Informasi
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Twin to Twin Transfusion Syndrome adalah hasil dari transfusi darah intrauterine dari satu kembar (donor) ke kembar lain (penerima).
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) hanya terjadi pada kemba identik (monozigot) dengan plasenta monokorionik.
Kembar donor seringkali memiliki berat lebih kecil dengan berat lahir 20% lebih rendah dari berat lahir kembar penerima.
Kembar donor sering anemia dan kembar penerima sering kebanyakan dengan perbedaan hemoglobin lebih besar dari 5 g / dL.
70% dari kembar identik berbagi plasenta dan 15-20% kehamilan ini dipengaruhi oleh TTTS.
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) tidak terkait dengan apa yang ibu lakukan maupun tidak lakukan selama kehamilan. (1)
Ada beberapa kasus yang dilaporkan di mana TTTS juga mempengaruhi kembar tiga yang identik.
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) memengaruhi sekitar 5 hingga 15 persen kehamilan kembar identik, artinya sekitar 6.000 bayi dapat terkena setiap tahun.
Namun, sulit untuk menentukan frekuensi sebenarnya dari TTTS dalam populasi umum karena banyak kasus tidak pernah didiagnosis dan banyak yang tidak tercatat. (2)
Tahapan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Ada lima tahapan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS):
Si kembar seringkali memiliki ukuran lebih dari 20%.
Ini terlihat pada aliran darah abnormal di tali pusar atau hati si kembar.
Untuk kasus Tahap 1, pengamatan mungkin adalah yang diperlukan, tetapi untuk Tahap 2 atau diatasnya, operasi janin mungkin merupakan pilihan terbaik. (3)
Baca: Sindrom Nefrotik (Nephrotic Syndrome)
Baca: Sindrom Williams
Diagnosis Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) dapat dideteksi selama pertengahan kehamilan (trimester kedua) dengan ultrasonografi.
Tanda-tanda kondisi TTTS dapat diketahui pada USG rutin prenatal atau ketika dokter kandungan merujuk pasien untuk USG jika ukuran uterus pasien lebih besar dari seharusnya selama minggu kehamilan.
Perbedaan dalam pengukuran tidak selalu berarti bahwa ada masalah.
Tetapi jika ada masalah yang ditemukan ketika USG, pasien akan dirujuk ke dokter lain yang berspesialisasi dalam kasus-kasus berisiko tinggi untuk USG Level 3 yang lebih rinci.
Tes lain yang bisa dilakukan meliputi:
- Ekokardiografi janin: Ultrasonografi khusus jantung bayi.
- Studi aliran Doppler: Ini memungkinkan dokter Anda menilai aliran darah di pembuluh darah dan arteri umbilikalis, otak janin, dan jantung janin.
- Magnetic resonance imaging (MRI): Untuk menentukan apakah ada kerusakan neurologis pada kembar donor, itu mengambil gambar otak janin melalui perut ibu
Temuan USG yang mengarah ke diagnosis TTTS termasuk kembar identik dengan plasenta bersama dan pembuluh darah yang berkomunikasi tidak normal.
Pasien mungkin juga mendengar istilah "stuck twin", yang merujuk pada kembaran donor, yang memiliki sedikit cairan di dalam kantung, dibatasi dalam gerakan dan dapat menjadi menempel di rahim.
Ketika satu kembar meninggal, ada risiko kematian serius atau cedera neurologis parah pada janin lainnya.
Tanpa pengobatan, kematian akan terjadi pada sekitar 80% dari kasus ini. (4)
Baca: Stevens–Johnson Syndrome (SJS)
Baca: Ammar Zoni dan Irish Bella Syok Calon Bayi Kembarnya Meninggal, Begini Kondisi Terkini Pasangan Ini
Pengobatan
- Amniosentesis serial : Prosedur yang digunakan secara periodik untuk meredakan kembar penerima dari akumulasi kelebihan cairan ketuban.
- Septostomi amnion: Suatu prosedur jarum dimasukkan ke dalam perut ibu, dan membran antara kedua kembar.
- Ligasi tali pusat (ikatan tali pusat): Operasi ini dilakukan secara endoskopi (melalui tusukan kecil di perut ibu) ketika salah satu janin berisiko meninggal.
Jika salah satu kembar meninggal, yang lain berisiko tinggi untuk kerusakan neurologis yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah yang parah.
- Operasi laser endoskopi: Suatu prosedur di mana tusukan kecil dibuat pada perut ibu dan endoskop dimasukkan ke dalam rongga ketuban.
Ini memungkinkan ahli bedah untuk melihat ke dalam rahim dan menggunakan laser untuk mengganggu koneksi abnormal antara si kembar. (4)
Risiko Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
TTTS akan membuat kembar donor mengalami penurunan volume darah yang bisa mengakibatkan pertumbuhannya lebih lambat daripada daripada kembarannya.
Selain itu, keluaran urin yang buruk menyebabkan kurangnya cairan ketuban atau oligohidramnion di sekitaran kembar donor.
Sedangkan untuk kembar penerima akan menjadi kelebihan darah yang bisa menyebabkan tekanan janin mengalami gagal jantung.
Selain itu, kembar penerima akan memiliki terlalu banyak cairan ketuban (polihidramnion) dari normal.
TTTS kronis merupakan kasus yang muncul pada awal kehamilan (kehamilan 12-26 minggu).
Ini menjadi kasus yang paling serius karena bayinya belum matang dan tidak dapat dilahirkan.
Selain itu, si kembar akan memiliki waktu lebih lama selama perkembangan mereka di dalam rahim yang akan dipengaruhi oleh kelainan TTTS.
Kembar dengan stadium lanjut TTTS yang tidak diobati selama kehamilan biasanya ada risiko 90% kematian dan bagi mereka yang bertahan ada risiko 15-50% risiko cacat neurologis. (5)