Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Komunitas Arsa Solo merupakan sebuah komunitas yang fokus pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Komunitas Arsa Solo berada di bawah Yayasan CT Arsa Foundation milik seorang pengusaha Chairul Tanjung dan istrinya, Anita Ratnasari.
Yayasan ini dirintis sejak 2004, ketika bencana tsunami melanda Aceh dan mengakibatkan sekitar 200 ribu orang meninggal dunia.
Singkatan nama kedua orang itulah yang kemudian dijadikan nama yayasan tersebut, CT Arsa.
Wilayah kerja Komunitas Arsa Solo meliputi kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah Solo Raya.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Komunitas Arsa Solo ini fokus pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Hal itu diimplementasikan dalam berbagai kegiatan mereka seperti memberikan pendidikan kepada anak-anak di daerah yang kurang terjangkau pendidikan layak serta berbagai sosialisasi di bidang kesehatan.
Selain di Solo, di beberapa daerah lain di Indonesia juga ada komunitas serupa yang berada di bawah Yayasan CT Arsa Foundation.
Baca: Ratu Wilhelmina
Baca: Atlas & Co Kafe
Sejarah
Berbeda dengan induknya, Yayasan CT Arsa Foundation yang sudah mulai dirintis sejak 2004 silam, Komunitas Arsa Solo dapat dibilang masih baru.
Komunitas Arsa Solo baru digagas dan resmi berdiri pada 2017, tepatnya tanggal 27 April.
Saat itu, mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) tengah mengadakan sebuah seminar tentang pendidikan di daerah timur pada akhir 2016.
Winda Hastuti, salah seorang mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut kemudian bertemu dengan founder Komuntas 1000 Guru, Jemi Ngadiono yang saat itu juga bekerja di Yayasan CT Arsa Foundaion.
Dari situlah Jemi Ngadiono kemudian menyarankan Winda menjadi penggerak Komunitas Arsa di Solo.
Baru pada 27 April 2017, didirikanlah Komunitas Arsa Solo dengan jumlah anggota baru tujuh orang dengan Winda Hastuti sebagai regional leader atau ketuanya.
Seiring berjalannya waktu, Komunitas Arsa Solo terus berkembang, pun dengan jumlah anggotanya.
Winda mengatakan, sampai sekarang belum ada sekretariat tetap.
Meski begitu, mereka banyak melakukan kegiatan-kegiatan di Sekolah Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo.
Tujuan
Terkait tujuan serta visi organisasi, Winda mengatakan tujuan yang diusung Komunitas Arsa Solo sama dengan tujuan yang diusung Yayasan CT Arsa Foundation.
Visi mereka adalah memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan yang berkualitas serta optimalisasi kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu.
Selain merupakan singkatan dari nama Anita Ratnasari, Winda juga mengatakan bahwa nama Arsa diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kebahagiaan.
Dari situ mereka berharap untuk bisa berbagi kebahagiaan, pengetahuan, dan budi pekerti kepada sesama.
Sasaran
Anggota Komunitas Arsa Solo lainnya, Imtika Refiani mengatakan bahwa sasaran Komunitas Arsa Solo di antaranya adalah daerah-daerah yang belum mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang layak.
Karena itu, kebanyakan dari kegiatan mereka dilakukan di daerah-derah yang bisa dibilang pelosok.
Meski nama bernama Komunitas Arsa Solo, namun fokus kegiatan mereka justru di daerah-daerah pinggiran seperti Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, bahkan mereka sempat mengadakan kegiatan di daerah Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Sasaran utama mereka adalah anak-anak, biasanya mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Imtika mengatakan, rata-rata dari daerah yang mereka kunjungi untuk kegiatan, fasilitas pendidikan yang ada memang kurang memadai.
“Mereka itu sebenarnya sekolah, tapi mereka tidak tahu sekolah itu untuk apa. Bahkan ada yang putus sekolah,” ujar Imtika kepada TribunnewsWIKI.com, Kamis (29/8/2019)
Kegiatan
Winda Hastuti mengatakan, ada tiga kegiatan pokok yang dimiliki oleh Komunitas Arsa Solo.
Kegiatan pertama adalah SAFE, sebuah kependekan dari Sharing And Fun Educating.
Biasanya mereka menginap selama tiga hari dua malam di sebuah daerah-daerah pinggiran untuk melaksanakan kegiatan ini.
Di dalamnya mereka fokus pada pendidikan luar sekolah seperti mendongeng, menumbuhkan cita-cita anak-anak setempat, penyuluhan sikat gigi, penyuluhan cuci tangan, dan lain sebagainya.
SAFE dilaksanakan dalam periode empat bulan sekali, sampai saat ini, mereka sudah menggelar kegiatan ini sebanyak tiga kali.
Pertama mereka mengadakan di Juwangi, Boyolali, yang kedua di Genukharjo, Wonogiri, dan terakhir di Desa Guyangan, Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Kegiatan utama kedua mereka adalah Aku Sehat.
