Tentunya rasio kompresi mesin adalah sesuatu yang wajib diperhatikan pemilik kendaraan.
Rasio kompresi mesin memiliki hubungan yang erat dengan angka oktan yang digunakan pada mesin bensin atau gasolin.
Para pabrikan kendaraan sudah menganjurkan oktan bbm yang sesuai dengan produk mereka.
Tetapi, kenapa oktan bbm harus disesuaikan dengan rasio kompresi?
Baca: Masuk Musim Hujan, Simak Tips Mengendarai Sepeda Motor yang Aman saat Hujan
Baca: Favorit, Ekspor Skutik Favorit Honda BeAT Melonjak hingga 43 Persen
Simak alasannya di bawah ini.
Dilansir dari Gridoto.com, mayoritas kendaraan berbahan bakar bensin, terutama mobil, yang diproduksi saat ini dianjurkan menggunakan oktan 92.
Bahkan pabrikan harus menempelkan stiker untuk mengingatkan pemiliknya.
Mobil sport dan mobil dengan forced induction seperti turbo, bahkan harus menggunakan oktan yang lebih tinggi, misal 95 atau 98.
Pada kenyataannya, mobil seperti Toyota Calya dan Sigra yang dianjurkan untuk menggunakan bahan bakar beroktan 92 memiliki kompresi mesin yang tinggi.
"Kebanyakan mobil saat ini memang high compression, karena mesin dengan kompresi tinggi memiliki efisiensi pembakaran yang lebih baik. Toyota Calya itu rasio kompresinya 11,5:1," kata Totok Trilaksono, Kepala Bengkel Auto2000 Rajabasa, Lampung.
Kenapa semakin tinggi kompresi mesin sebuah mobil, anjuran oktan bensinnya juga harus lebih tinggi?
Pertama, kita harus memahami dulu bagaimana mesin pembakaran dalam mobil bekerja.
Kebanyakan mesin mobil saat ini adalah mesin 4-stroke (langkah) atau 4-tak yang istilahnya lebih populer digunakan pada sepeda motor.
Setiap langkah adalah compression stroke di mana ruang silinder mesin akan terisi penuh oleh bensin dan udara yang terkompresi atau tertekan ke volume ruang bakar yang lebih kecil sebelum terbakar oleh busi.
Rasio kompresi didefiniskan sebagai perbandingan antara volume total ruang silinder dengan volume ruang bakar.
Volume total, adalah besar volume mesin saat piston berada di TMB (titik mati bawah) ditambah dengan volume ruang bakar.
Sementara volume ruang bakar, adalah ruang yang tersisa didalam silinder mesin ketika piston tepat berada di TMA (titik mati atas).
Baca: Yamaha MT-125 Versi 2020 Dirilis, Simak Pembaruannya Dibanding Versi Lainnya
Baca: Yamaha NIKEN GT, Motor Sport Beroda Tiga Segera Hadir, Ini Fitur yang Ditawarkan
Ibaratkan silinder mesin volumenya 200 cc. Ketika piston turun ruang silinder dapat menghisap 200 cc campuran bensin dan udara. Saat piston di TMA, campuran tersebut akan memadat. Jika volume kepadatan itu 20 cc, berarti rasionya 10:1," imbuh Totok.
Semakin tinggi kompresi berarti tekanan dalam ruang bakar semakin besar.
Apa kaitannya dengan anjuran bahan bakar dari pabrikan?
"Nah, dalam keadaan normal. Bensin dan udara yang terkompresi itu akan dibakar oleh busi di TMA. Tetapi, ada keadaan di mana campuran tersebut meledak terlebih dahulu sebelum terbakar oleh busi. Itu yang disebut detonasi dan terjadilah knocking," tambahnya.
Nilai oktan adalah nilai kekuatan bahan bakar terhadap tekanan sebelum terbakar dengan sendirinya.
Semakin besar nilai oktan pada bahan bakar, maka semakin tinggi pula tekanan udara yang mampu ditahan.
Karena itu, semakin tinggi kompresi mesin atau tekanan dalam ruang bakar, dibutuhkan bahan bakar yang memiliki performa ketahanan lebih baik alias beroktan tinggi.
Artinya, anjuran oktan pada bahan bakar bukan cuma sekadar angka.
Menggunakan bahan bakar oktan rendah seperti Premium pada mobil modern dengan kompresi tinggi dapat menyebabkan detonasi.
Detonasi akan menimbulkan gejala knocking atau ngelitik yang berisiko merusak mesin mobil.
Hal yang sama berlaku untuk sepeda motor.
BBM yang digunakan dianjurkan sesuai dengan kompresi mesin.
Pabrikan biasanya juga sudah menyajikan oktan BBM yang sesuai dengan produknya.
Sebagai contoh adalah Astra Honda Motor.
Agen Tunggal Pemegang Merek tersebut sudah menganjurkan oktan BBM yang sesuai.
Berikut daftar oktan BBM sepeda motor Honda yang dilansir oleh hondacengkareng.com:
Beat (9,2 : 1) Pertalite
Beat FI (9,2 : 1) Pertalite
Beat FI eSP (9,5 : 1) Pertalite
Blade (9,3 : 1) Pertalite
Blade FI (9,3 : 1) Pertalite
CB150R (11 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
New CB150R (11,3 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
CBR 150R (11 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
CBR 250R (10,7 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
CS1 (10,7 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
Kharisma (9 : 1) Premium / Pertalite
Kirana (9 : 1) Premium / Pertalite
Legenda (9 : 10 Premium / Pertalite
Mega Pro (9,1 : 1) Pertalite
Mega Pro FI (9,5 : 1) Pertalite
New Mega Pro (9,5 : 1) Pertalite
New Supra X 125 FI (9,3 : 1) Pertalite
PCX 125 (10,6 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
PCX 150 (10,6 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
Revo (9,3 : 1) Pertalite
Revo FI (9,3 : 1) Pertalite
Scoopy (9,2 : 1) Pertalite
Scoopy FI (9,2 : 1) Pertalite
Scoopy FI eSP (9,5 : 1) Pertalite
Sonic 150R (11,3 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
Spacy (9,2 : 1) Pertalite
Spacy FI (9,2 : 1) PertaliteSupra Fit9 : 1Premium / Pertalite
Supra X (9 : 1) Premium / Pertalite
Supra X 125 (9,3 : 1) Pertalite
Supra X 125 FI (9,3 : 1) Pertalite
Supra X Helm In (9,3 : 1) Pertalite
Supra X Helm In FI (9,3 : 1) Pertalite
Tiger (9 : 1) Premium / Pertalite
Vario 110 (10,7 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
Vario 110 FI (9,2 : 1) Pertalite
Vario 110 FI eSP (9,5 : 1) Pertalite
Vario 125 FI eSP (11,0 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
Vario 150 FI eSP (10,6 : 1) Pertamax / Shell Super / Performance 92
Vario Techno 110 FI (11 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
Vario Techno 125 FI (11 : 1) Pertamax Plus / Shell V-Power / Performance 95
Verza (9,5 : 1) Pertalite
Win (9 : 1) Premium / Pertalite