Para pemadam kebakaran ini menuntut kenaikan atas upah rendah yang mereka terima.
Upah rendah yang mereka terima tidak sebanding dengan risiko kerja sebagai pemadam kebakaran.
Aksi yang telah dilakukan sejak dua minggu terakhir ini berakhir konflik dengan petugas kepolisian.
Tribunnewswiki.com mendapat video amatir dari Madi (20) yang memperlihatkan konflik keduanya dari kejauhan dalam aksi demonstrasi tersebut.
Madi (20) yang merekam video tersebut, saat dikonfirmasi Tribunnewswiki.com mengungkapkan bahwa suasana konflik mirip seperti perang.
"Ambulans dan para anggota palang merah di mana-mana, gas air mata disemprotkan, asap suar menggumpal di langit, dan warga tidak berani mendekat" ungkapnya.
"Awalnya para pemadam kebakaran protes terhadap pemerintah atas upah rendah dengan risiko kerja yang tinggi"
"Namun kepolisian merespons mereka dengan begitu brutal"
"Menyemprot mereka dengan gas air mata" ujar Madi.
Namun demikian, ia menambahkan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Ini hanya terjadi di sebagian di Prancis" ujar Madi kepada Tribunnewswiki.com, Rabu, (16/10/2019).
Dilansir oleh FRANCE24.COM, polisi menembakkan gas air mata dan water cannon saat massa terlihat menyimpang dari rute demonstrasi.
Massa Pemadam Kebarkaran juga memblokade jalan-jalan dengan menggunakan mobil pemadam.
Hal itu dilakukan saat mereka diperintahkan untuk berhenti dan membubarkan diri di Place de la Nation di arah timur Paris, Prancis.
Massa dilaporkan terlihat memegang suar yang mengeluarkan asap tebal dan tinggi.
Mereka mengenakan seragam dengan helm kerja mereka.
Sambil menyuarakan tuntutan, para pemadam kebakaran ini memenuhi sepanjang jalanan di Paris.
Beberapa terlihat mengenakan masker saat polisi menembakkan gas air mata.
Ketegangan sempat meningkat saat demonstran didorong oleh polisi.
Di luar massa aksi, beberapa demonstran ditembak oleh pasukan polisi huru-hara dengan menggunakan water cannon dan gas air mata saat ketegangan terjadi.
Enam orang ditangkap setelah diduga melakukan kekerasan dengan menembakkan proyektil peluru.
Tiga orang polisi dilaporkan juga mengalami luka-luka
Para peserta demonstran yang datang dari berbagai macam daerah di Prancis menuntut upah layak yang sebanding dengan risiko kerja mereka.
Selain itu, mereka menginginkan agar diadakannya evaluasi atas sistem pembayaran terhadap pemadam kebakaran, melanjutkan bahasan ihwal masa pensiun, dan meminta agar ada nomor darurat baru.
Massa aksi yang diperkirakan berjumlah 5000 orang ini melayangkan tuntutan dengan banener dan stiker bertuliskan “Pompiers en Colère (Angry Firefighters)” dan “En Grève (On Strike)”.
Perwakilan massa dilaporkan telah bertemu dengan menteri dalam negeri, namun tidak menghasilkan kesepakatan.
Andre Goretti, Presiden Serikat Pekerja Pemadam Kebakaran mencatat bahwa massa petugas pemadam telah melakukan aksi pemogokan sejak Juni 2019.
Namun baginya, aksi yang mereka lakukan hanya berhasil dalam menyuarakan tuntutan, tidak dengan dikabulkannya keinginan mereka.
Aksi protes sekaligus pemogokan dari para pemadam kebakaran pada hari Selasa, (15/10/2019) merupakan aksi protes yang cukup besar di negara Prancis.
Massa berisikan para pemadam kebakaran profesional di beberapa daerah.
Besarnya jumlah massa bukan berasal dari para sukarelawan ataupun sejumlah pemadam kebakaran dari Paris dan Marseille yang merupakan anggota militer, seperti dilansir oleh FRANCE24.
Pierre Tenepoude, yang telah bekerja menjadi Pemadam Kebakaran selama 10 tahun menyatakan kekesalannya.
Selama bekerja, ia merasa tidak dihargai.
Andre Goretti, Presiden Serikat Pekerja Pemadam Kebakaran yang berbicara kepada BFMTV, menyatakan bahwa para petugas pemadam kebakaran ingin meningkatkan pangkat mereka serta upah atas risiko kerja mereka.
Eric Brezault (46), seorang pekerja pemadam kebakaran dari daerah selatan Prancis, mengungkapkan kekecewaannya.
"Ini kami benar-benar marah dan masalah kami tidak didengar"
"Massa akan bertambah marah dan akan memulai menggunakan kekerasan" ujar Eric, kepada BBC.
--