Jika SAFE lebih fokus pada anak-anak, Aku Sehat menyasar ke masyarakat umum dari segala usia.
“Kami kerja sama dengan PMI dan dokter, di sana ada cek kesehatan gratis, ada donor darah,” ujar Winda Hastuti.
Yang terbaru, kegiatan Aku Sehat keempat dilaksanakan di daerah Sambi, Boyolali pada Mei 2019 silam.
Kegiatan ketiga yaitu Jumat Berkah.
Jumat Berkah merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada hari Jumat secara berkala.
Di dalamnya, mereka membagi-bagikan makanan kepada masyarkaat sekitar seperti petugas kebersihan, tukang becak, dan sebagainya.
Meski begitu, sebenarnya tidak ada jadwal khusus untuk semua kegiatan mereka.
Biasanya kegiatan dilakukan seusai dengan kesiapan dan kebutuhan.
Selain tiga kegiatan utama tadi, Komunitas Arsa Solo juga memiliki kegiatan lain yaitu Arsa Event.
Salah satu kegiatan di Arsa Event ini adalah Ramadhan Bermakna.
Bisanya kegiatan ini dilaksanakan di panti asuhan.
Anggota lain, Duwi Saputro yang juga salah seorang anggota generasi pertama Komunitas Arsa Solo mengatakan bahwa sejauh ini masyarakat memberikan respons cukup baik atas kegiatan-kegiatan mereka di masyarakat.
Duwi menuturkan, masyarakat yang ia temui selama ini memang tengah membutuhkan hal-hal yang bisa menginspirasi anak-anak.
“Soalnya arah pendidikan di desa itu memang belum mengarahkan anak untuk punya tujuan hidup,” ujar Duwi.
Keanggotaan
Keanggotaan Komunitas Arsa Solo terbagi menjadi dua, yakni anggota tetap atau tim inti dan volunteer atau relawan.
Saat ini, tim inti mereka berjumlah 33 orang.
Di dalamnya, mereka terbagi dalam beberapa bagian dengan tugas masing-masing.
Pertama ada regional leader atau ketua, wakil ketua, sekretaris, serta bendahara.
Selain itu, ada juga beberapa divisi di antaranya divisi kreatif, divisi perlengkapan, divisi media dan informasi, divisi logistik, serta divisi hubungan masyarakat atau humas.
Sementara volunteer biasanya direkrut setiap mereka akan mengadakan kegiatan SAFE dan Aku Sehat.
Dalam satu kali kegiatan, biasanya mereka dibantu oleh sikitar 25 orang volunteer atau relawan.
Untuk menjadi anggota tetap maupun volunteer, tidak ada syarat khusus yang harus dipenuhi.
Siapa saja yang sudah berusia 18 tahun ke atas, sehat secara jasmani dan rohani, serta memiliki loyalitas dan komitmen tinggi bisa menjadi anggota tim inti maupun volunteer di Komunitas Arsa Solo.
Kendala
Winda mengatakan bahwa kendala utama yang mereka hadapi selama ini ada pada jarak dan kesibukan yang berbeda antar anggota.
Winda yang kini tengah menempuh pendidikan master Pendidikan Dasar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu mengatakan saat ini banyak anggota mereka yang masih kuliah di kampus yang berbeda-beda.
Karena itu, setiap kali mengadakan pertemuan untuk rapat membahas berbagai kegiatan, hampir selalu ada anggota yang izin.
Mereka juga mengalami kendala saat mencari tempat-tempat yang akan dijadikan tempat mereka melaksanakan kegiatan.
Di samping itu, mereka juga kerap mendapat kendala dari segi perizinan.
Bahkan ada beberapa masyarakat yang kerap curiga dengan tujuan mereka mengadakan kegiatan di tempatnya.
Pendanaan
Ada beberapa sumber pendanaan Komunitas Arsa Solo, pertama adalah iuran dari anggota dan volunteer.
Mereka juga membuka donasi untuk masyarakat umum yang ikut berkontribusi.
Sebenarnya open donasi ini dilakukan oleh Yayasan CT Arsa Foundation di pusat.
Nantinya, ketika akan mengadakan kegiatan, baru Komunitas Arsa Solo mengajukan proposal kepada pihak yayasan.
Komunitas Arsa Solo juga mulai membuka badan usaha untuk menambah pendanaan mereka dengan berjualan merchandise.
Mereka menjual produk-produk seperti gantungan kunci, tumbler, lurik ikat kepala, topi rimba, totebag, sampai kaos.
Sejauh ini, mereka menjual merchandise ini di akun Instagram mereka, @arsa_solo.
Wawancara dengan anggota Komunitas Arsa Solo, Fajar Purnomo, Duwi Saputro, Imtika Refiani, dan Winda Hastuti, di Ndalem Limasan, Laweyan, Surakarta, Kamis (29/8/2019).