarung yang dianggap Dedi sebagai pakaian formal.

"Pak Ma'ruf terus menggunakan kain sarung karena pakaian khas Indonesia. Itu formal. Sama dengan orang Arab pakai jubah. Raja-raja Arab datang ke sini pakai gamis atau jubah," kata Dedi.

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi, KOMPAS,Putra Prima Perdana )



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer