Namun, di Sulawesi, ada tikus yang nyaris ompong dan sama sekali tidak memiliki gigi geraham.
Tikus ompong ini merupakan satwa endemik di Sulawesi.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (30/9/2019), tikus ompong atau nama latinnya Paucidentomys vermidax pertama kali ditemukan pada 2010 di gunung Latimojong, Sulawesi Selatan.
Spesies yang sama kemudian ditemukan juga di gunung Gadangdewata, Sulawesi Barat pada 2011.
Baca: Hari Harimau Sedunia
Seperti yang sudah disinggung di atas, tikus ompong ini digolongkan sebagai hewan endemik Sulawesi karena hanya ditemukan di satu tempat saja.
Menurut keterangan LIPI, hewan omnivora ini memiliki perbedaan bentuk dan terlihat unik karena perubahan habitat dan iklim.
Jika dilihat sekilas, tikus ompong P. verdimax tampak seperti perpaduan antara tikus dan celurut yang memiliki moncong runcing.
Berikut penjelasan Kepala Laboratorium Mamalia, Museum Zoologi Bogor (MZB) Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr drh Anang Setiawan Achmadi MSc terkait kenapa hewan pengerat satu ini dijuluki tikus ompong dan segala hal yang berkaitan dengan hewan tersebut seperti dilaporkan Kompas.com.
Baca: Video Ria Ricis Makan Gurita Hidup Dapat Kecaman dari Garda Satwa Foundation
Sebagai hewan pengerat bergigi sedikit, tikus ompong merupakan satu-satunya binatang pengerat lebih dari lebih 2.200 spesies yang diketahui tidak memiliki gigi geraham.
"Disebut tikus ompong karena tikus jenis ini hanya memiliki sepasang gigi seri di bagian atas Dan bawah, tidak memiliki gigi geraham lainnya sama sekali, sekilas mirip seperti taring, tapi itu gigi seri," kata Anang seperti dilansir Kompas.com, Minggu (29/09/2019).
Gigi pada tikus ompong ini sangat berbeda dengan tikus rumahan yang sering kita lihat.
Anang menjelaskan, tikus rumahan umumnya memiliki tiga gigi geraham di bagian atas dan bawah, serta memiliki gigi seri juga.
Berdasarkan identifikasi, Paucidentomys vermidax memiliki dua pasang gigi seri yang runcing sebagai senjata andalan untuk berburu makanan.
Baca: Kanguru Pohon Mantel Emas
Paucidentomys artinya tidak bergigi. Sementara vermidax merupakan penggabungan dua kata, vermin dan dax.
Vermin artinya cacing, sedangkan dax berarti pemakan.
Dari arti nama ilmiah tersebut dapat diketahui, tikus ompong merupakan hewan pengerat tak bergigi yang memakan cacing.
"Pauci itu tidak, dento ialah gigi, mys itu tikus, vermi (artinya) cacing, dax (artinya) penghancur atau pemakan. Artinya hasil penelitian banyak ditemukan material badan atau organ dari cacing," ujarnya.
Baca: Agar Jokowi Tak Dilengserkan Mahasiswa seperti Soeharto, Ini Solusi yang Wajib Dilakukan Jokowi
Tikus ompong ditemukan di Gunung Latimojong (Sulawesi Selatan) dan Gunung Gandangdewata (Sulawesi Barat) pada ketinggian 1.700 sampai 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Tikus ompong merupakan jenis tikus yang spesialis hidup di dataran tinggi dan endemik di Sulawesi.
"Ya, (tikus ompong) endemik di Sulawesi Central Core. Habitatnya masih hutan primer, pasti belantara. Dan karena di dataran tinggi, ada karakter hutan berlumut juga disana," ucap Anang.
Anang menambahkan, tikus ompong merupakan bukti dari kebaruan ekologis yang sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim dan didukung oleh karakter morfologi.
Baca: 3 Warga NTT Tewas setelah Menyantap Ikan, Diduga Ini Penyebabnya
Para ilmuwan mengaku kesulitan mencari tikus ompong karena habitatnya yang sangat spesifik dan jumlah populasi yang kemungkinan sangat kecil.
"Penemuan tikus ompong tidak disengaja. Apalagi untuk Sulawesi, masih banyak keanekaragaman hayati yang belum terungkap, dari sisi fauna, flora atupun mikroorganismenya," ujar Anang.
Anang berkata, hingga saat ini baru tiga individu tikus ompong di dunia dan semuanya tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong, Bogor.