Setelah sempat viral, pemboikotan hajatan keluarga Suhartini (49), warga Desa Hadiluwih, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, akhinya berakhir damai.
Suhartini dimediasi Camat Sumberlawang, Heru Susanto, dengan sejumlah perangkat desa setempat.
Proses damai itu juga disaksikan Kapolsek Sumberlawang, AKP Fajar Nur Ihsanudin, dan Kasi Pemerintahan kecamatan setempat, Iwan Budiyanto.
Hasil mediasi berupa permintaan maaf dari pihak Ketua RT setempat kepada keluarga besar Suhartini.
Mediasi itu diinisiasi Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Baca: Tak Ada yang Datang di Pesta Pernikahan, Ini 7 Fakta Keluarga Suhartini yang Diboikot Warga
Baca: Anggota DPRD Sragen Kumpulkan Uang Kunker hingga Rp 500 Juta, Hasilnya Lalu Disumbangkan
Bupati menginstruksikan musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) Sumberlawang untuk meredam perselisihan antarwarga yang mulai santer di media massa, beberapa waktu lalu.
"Saya mengimbau masyarakat di sana, ayolah jangan seperti itu. Kita harus guyub rukun. Kok dimulai perpecahan-perpecahan kecil yang tidak penting dan tidak ada gunanya," ujar Yuni, Jumat (18/10/2019).
Dia berharap konflik di Desa Hadiluwih tidak terjadi di tempat lain.
Baca: Kapolres Ini Tak Nyangka Ratusan Juta Duitnya Dicuri oleh Sosok Ini: Shock Setelah Lihat CCTV
Baca: PSK Cantik Lagi Expo Tewas Mengenaskan: Tamu Ketiga Tahan Lama & Kalap saat Ditolak Main Lama
Sebelumnya Hajatan Suhartini (50) seorang janda warga Jetak RT 13 Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen harus menelan kepahitan saat hajatan pernikahan anaknya diboikot warga.
Warga satu RT nya bahkan tidak ada yang datang untuk sekadar rewang (membantu) atau mendatangi hajatannya.
"Sebelumnya saya sudah minta tolong ke pak RT untuk mengerahkan warga untuk rewang saat hajatan, tapi dilemparkan ke karang taruna, ke karang taruna dilemparkan lagi ke pak RT.
Ya sudah habis itu saya pulang," terang Tini kepada Tribun Jateng, Kamis (17/10).
Pada hajatan itu, Tini sedang menikahkan anaknya Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko yang juga warga Desa Hadiluwih, Rabu (16/10).
"Satu RT itu hampir 90 persen warga tidak datang, yang datang juga hanya rombongan besan, kerabat dekat, kerabat jauh, RT-RT sebelah sini," lanjut dia.
Baca: Dibuai Hawa Nafsu, Kakek Tua 60 Tahun Diamuk Massa Karena Remas Dada Perempuan
Baca: Disebut Akan Habiskan Rp 2 Miliar untuk Menggelar Pernikahan, Jessica Iskandar Beri Penjelasan Ini
Tini mengaku bahkan karena tidak ada warga yang datang untuk rewang, dirinya bersama kerabat dekat mencari bantuan pemuda dukuh lain untuk penyaji tamu undangan.
"Alhamdulillah masih ada orang baik yang mau membantu, beberapa warga, sama pemuda dari warga MTA mau rewang," lanjut dia.
Aksi boikot Tini katakan sudah terlihat sejak malam pembuatan undangan atau dalam istilah jawa klumpukan ulem satu Minggu sebelum hajatan.
“Sejak klumpukan ulem kemarin sudah diboikot. Waktu hajatan kabar yang saya dengar warga yang mau datang dihalang-halangi oleh seorang oknum dan melarang nggak boleh datang ke hajatan saya padahal mereka sudah dandan rapi. Juga ada yang sudah jalan ke rumah diteriaki agar balik saja dan nggak usah datang," lanjut dia.
Baca: Berkasih di Facebook, Seorang Pria di Merangin Ditipu Rp 141 Juta, Pelaku Ternyata Laki-laki
Baca: VIDEO VIRAL, Reaksi Unik dan Tak Terduga Polwan Pergoki Tunangannya Selingkuh dengan Perempuan Lain
Aksi boikot itu terjadi diduga akibat salah satu oknum tokoh di kebayanan wilayah Tini yang melarang untuk datang di hajatan Tini.
Oknum itu diketahui adalah pendukung salah satu calon kepala Desa Hadiluwih yang kebetulan satu RT dengan Tini yang gagal pada Pilkades 26 September lalu.
Tini menerangkan satu minggu sebelumnya telah membuat bungkusan makanan sebanyak 600 untuk dibagikan di satu kebayanan.
Warga satu RT Tini pun bahkan ada yang tidak mau menerima bungkusan tersebut, mereka memilih mengembalikan bahkan ada yang dibuang.
"Jadi ada yang menulis itu,siapa saja yang tidak mau menerima ditulis lalu diserahkan kepada saya berikut dengan bungkusannya," terang Tini.