Setalah memberikan putusan pada Jumat (4/10/2019) sore untuk membebaskan keolmpok tersangka tersebut, Kanakorn menyampaikan permohonan untuk system peradilan yang lebih bersih.
Khanakorn Pianchana kemudian mengeluarkan pistol dan menggunakan pistol untuk menembak dirinya sendiri di pengadilan provinsi di kota Yala, Thailand selatan, setelah membebaskan lima orang dari tuduhan pembunuhan dan senjata api karena kurangnya bukti.
Baca: 29 Calon Hakim Agung Terpilih Diumumkan Komisi Yudisial (KY), Berikut Daftarnya!
Baca: MULAI TERUNGKAP Misteri Pembunuhan Model Panas Thailand: Diduga Diperkosa Temannya Saat Mabuk
Sebelum penembakan, sebuah pernyataan yang diberikan oleh hakim Khanakorn didistribusikan secara luas di media social.
Sebuah pernyataan, yang konon ditulis oleh hakim Kanakorn, telah dibagikan secara luas di media sosial.
Pernyataan tersebut berisi bahwa ia telah didekati oleh seseorang yang memaksanya untuk mengubah vonis tidak bersalah terhadap lima terdakwa, mengutuk tiga dari mereka hingga mati dan mengirim dua lainnya ke penjara, meskipun kurangnya bukti yang cukup untuk menghukum salah satu dari mereka.
“Pada saat ini, sesama hakim lain di Courts of First Instance di seluruh negeri diperlakukan dengan cara yang sama seperti saya. [Jika] saya tidak bisa menjaga sumpah jabatan, saya lebih baik mati daripada hidup tanpa kehormatan,” isipernyataan itu seperti yang dikutip dari Bangkokpost.com.
Pernyataan Khanakorn memicu kekhawatiran bahwa hakim senior dalam sistem peradilan Thailand menyalahgunakan kekuasaan untuk mendapatkan vonis bersalah yang disampaikan sesuai dengan tujuan politik.
Seorang juru bicara Kantor Kehakiman Thailand mengatakan kepada Bangkok Post bahwa Khanakorn rupanya menembak dirinya sendiri karena dia memiliki masalah pribadi dan sedang dalam tekanan.
Namun Piyabutr Saengkanokkul, sekretaris jenderal Partai Penyerang Masa Depan negara itu, mengatakan bahwa Khanakorn telah berusaha untuk membuat klaim tentang sistem pengadilan publik sejak awal September.
Baca: Pasca PHK Massal, Bukalapak Dapat Suntikan Investasi Besar dari Korea
Baca: Di Saudi, Selain Turis Perempuan Bisa Tak Ber-Ajaba, Bukan Suami-Istri Boleh Check-in di Hotel
Pramote Prome-in, juru bicara Komando Penerusan Wilayah 4 Komando Operasi Keamanan Internal (Isoc), mengatakan para pejabat keamanan tidak pernah mengganggu sistem peradilan dan beberapa kasus telah dibatalkan di masa lalu.
Selain itu, Wan Muhammad Nor Matha, pemimpin Partai Prachachat yang menang di Deep South, pada Sabtu memuji keberanian Khanakorn setelah mengunjunginya di rumah sakit.
Sementara itu, dikutip dari Channelnewsasia.com, seorang pengacara yang bekerja untuk para tersangka mengatakan Hakim Kanakorn telah memutuskan bahwa bukti jaksa tidak cukup untuk menghukum.
"Saat ini kelima orang itu masih ditahan dan sedang menunggu untuk melihat apakah jaksa penuntut mengajukan banding atas pembebasan mereka," Abdulloh Hayee-abu, dari Pusat Pengacara Muslim di Yala dikutip Tribunnewswiki.com dari Channelnewsasia.com.
Lebih dari 7.000 orang tewas dalam 15 tahun konflik di wilayah selatan mayoritas Muslim-Melayu.
Ribuan tersangka telah dipenjara karena tindakan terkait dengan pemberontakan, banyak di bawah undang-undang darurat diberlakukan di wilayah bergolak itu.
Kelompok-kelompok advokasi di Thailand selatan telah lama menuduh pasukan keamanan melakukan tuduhan palsu terhadap tersangka Muslim dan menggunakan undang-undang darurat untuk mendorong kasus-kasus melalui pengadilan.
Pada hari Sabtu (5/10/2019), Workpoint News melaporkan bahwa hakim Khanakorn masih dirawat di unit perawatan intensif di rumah sakit Yala meski dirinya sudah dinyatakn keluar dari bahaya.