Greta Thunberg mendapat kesempatan untuk berbicara di KTT Perubahan Iklim, yang di dalamnya dihadiri oleh sekitar 60 pemimpin negara dari seluruh dunia.
Dalam kesempatan itu, gadis Swedia itu pun menyampaikan pidatonya dengan sangat emosional.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (24/9/2019), Thunberg diundang langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menghadiri konferensi bersama sejumlah remaja lainnya mewakili generasai muda.
Dalam pidatonya, Thunberg menuding para pemipin dunia telah mengkhianati generasi muda karena gagal mengatasi masalah emisi gas rumah kaca yang turut memicu pemanasan global.
"Saya seharusnya tidak berada di atas sini. Saya seharusnya kembali ke sekolah di seberang lautan," kata Thunberg, yang telah menjadi wajah global untuk gerakan generasi muda melawan perubahan iklim.
"Kalian datang kepada kami anak-anak muda demi harapan. Beraninya kalian?" katanya dengan nada meninggi dan suaranya terkadang pecah karena emosi.
"Kami berada di awal kepunahan massal, dan yang bisa Anda bicarakan hanya uang dan dongeng pertumbuhan ekonomi abadi. Beraninya kalian!" lanjutnya.
Baca: AWAS! Pemanasan Global Akan Sebabkan Tanah Kehilangan Kemampuan Menyerap Air
Thunberg kemudian mendesak para pemimpin dunia yang hadir dalam pertemuan itu untuk segera mengambil tindakan mengatasi perubahan iklim.
"Kami akan terus mengawasi kalian," kata Thunberg, dilansir BBC.
KTT Perubahan Iklim yang hanya digelar selama satu hari itu digelar Sekjen PBB untuk menghidupkan kembali Perjanjian Paris, yang ditanggapi 66 negara dan berjanji untuk mencapai netralitas karbon pada 2050.
"Keadaan darurat iklim adalah perlombaan di mana kita sedang kalah, tapi ini adalah perlombaan yang bisa kita menangkan," kata Antonio Guterres saat membuka pertemuan.
Baca: Pemanasan Global bisa Membuat Manusia Jadi Kanibal? Ini Perdebatan Para Ahli
Menanggapi pidato Thunberg, dan pembicara muda lain dalam KTT tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut bahwa para pejabat dan pemimpin dunia tidak bisa lagi mengabaikan perubahan iklim.
"Tidak ada pejabat yang dapat mengabaikan permintaan atas keadilan antargenerasi ini," kata Macron.
"Kita membutuhkan kaum muda ini untuk membantu kita mengubah banyak hal dan memberi lebih banyak tekanan terhadap mereka yang masih belum mau bertindak," tambahnya.
Dalam pidatonya, Macron juga menyampaikan apresiasinya kepada Rusia, yang telah menguatkan Perjanjian Paris, serta mendesak kepada negara-negara Eropa untuk berbuat lebih banyak, termasuk mengingatkan kembali akan janji menutup pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2022.
Beberapa hari sebelum digelarnya KTT Perubahan Iklim di New York, jutaan orang di berbagai negara di dunia, dengan sebagian besar adalah kaum muda, telah turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa memprotes perubahan iklim.
Baca: 5 Cara Sederhana Kurangi Pemanasan Global, dari Pakai Angkutan Umum hingga Daur Ulang
Para pakar dan ilmuwan juga mengingatkan bahwa tanda-tanda pemanasan global telah muncul semakin cepat.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyampaikan, jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer antara tahun 2015 dan 2019 telah mengalami peningkatan hingga 20 persen jika dibandingkan lima tahun sebelumnya.
"Kita harus mendengarkan seruan dari anak-anak ini," kata Profesor Brian Hoskins, ketua Grantham Institute, Imperial College London, dan profesor meteorologi di University of Reading.
"Ada keadaan darurat, yang membutuhkan tindakan segera, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kita menuju nol serta beradaptasi dengan perubahan iklim yang tak terhindarkan," ujarnya, dikutip BBC.