Informasi awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Virgil adalah seorang penyair Roma Kuno yang hidup pada masa Augustus.
Virgil dianggap sebagai penyair terbesar Roma.
Dia terkenal dengan karyanya yang berupa epik, yakni Aeneid, yang menceritakan perjalanan Aeneas ke Italia.
Selain itu dua karyanya yang terkenal adalah Eclogues dan Georgics.
Karya-karya Virgil ini mempunyai pengaruh besar pada sastra Barat.[1]
Baca: Olga Tokarczuk - Pemenang Nobel Sastra 2018
Baca: Profil Peter Handke - Pemenang Nobel Sastra 2019
Kehidupan
Kehidupan awal Publius Vergilius Maro atau Virgil tidak banyak diketahui.
Menurut tradisi, Virgil lahir di Andes, Mantua, Italia pada 15 Oktober 70 SM.
Kemungkinan ayahnya berasal dari gens Vergillia sedangkan ibunya dari gens Magia.
Macrobius mengatakan, ayah Virgil adalah orang Roma biasa, namun para sarjana umumnya percaya bahwa Virgil berasal dari golongan equestrian karena dia bisa mendapatkan pendidikan.
Menurut para pengulas karyanya, Virgil mendapatkan pendidikan pertamanya ketika berumur lima tahun.
Dia kemudian pergi ke Cremona, Milan, dan Roma untuk belajar retorika, kedokteran, dan astronomi.
Virgil meninggalkan studi-studi tersebut karena beralih ke studi filsafat.
Menurut Catalepton, dia mulai menulis puisi ketika belajar dengan Siro Sang Epikurean di Naples.
Beberapa karyanya waktu muda dihimpun dalam sebuah judul Appendix Vergiliana,
Namun banyak yang meragukan bahwa Virgil yang menulis karya tersebut.
Karya lain yang dibuat waktu muda dalah Catalepton, sebagian mungkin karya Virgil dan sebagain lain tidak.[2]
Virgil tidak dikaruniai fisik yang kuat.
Ketika melakukan perjalanan ke Brundisium pada 37 SM, Horace melaporkan bahwa Virgil tidak kuat, matanya terlihat seperti mata orang sakit, dan menderita masalah pencernaan.
Kondisi kesehatannya yang buruk, sifatnya yang pemalu, dan kecintaannya dalam belajar, membuatnya menjadi penyendiri.[3]
Eclogues
Eclogues atau Pedesaan atau Kehidupan Penggembala ditulis antara 42 Sm dan 37 SM.
Eclogues berisi sepuluh puisi atau lagu-lagu penggembala dan mempunyai panjang sekitar seratus baris.
Puisi-puisi ini bergaya pastoral, atau Idylls, seperti puisi-puisi Theocritus dari Syracuse (310 – 250 SM)
Eclogue keempat yang disebut Messianic Eclogue, menjadi puisi paling terkenal, ditulis pada 49 SM.
Messianic Eclogue menyerukan kelahiran sebuah anak laki-laki yang akan mengantar ke zaman keemasan di mana ada perdamaian dan kemakmuran.
Zaman keemasan tersebut adalah era pemerintahan Augustus.
Banyak yang menganggap anak laki-laki tersebut akan datang dari perkawinannya Augustus dan istrinya, namun ternyata anak mereka justuru perempuan.[4]
Di kemudian hari, Yesus-lah yang sering dianggap sebagai sang anak laki-laki.[5]
Georgics
Georgics adalah puisi didaktis yang dipublikasikan Virgil pada 29 SM.
Virgil mendapat pengaruh Hesiod, penyair Yunani, dalam menulis Georgics.
Georgics ditulis pada masa-masa kekacauan politik dan peperangan.
Tema puisi-puisi ini adalah kehidupan pedesaan dan pertanian.
Georgics dibagi menjadi empat bagian:
Bagian pertama pertama berisi cocok tanam dan tanda-tanda musim. Bagian ini diakhiri dengan deskripsi keadaan Italia yang mengerikan sebagai akibat dari pembunuhan Julius Caesar.
Bagian kedua berisi penanaman pohon, terutama zaitun dan anggur.
Bagian ketiga berisi pemeliharaan ternak, ditutup dengan deskripsi wabah ternak di Alpen sebagai penutup.
Bagian keempat berisi pembiakan lebah. Bagian diakhiri dengan catatan mengenai Aristaeus dan cerita Orpheus menyelamatkan Eurydice dari dunia bawah.[6]
Aeneid
Aeneid adalah karya Virgil yang paling terkenal dan dianggap sebagai satu di antara karya paling penting dalam sastra Barat.
Karya ini berhubungan erat dengan karya Homer, Illiad Odyssey.
Aeneid bercerita tentang seorang pahlawan Troy bernama Aeneas, yang mencari kampung halaman baru karena Troy telah dikuasai orang-orang Yunani.
Virgil menghabiskan 11 tahun untuk menulis Aeneid, namun tetap tidak selesai sampai dia meninggal.
Gayanya menginspirasi penyair selanjutnya, misalnya Ovid.
Aeneid juga menjadi inspirasi Paradise Lost milik John Milton, karena memiliki struktur, gaya, dan diksi yang mirip.
Pengaruh Aeneid juga dapat ditemukan di Divine Comedy karya Dante Alighieri.[7]
Kematian
Menurut tradisi, Virgil pergi ke Yunani pada 19 SM untuk merivisi Aeneid.
Setelah bertemu Augustus di Athena dan memutuskan pulang, Virgil mengalami demam di sebuah kota dekat Megara.
Ketika menyeberang ke Italia menggunakan kapal, sakitnya bertambah parah.
Virgil meninggal di Pelabuhan Brundisium pada 21 September 19 SM.
Dia meminta puisi-puisinya dibakar setelah meninggal, namun Augustus tidak mengabulkan keinginan Virgil.
Dia justru menyuruh mempublikasikannya.[8]