Tidak sendiri, Destria tinggal di ruang guru sekolah tempatnya bekerja bersama istrinya, Iis Isnayanti (40) dan seorang anak mereka yang mendekati usia tujuh tahun.
Dikutip dari Kompas.com, Destria dan istrinya ditemui tengah membereskan ruangan guru di SDN III Karawang Wetan.
Meja-meja mereka rapatkan demi menyisakan ruang untuk tidur.
Sedangkan buah hati mereka tengah menonton film kartun kesayangannya.
“Kalau tidur begini saja, tidak pakai kasur,” ujar Destria sembari menggelar seprei dan merapikan bantal untuk tidur pada Jumat (6/9/2019) malam.
Baca: Cara-cara agar Kegiatan Belajar di Kelas Tidak Membosankan
Diketahui, Destria sudah bekerja sebagai penjaga sekolah di SDN III Karawang Wetan sejak 2004 silam.
Saat itu ia memberanikan diri mengutarakan niat menjadi penjaga sekolah.
Sebab ia tak punya pilihan setelah kontrak bekerja di sebuah pabrik di Karawang berakhir.
“Saya tidak malu, karena saya punya anak istri yang harus dinafkahi. Sementara mencari pekerjaan itu gak gampang,” kata Destria seperti dilansir Kompas.com.
Saat itu, Destria tinggal di rumah dinas kepala sekolah, dimana ayahnya lah yang menjabat saat itu.
Namun setelah ayahnya pensiun dan rumah itu dibuat ruang kelas, Destria terpaksa tinggal di gudang sekolah, bersama kursi rusak, tangga, dan barang-barang lain.
Di sekolah itu ada rumah penjaga, tetapi saat itu dihuni seorang PNS.
Sementara honor sebagai penjaga sekolah saat itu hanya Rp 150.000, tak cukup untuk mengontrak rumah sekaligus memenuhi kehidupan sehari-hari.
“Karena kondisinya tidak layak, seperti banyak nyamuk, banyak tikus, kami meminta izin untuk bermalam di ruang guru. Rumah penjaga sekolah juga saat ini rusak, tidak bisa ditinggali,” kata Destria.
Baca: Kemenkeu Sebut Gaji ke-13 PNS Tahun Depan Kemungkinan akan Lebih Besar
Destria dan sang istri hampir setiap jam belajar selesai harus segera merapikan ruang guru.
Setiap pagi, sekitar pukul 04.00 WIB, mereka harus sudah bangun dan merapikan kembali ruangan itu karena akan dipakai oleh para guru saat jam belajar dimulai.
Sementara barang-barang seperti baju dan alas tidur dibawa ke warung tempat sang istri berjualan.
“Jam 04.00 WIB mulai beres-beres, buang sampah, dan membersihkan sekolah,” katanya.
Beruntung, ada beberapa pihak yang kerap mengulurkan tangan saat honornya belum turun, misalnya untuk membayar sekolah.
Apalagi, honor penjaga sekolah hanya Rp 500.000 dan biasanya cair setiap tiga bulan sekali.
Untuk membantu keuangan keluarga, istrinya berjualan di sekolah itu.
“Saya juga mungut botol plastik bekas untuk tambah-tambah,” katanya.
Meski demikian, mereka tetap bersyukur dan tidak mengeluh.
“Alhamdulillah, Allah sayang sama kita, diberi kesehatan,” ucap Iis, istri Destria.
Baca: Tanggapan Susy Susanti soal Ditiadakannya Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis PB Djarum
Mereka berharap supaya rumah penjaga sekolah segera diperbaiki agar tidak perlu lagi tinggal di ruang guru.
“Kami berharap rumah penjaga sekolah diperbaiki,” kata Destria.
Ia juga berharap pemerintah lebih memperhatikan para penjaga sekolah.
Pasalnya, mereka juga berkontribusi dalam menjaga kebersihan, keindahan, dan keamanan sekolah.
“Harapannya, para penjaga sekolah lebih diperhatikan pemerintah,” katanya.