"Sampai saat ini ada 249 tersangka yang sudah ditetapkan dan ini berproses. Di antara tersangka itu, korporasi ada enam yang tersebar di seluruh polda," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal, dikutip dari Kompas.com, Jumat (20/9/2019).
Baca: Titik Panas Kebakaran Hutan Masih Tinggi, BMKG: Musim Hujan Diprediksi Mundur
Iqbal mengatakan adanya penambahan tersangka dari pihak perusahaan yang berada di Jambi.
Namun, polisi belum merinci insial perusahaan tersebut.
Sebelumnya, perusahaan PT Bumi Hijau Lestari (BHL) ditetapkan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Polisi juga menetapkan PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS) sebagai tersangka karhutla di Riau.
Sementara, Polda Kalimantan Tengah menetapkan PT Palmindo Gemilang Kencana sebagai tersangka.
Baca: Polda Sumatera Selatan Tetapkan Tersangka Kebakaran Hutan dan Lahan, 5 Perusahaan dan 218 Orang
Terakhir, dua perusahaan di Kalimantan Barat berstatus tersangka yaitu PT Surya Agro Palma (SAP) dan PT Sepanjang Inti Surya Usaha (SISU).
Lalu, terdapat sebanyak 14 tersangka terkait karhutla di Jambi dan 4 tersangka di Kalimantan Selatan.
Kepolisian menyebutkan perusahaan tersebut ditetapkan sebagai tersangka karena lalai mencegah terjadinya kebakaran.
Perusahaan tersebut tidak menyiagakan petugas pemadaman kebakaran untuk mencegah kebakaran.
Iqbal juga mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan pasal yang disangkakan dapat bertambah.
Baca: Karhutla Riau, Polisi Tetapkan 23 Tersangka Termasuk Satu Korporasi, Pemerintah Gelar Salat Hujan
Perusahaan natinya akan mendapatkan sanksi administratif berupa pencabutan izin.
"Dalam proses itu pembuktian berjalan, ada timeline-nya, itu strategi penyidik. Tidak menutup kemungkinan dilapis dengan pasal-pasal lain, dan mungkin saja tersangka juga akan bertambah dalam satu perusahaan tersebut. Jadi tidak final," pungkas Iqbal.
1. Satwa Liar Mati
Akibat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu menyebabkan matinya berbagai jenis tanaman, serta mengganggu pernapasan.
Selain itu satwa liar di hutan Kalimantan juga banyak yang mati karena tak bisa menghindar dari kebakaran.
Kebakaran hutan dan lahan tersebut banyak memakan korban, seperti Ular langka berukuran raksasa.
Selain itu, ular paling beracun di dunia yakni King Kobra juga banyak ditemukan mati terbakar.
Baca: Fakta-fakta Ular Raksasa yang Hangus Akibat Kebakaran Hutan di Kalimantan: Bisa Tiru Suara Mangsa
Akibat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ini menyebabkan sejumlah penerbangan delay.
Seperti dikutip dari Kompas.com, kualitas udara di Palembang terus mengalami penurunan akibat terus menerus diselimuti kabut asap yang disebabkan karhutla di wilayah Sumatera Selatan.
"Jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara SMB II Palembang pada tanggal 19 September 2019 ialah 10 kilometer dan terendah pada pagi hari tanggal 20 September 2019 berkisar 700-1000 meter dengan kelembaban 85-94 persen dengan keadaan cuaca asap yang berdampak lima penerbangan mengalami delay," kata Bambang Benny Setiaji, Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, dikutip dari Kompas.com.
Selain itu BMKG Sumatera Selatan mengimbau masyarakat tetap berhati-hati dalam bertansportasi.
"BMKG Sumatera Selatan mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam bertransportasi pada pagi hari (04.00-07.00 WIB) dan pada sore hari (17.00-19.00 WIB) seiring potensi menurunnya jarak pandang,"
Baca: Dampak Kabut Asap di Pontianak, Bandara Supadio Lumpuh, 37 Penerbangan Dibatalkan
"Senantiasa menggunakan masker dan mengonsumsi banyak air saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan, mengimbau masyarakat tidak melakukan pembakaran, baik itu sampah rumah tangga maupun dalam pembukaan lahan pertanian/perkebunan dan menganjurkan masyarakat melakukan shalat Istisqo (bagi yang Muslim) dan sesuai ibadahnya masing-masing untuk yang beragama lain untuk turunnya hujan," kata Bambang.
3. Warga Mengungsi
Dikutip dari Kompas.com, karhutla nyaris menghangusnkan kompleks perumahan Nuansa Serdam Residence di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (20/9/2019).
"Melihat api yang semakin mendekat, warga memilih mengungsi. Karena selain api, kabut asap juga semakin pekat," kata Chairil, warga setempat.
Diduga api yang berasal dari hutan sangat cepat merambat ke kawasan perumahan.
Menurut catatan Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA).
Baca: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Dia merinci, penderita ISPA tersebut meliputi bayi di bawah 5 tahun, anak-anak, dewasa dan orang lanjut usia.
"Data ini jumlah penderita ISPA di seluruh Kalbar, dalam rentang waktu minggu ke-37 sejak bencana karhutla," kata Harrison, Senin (16/9/2019).