Begini Tanggapan Menteri Lingkungan Malaysia Terkait Klaim Menteri Siti Nurbaya Soal Kabut Asap

Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran lahan disejumlah titik di Kalsel, Sabtu (7/9/2019).

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Malaysia Yeo Bee Yin menyampaikan kritik kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya terkait masalah kabut asap di Indonesia.

Melalui Facebook, Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim menyajikan data terbaru titik panas dari Asean Specialised Meterological Centre.

Dilansir Kompas.com dari Today Online, data tersebut menunjukkan titik panas tercatat di Kalimantan (474), Sumatera (387), jika dibandingkan dengan Malaysia (7).

Baca: Bantah Indonesia Penyebab Kabut Asap Malaysia, Menteri Siti Nurbaya: Sumber Bukti Data Harus Jelas

Ia menyanggah bahwa kabut asap tersebut berasal dari Sarawak dengan mengunggah gambar arah angin dan menegaskan klaim tersebut tidak logis.

"Soal klaim beliau bahwa kabut asap berasal dari Sarawak, lihat saja arah anginnya. Menteri Siti Nurbaya seharusnya tidak berusaha membantah," kritik Yeo, dikutip dari Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Yeo mengatakan bahwa kabut asap yang dialami Malaysia saat ini berasal dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Sementara itu, Perdana Menteri Mahathir Mohamad enggan menanggapi klaim bahwa kabut tersebut berasal dari Sarawak.

"Tidak apa-apa. Itu komentarnya sendiri. Saya kira kami tak perlu mengatakan apa pun," ujar Mahathir, dikutip dari Kompas.com.

Ia meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan upaya guna memadamkan karhutla yang terjadi.

Yeo menambahkan Kuala Lumpur siap menggunakan segala jalur diplomasi yang mereka punya untuk meningkatkan kesadaran Indonesia untuk segera bertindak.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, tidak terima atas tudingan Malaysia.

Siti Nurbaya tak terima Indonesia dituding menjadi penyebab tunggal munculnya asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Malaysia.

Menanggapi hal tersebut, Siti Nurbaya berencana mengirimkan surat protes ke Duta Besar Malaysia.

"Saya akan menulis surat kepada Dubes (Malaysia) untuk diteruskan kepada Menterinya. Jadi saya kira supaya yang betul datanya," kata Siti Nurbaya, dikutip dari Kompas.com.

Baca: Singapura Keluhkan Kualitas Udara Terancam Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan di Indonesia

Siti menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia terus memantau pergerakan asap karhutla.

Berdasarkan Badan Meteorolohi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kabut asap sempay melintasi batas Indonesia hanya satu jam yakni pada Minggu (8/9/2019).

Siti menilai ada informasi yang ditutupi oleh Malaysia terkait persoalan asap karhutla.

Menurutnya asap kebakaran hutan juga berasal dari wilayah Malaysia sendiri, seperti Serawak dan Semenanjung Malaya.

"Asap yang masuk ke Malaysia, ke Kuala Lumpur itu dari Serawak kemudian dari Semenanjung Malaya, dan juga mungkin sebagian dari Kalimantan Barat.

Oleh karena itu seharusnya obyektif menjelaskan," kata Siti Nurbaya.

Ia pun meminta agar Malaysia dapat menyajikan data yang tepat soal kabut asap yang menyelimuti wilayahnya.

Malaysia diminta untuk tidak hanya menyalahkan Indonesia sebagai penyebab tunggal kabut asap.

"Karena pemerintah Indonesia betul-betul secara sistematis mencoba menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya. Tetapi memang harus jelas sumber dari mana, data dari mana. Polanya seperti apa," pungkas Siti.

Sebelumnya diberitakan bahwa kabut asap menyebar hingga ke perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia.

"Hasil pantauan BMKG dan ASMC (ASEAN Specialized Meteorological Centre) pada 7 September 2019, terdeteksi transboundary haze (asap lintas batas) di wilayah perbatasan antara Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia," kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Agus Wibowo, melalui keterangan tertulis, Minggu (8/9/2019).

BNPB memastikan kabut asap kebakaran hutan tidak akan meluas ke Singapura dan Semenanjung Malaysia.

Hingga 7 September 2019 tercatat ada sejumlah titik api atau hotspot kategori sedang dan tinggi di enam provinsi prioritas.

Enam provinsi tersebut yaitu, Riau dengan 201 titik api, Jambi 84 titik api, Sumatera Selatan 126 titik, Kalimantan Barat 660 titik, Kalimantan Tengah 482 titik, dan Kalimantan Selatan 46 titik api.

Baca: Kisah TB Hasanuddin, Mantan Ajudan BJ Habibie, Senjata Lengkap Tidur di Kolong Ranjang Suami Ainun

Pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), hingga 8 September 2019 pukul 07.00 WIB, titik api masih terjadi di beberapa wilayah seperti, Riau 85 titik, Jambi 127 titik, Sumatera Selatan 52 titik, Kalimantan Barat 782 titik, Kalimantan Tengah 544 titik dan Kalimantan Selatan 66 titik.

Sementara, pada Senin (9/9/2019), BMKG Pekanbaru mencatat ada 289 titik panas di Riau dengan total titik panas yang terdeteksi di wilayah Sumatera sebanyak 1.278 titik.

Untuk di Riau, ada empat wilayah yan dilanda kabut asap, yakni Kota Pekanbaru, dengan jarak pandang 2 kilometer.

Kemudian, Kabupaten Pelalawan jarak pandang 3 kilometer, Kota Dumai 3 Kilometer dan Indragiri Hulu (Inhu) 3 kilometer.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika)

Jangan lupa subscribe official Youtube channel TribunnewsWiki di TribunnewsWiki Official



Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer