Kabupaten Banyuwangi

Penulis: Indah Puspitawati
Editor: Fathul Amanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kabupaten Banyuwangi


Daftar Isi


  • Profil


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 5.782,50 km2.

Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72%, persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44%, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%, permukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04%, dan sisanya dipergunakan untuk jalan, ladang dan lain-lain.

Letak Kabupaten Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya pada 7° 43’ — 8° 46’ Lintang Selatan dan 113° 53’ — 114° 38’ Bujur Timur.

Wilayah daratan terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan.

Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan sedangkan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. 

Batas-batas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

  • Sebelah Utara adalah Kabupaten Situbondo,
  • Sebelah Timur adalah Selat Bali,
  • Sebelah Selatan adalah Samudera Indonesia dan
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. (1)

Kabupaten Banyuwangi terdiri atas 25 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 189 desa, 87 Lingkungan dan 751 Dusun, 2,839 Rukun Warga (RW) dan 10,569 Rukun Tetangga (RT).

Daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi adalah Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorjo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin serta kecamatan baru yakni Kecamatan Blimbingsari.

Pada 2018, penduduk Kabupaten Banyuwangi sebanyak 1,735,845 jiwa, terdiri dari 864,124 jiwa perempuan dan 871,721 jiwa laki-laki, dengan sex ratio 100.9%. (2)

Kantor Bupati Banyuwangi (situsbudaya.id)

  • Sejarah


Merujuk data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan, tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua yang patut diangkat sebagai Hari Jadi Banyuwangi.

Sebelum peristiwa puncak Perang Puputan Bayu tersebut sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahului.

Yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger (putra Wong Agung Wilis) ke benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768.

Namun sayang, peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap tanggalnya.

Selain itu, Banyuwangi kalah total sedang pihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun.

Pada peristiwa ini, Pangeran Puger gugur sedangkan Wong Agung Wilis setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke Pulau Banda.

Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak lepas dengan kejayaan Blambangan.

Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan.

Pada 1743, Jawa bagian Timur (termasuk Blambangan) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC.

VOC kemudian merasa Blambangan sudah menjadi miliknya.

Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan.

Puputan Bayu sebagai cikal bakal kabupaten Banyuwangi (banyuwangikab.go.id)

Bahkan ketika Danuningrat meminta bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan.

Barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi (yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), VOC langsung bergerak untuk merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan.

Secara umum dalam peperangan yang terjadi pada tahun 1767-1772, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan.

Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.

Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat yang kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus terjadinya peperangan dahsyat, Perang Puputan Bayu.

Jika Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767.

Atas alasan tersebut, Perang Puputan Bayu mungkin juga tidak akan terjadi (puncaknya) pada tanggal 18 Desember 1771.

Terdapat hubungan yang erat perang antara Perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat yang bernama Banyuwangi.

Perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi.

Karena itu, ditetapkan bahwa 18 Desember 1771 sebagai Hari Jadi Banyuwangi. (3)

Baca: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional: Puputan Bayu (1771)

Baca: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional : Puputan Jagaraga (1846-1849)

Tempat Wisata Kawah Ijen, Kabupaten Banyuwangi. (JPNN.com)

  • Visi & Misi


Visi :

"Terwujudnya masyarakat Banyuwangi yang mandiri, sejahtera dan berakhlak mulia melalui peningkatan perekonomian dan kualitas sumber daya manusia."

