Peristiwa G30S, Jenderal Ahmad Yani Ditembak dan Diseret, Sempat Terlibat Perdebatan Sengit

Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenderal Ahmad Yani

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tragedi nasional yang tidak terlupakan oleh bangsa Indonesia ialah Gerakan 30 September (G30S).

Dalam peristiwa tersebut, sejumlah petinggi TNI menjadi korban penganiayaan.

Mereka gugur dalam peristiwa tersebut dan mendapatkan penghormatan sebagai Pahlawan Revolusi.

Baca: Kisah dari Penangkapan Orang PKI, Soeharto Murka dan Arahkan Revolver ke Muka Jenderal TNI

Jenderal TNI Ahmad Yani sempat berdebat sengit saat rumahnya dikepung tentara anggota gerakan G30S.

Namun, perdebatan itu justru membuat sang jenderal bersimbah darah karena ditembak oleh para tentara tersebut.

Dilansir dari Sosok.grid.id dalam artikel 'Kala Anak Ahmad Yani Kisahkan Detik-detik Mendebarkan G30S, Irawan Sura Eddy: Pak Bangun Pak, Ada Tjakrabirawa Mencari Bapak', tragedi ini terjadi di Jalan Lembang, Jakarta pada Jumat (1/10/1965).

Rumah yang ditinggali oleh Panglima Angkatan Darat kala itu, Letnan Jenderal Ahmad Yani menjadi saksi bisu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Putra Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy yang saat itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia sendirian kemudian bergegas mencari ibunya.

Namun, sang ibunda tidak ada karena sedang berada di rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.

Kemudian ia membangunkan Mbok Mirah, pembantu di rumah Ahmad Yani kala itu untuk menemaninya duduk di ruang belakang.

Eddy menunggu sang ibu pulang ke rumah agar bisa melanjutkan tidur malamnya.

Detik selanjutnya, terdengar suara gaduh dari tempat penjagaan rumah dinas Panglima Angkatan Darat tersebut.

Heningnya malam itu terpecah oleh kegaduhan tersebut oleh kedatangan sepasukan tentara tak dikenal dengan cepat masuk ke halaman rumah.

Baca: Alasan Kenapa Kita Seharusnya Pakai Istilah ‘G30S’, Bukan ‘G30S/PKI’

Dalam buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966", menuliskan bagaimana tentara yang berseragam Cakrabirawa dengan senjata lengkap tersebut datang ke rumah sang Jenderal.

Tentara yang dipimpin Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad segera masuk ke dalam rumah melalui belakang.

Pintu belakang rumah sengaja tak dikunci sebab Nyoya Yayu Rullah Ahmad Yani belum pulang kerumah.

Sepasukan tentara tersebut segera bergerak mengepung rumah dari segala penjuru.

Anggota tentara tersebut kemudian bertemu dengan Eddy dan Mbok Milah yang sedang duduk di ruang belakang dan tak jauh dari pintu belakang rumah.

Tentara tersebut bertanya keberadaan Ahmad Yani.

"Bapak masih tidur", jawab Mbok Milah, dikutip dari buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".

Dengan mengatasnamakan perintah presiden Soekarno untuk segera menjemput Ahmad Yani, mereka meminta agar sang jenderal segera dibangunkan.

Pembantu rumah tangga tersebut terdiam dan tak beranjak dari tempat duduknya.

Tentara-tentara itupun meminta Eddy untuk membangunkan sang ayah yang masih terlelap dalam tidurnya.

Dengan menggoyangkan kaki ayahnya tersebut bocah laki-laki itu membangunkan ayahnya sembari berkata, "Pak bangun pak. Ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke Istana".

Baca: Cerita Putri Jenderal Achmad Yani Usai Trauma G30S, Gagal Nyalon Bupati Purworejo, Uang Habis

Ahmad Yani membuka mata secara perlahan dan bertanya ada apa tentara datang pagi-pagi dan menganggu istirahatnya.

Kemudian, Ahmad Yani melihat melalui jendela kaca yang menghubungkan ruang makan dengan ruang belakang.

Ternyata pasukan tersebut telah masuk kedalam rumah dan siap siaga membawa senjata yang mereka genggam.

Eddy dengan perasaan takut langsung berlari ke ruang belakang dan berdiri didekat kolam ikan.

Dari tempat ini ia bisa mendengar jelas percakapan antara Jenderal dengan prajurit-prajurit tersebut.

Panglima Angkatan Darat itupun mendekati tentara-tentara yang telah memenuhi rumahnya.

Perdebatan sengit pun terjadi hingga kemarahan Ahmad Yani terdengar oleh Eddy.

Beberapa saat kemudian tembakan pun terdengar, membuat Sang Jenderal tersungkur di lantai ruang makan kediamannya tersebut.

Sontak saudara-saudara Eddy terbangun dan keluar ke ruang makan, mereka melihat ayahnya diseret dan bersimpah darah.

Salah satu tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk ke kamar masing-masing.

Mereka diancam akan ditembak apabila tidak menuruti perintah tentara tersebut.

Kemudian dini hari pukul 04.00 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya.

Peran Ahmad Yani pada Peristiwa G30S

Ahmad Yani adalah orang yang sangat anti-komunis dan waspada pada perkembangan PKI yang sangat pesat pada waktu itu.

Kebencian Ahmad Yani kepada PKI semakin bertambah ketika PKI memberikan dukungan untuk membentuk angkatan kelima.

Angkatan kelima adalah angkatan setelah tiga angkatan TNI dan polisi yaitu mempersenjatai buruh dan tani.

Bersama dengan Nasution, Ahmad Yani terus menunda ketika Soekarnoa memerintahkan mereka untuk membuat rencana angkatan kelima pada 31 Mei 1965.

Pada malam hari 30 September 1965, Ahmad Yani menemui beberapa tokoh.

Salah satunya adalah Jenderal Basuki Rahmat yang merupakan komandan divisi di Provinsi Jawa Timur.

Jenderal Basuki rahmat mengungkapkan laporan dan keprihatinan akan adanya peningkatan aktivitas kaum komunis di Jawa Timur.

Kemudian Ahmad Yani meminta agar Jenderal Basuki Rahmat menemani dirinya di pertemuan esok hari untuk membahas hal tersebut dengan Presiden Soekarno.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika) (SURYA.CO.ID/Putra Dewangga Candra Seta)

Jangan lupa subscribe official Youtube channel TribunnewsWiki di TribunnewsWiki Official



Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer