Dengan ini, kota Ambon berdampingan dengan 65 kota lain yang ditunjuk UNESCO bergabung dalam Jaringan Organisasi Kota Kreatif dengan 246 negara.
Situs resmi organisasi UNESCO mencatatkan jaringan kota tersebut nantinya dapat menyatukan kota-kota yang mendasarkan pengembangan mereka pada kreativitas, baik dalam musik, seni dan kerajinan rakyat, desain, bioskop, sastra, dalam seni digital.
Jaringan kota kreatif UNESCO terikat dengan komitmen bersama untuk mengembangkan kebudayaan, sebagai strategi pembangunan utama dan untuk memperkenalkan masing-masing kebudayaan setiap negara ke dunia.
Audrey Azaoulay selaku Direktur Jenderal UNESCO mengatakan, di seluruh dunia terutama kota-kota terpilih, memiliki beragam cara untuk mengangkat kebudayaan sebagai pilar utama.
“Strategi yang mereka pakai akan kami nilai, terutama bagaimana mereka membuat budaya sebagai pilar utama suatu negara,” tambah Audrey Azoulay, seperti dikutip dari situs unesco.org.
UNESCO menetapkan kota Ambon sebagai kota musik, karena Ambon dan Maluku banyak melahirkan musisi-musisi terkenal. Selain terkenal dengan musisisnya, kota Ambon menjadi tujuan wisatawan datang karena rempah dan kondisi baharinya yang sangat kaya.
Baca: Lirik Lagu Dont Start Now, Single Terbaru Dua Lipa yang Resmi Beredar Hari Ini
Baca: Lirik dan Makna Lagu Selena Gomez ‘Lose You to Love Me’
Henry Marijes Sopachua Kepala Dinas Pariwisata Kota Ambon, meyatakan seluruh wisata bahari Ambon bertema musik, dan menjadi ciri khas berbeda dengan kota lain. Mayoritas pertunjukan musik di atas laut.
“Banyak wisatawan asing seperti Belanda, Australia, Jerman, dan Kanada dating menikmati music di laut,” tambah Henry seperti dikutip dari kompas.com.
Musik dijadikan sebagai pilar pembangunan bukan tanpa alasan, musik juga digunakan sebagai alat pemersatu adat, budaya dan agama di Ambon. Irama music Ambon biasanya diiringi alat musik bernama tifa totobuang, alat musik tradisional pulau Maluku.
Tifa menyerupai kendang dengan pelapis pukul dari kulit, biasanya banyak ditemukan di Maluku dan Papua. Sedangkan Totobuang alat musik melodis dengan nada layaknya gamelan Jawa berbentuk gong kecil dan tersusun sesuai dengan nada yang berbeda.
Tifa dan Totobuang merupakan dua alat kesenian berbeda, namun menghasilkan perpaduan musik yang nyaman didengarkan.
Tifa Totobuang digunakan untuk acara Kristiani, namun masyarakat Maluku mengkolaborasikan dengan kesenian lain untuk menjaga warisan budaya mereka.
Perpaduan dua kesenian, yakni: tari sawat tarian masyarakat Arab Maluku dipadukan dengan kesenian Kristiani, menjadi sebuah symbol perekat kerukunan warga Maluku.
Kota Ambon menyandang gelar kota musik dunia, harus memiliki lima pilar utama kesenian musik, yakni:
1. Sumber daya manusia di bidang musik.
2. Infrastruktur permusikan.
3. Studio rekaman.