Misi :

  1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif dan transparan.
  2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercapat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
  3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan, dan aspek kelestarian lingkungan.
  4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja.
  5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber daerah, khususnya APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
  6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman dan bertaqwa kehadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa.
  7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal.
  8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
  9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat melalui pembuatan peraturan daerah, penegakan peraturan dan pelaksanaan hukum yang berkeadilan. (4)

  • Lambang


Makna bentuk lambang :

  1. Daun lambang berbentuk perisai
    Di tengah-tengah lambang berdiri tegak lurus garis berwarna putih membelah dasar lambang secara simetris menjadi dua bagian sebelah kiri warna hitam, bagian sebelah kanan warna hijau.
  2. Peta Kabupaten Banyuwangi
    Dengan dibatasi oleh gambar padi berbutir 17 sebelah kanan dan delapan buah kapas sebelah kiri. Selat Bali dan Samudra Indonesia serta Kawah Ijen dilukiskan dengan warna biru.
  3. Di bagian atas tengah
    Yakni di atas Peta Kabupaten Banyuwangi terlukiskan sebuah bintang bersudut lima dengan warna kuning emas melekat pada garis tegak lurus tersebut di atas. Bintang tersebut bersinar lima.
  4. Pita kuning
    Menghiasi bagian bawah dengan berisikan tulisan B A N Y U W A N G I, dengan warna merah.
  5. Pita putih sebagai dasar
    Pada bagian bawah di luar daun lambang dengan berisikan tulisan "SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI", berwarna hitam, yang menyatu garis tepi perisai.
Lambang kabupaten Banyuwangi (banyuwangikab.go.id)

Makna bagian-bagian lambang :

  1. Daun lambang berbentuk perisai
    adalah lambang keamanan dan ketentraman serta kejujuran melambangkan dasar dan keinginan hidup rakyat Kabupaten Banyuwangi.
  2. Bintang dengan warna kuning emas
    adalah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, bersudut lima dan bersinar lima dengan garis tegak berarti berdiri tegak atas dasar Pancasila yang merupakan dasar dan falsafah Negara yang senantiasa dijunjung tinggi serta selalu menyinari jiwa rakyat Kabupaten Banyuwangi. Bintang bersinar lima menyinari Peta Kabupaten Banyuwangi, padi dan kapas.
  3. Padi dan kapas
    lambang sandang pangan yang menjadi kebutuhan pokok rakyat sehari-hari, gambar padi berbutir 17 buah dan kapas delapan buah melambangkan saat-saat kramat bagi Bangsa Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
  4. Peta Kabupaten Banyuwangi
    yang terdapat banyak sungai-sungai dilukiskan warna kuning dan hijau serta di lingkungan Selat Bali dan Samudra Indonesia melambangkan sumber kemakmuran daerah.
  5. Pita tulisan Banyuwangi
    menunjukkan daerah Kabupaten Banyuwangi.
  6. Pita dasar dengan warna putih
    berisikan tulisan SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI menunjukkan makna selalu mengabdi kepada kebenaran demi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. (5)

Bupati Banyuwangi

  1. R. Soegito Noto Soegito (1955-1965)
  2. R. Soegito Noto Soegito (1955-1965)
  3. Djoko Supaat Slamet (1966-1978)
  4. Susilo Suhartono, SH (1978-1983)
  5. S. Djoko Wasito (1983-1988)
  6. Harwin Wasisto (1988-1991)
  7. HH. Turyono Purnomo Sidik (1991-2000)
  8. Ir. H. Samsul Hadi (2000-2005)
  9. Ratna Ani Lestari, SE. MM. (2005-2010)
  10. Abdullah Azwar Anas, M.Si. (2010-2015, 2016-kini) (1)

(TribunnewsWiki/Indah)



Nama Kabupaten Banyuwangi


Provinsi Jawa Timur


Hari Jadi 18 Desember 1771


Luas 5.782,50 km2


Populasi 1,735,845 (per 2018)


Situs Web banyuwangikab.go.id


Sumber :


1. www.banyuwangikab.go.id/profil/gambaranumum.html
2. www.banyuwangikab.go.id/profil/kependudukan-dan-naker.html
3. www.banyuwangikab.go.id/profil/gambaranumum.html
4. www.banyuwangikab.go.id/pemerintahan/visi-dan-misi.html
5. www.banyuwangikab.go.id/pemerintahan/lambang-daerah.html


Penulis: Indah Puspitawati
Editor: Fathul Amanah

Berita Populer