Dikutip dari artikel Hello Sehat, pengobatan penyakit autoimun biasanya dengan agen imunosupresif yang menurunkan respon imun.
Pengobatan model baru yaitu pengeblokan sitokin (atau pengeblokan jalur sinyal sitokin) dan penghilangan efektor sel T dan sel B (misal terapi anti-CD20 pada sel B).
Meski tak sepopuler masalah kesehatan lainnya, penyakit autoimun adalah kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan organ hingga kematian jika dibiarkan.
Sayangnya, belum banyak yang tahu apa itu penyakit autoimun.
Padahal, sama dengan penyakit lainnya, masalah kesehatan yang satu ini dapat lebih mudah ditangani jika didiagnosis lebih dini.
Autoimun adalah kondisi saat sistem kekebalan tubuh (imun) tidak dapat menjalankan fungsi normalnya.
Padahal sistem imun bertugas melawan infeksi virus, bakteri, dan benda asing lainnya.
Kegagalan inilah yang kemudian mengakibatkan sistem imun menyerang tubuh dan menimbulkan penyakit.
Kondisi ini termasuk penyakit kronis yang bisa mengganggu kesehatan secara bertahap.
Ada sekitar 80 penyakit dalam kelompok besar autoimun dengan gejala yang berbeda-beda.
Namun secara garis besar, penyakit ini terbagi ke dalam dua kategori, yaitu:
- Penyakit autoimun organ spesifik, menyerang satu organ tubuh saja misalnya vitiligo yang hanya mengenai kulit
- Penyakit autoimun sistemik, menyerang seluruh organ tubuh contohnya lupus dan rheumatoid arthritis
Meski bisa menyerang siapa saja, tetapi dilaporkan bahwa 80 persen orang yang mengalaminya adalah wanita.
Penyakit autoimun adalah masalah kesehatan yang berjalan dengan sangat lambat.
Artinya, gangguan kesehatan ini sering kali sulit diagnosis di awal kemunculannya.
Gejalanya pun mirip dengan penyakit lain sehingga sulit dikenali.
Selain itu, gangguan sistem imun ini juga bisa menyebabkan penyakit yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, gejalanya tidak bisa disamaratakan.
Dalam praktik sehari-hari sebagai seorang rheumatologist, ada berbagai gejala yang paling sering muncul.
Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti penyebab gangguan kesehatan yang satu ini.
Namun, salah satu faktor yang berperan dalam kemunculan penyakit ini yaitu unsur genetik.
Orang dengan riwayat keluarga penyakit autoimun memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terkena masalah kesehatan ini.
Namun, tidak semua orang dengan orangtua yang memiliki penyakit autoimun pasti terkena masalah sistem kekebalan tubuh ini.
Selain faktor genetik, infeksi bakteri dan virus juga diduga memicu penyakit autoimun.
Teori lain juga menyebutkan bahwa paparan terhadap bahan kimia tertentu memicu kemunculan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini.
Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare.
Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya.
Untuk mengatasi nyeri, penderita bisa mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen.
Pasien juga bisa menjalani terapi pengganti hormon jika menderita penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon dalam tubuh.
Misalnya, untuk penderita diabetes tipe 1, dibutuhkan suntikan insulin untuk mengatur kadar gula darah, atau bagi penderita tiroiditis diberikan hormon tiroid.
Beberapa obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid (contohnya dexamethasone), digunakan untuk membantu menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh.
Obat jenis anti TNF, seperti infliximab, dapat mencegah peradangan yang diakibatkan penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis.