Koran Indonesia Raya

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koran Indonesia Raya dalam Koleksi Monuman Pers, Surakarta, Jawa Tengah.


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM -  Koran Indonesia Raya adalah surat kabar nasional yang hidup pada dua periode kepemimpinan, yaitu era Presiden Soekarno dan era Presiden Soeharto.

Koran Indonesia Raya tercatat pernah dibredel oleh pemerintah dalam dua periode karena kegiatan jurnalismenya.

Koran Indonesia Raya juga merupakan salah satu media di Indonesia yang dinilai kritis dalam pelaporan investigasi.

Surat kabar Indonesia Raya juga sempat melakukan penyidikan mengenai kasus korupsi atau tuduhan korupsi oleh pejabat pemerintah atau pengusaha dan menyiarkannya dengan kritis.

Dua periode Harian Indonesia Raya (1949-1958 dan 1968-1974) menurut beberapa sumber merupakan awal penerbitan pers yang mengarahkan liputannya ke dalam bentuk investigasi.

Tribunnewswiki.com berkesempatan untuk melihat koleksi Koran Indonesia Raya di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis, (29//8/2019).

  • Harian Indonesia Raya: Risalah Singkat


Nama Indonesia Raya berasal dari usulan Teuku Sjahril dengan alasan sangat sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.

Usulan tersebut diberikan kepada Mochtar Lubis, seseorang yang pertama kali memiliki gagasan untuk menerbitkan surat kabar ini.

Sebagai surat kabar, Indonesia Raya pertama kali terbit di Jakarta pada 29 Desember 1949, atau dua hari setelah penandatanganan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949.

Pemimpin Redaksi yang pertama adalah Hiswara Darmaputera, sedangkan pemimpin umum dijabat oleh Jullie Effendie.

Namun demikian, baru menjabat setahun Hiswara dan Jullie mengundurkan diri.

Kemudian jabatan Pemimpin Redaksi digantikan oleh Mochtar Lubis sejak Agustus 1950.

Pada masa berdiri, Indonesia Raya banyak menyajikan berita-berita politik, baru kemudian dalam perkembangannya sejak Agustus 1950, harian ini juga menyajikan berita-berita budaya, ekonomi, dan sosial.

Oplah harian Indonesia Raya saat itu mencapai 5000 eksemplar.

Tercatat pada akhir 1958 oplah harian Indonesia Raya mencapai 47.500 eksemplar.

Periode kedua Koran Indonesia Raya ditandai dengan keluarnya Mochtar Lubis dari rumah tahanan.

Selain itu periode Indonesia Raya era Presiden Soeharto ini hadir saat terjadi perdamaian antara Hasjim Mahdan dengan Mochtar Lubis.

Penyajian isi Koran Indonesia Raya periode Soekarno dan Soeharto hampir sama.

Isi dibagi per rubrik yaitu halaman pertama diisi dengan berita-berita utama, baik dalam maupun luar negeri.

Selanjutnya, halaman kedua untuk berita-berita ekonomi, perdagangan, dan berita seputar Ibu kota atau daerah.

Halaman ketiga dipakai untuk tulisan-tulisan opini, editorial, serta pojoknya yang khas yaitu “Mas Kluyur", dan surat pembaca, sementara halaman keempat khusus untuk iklan.

  • Pembredelan Era Presiden Soekarno


Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Koran Indonesia Raya hidup pada tahun 1949-1958.

Surat kabar yang sempat dibredel era Presiden Soekarno adalah Indonesia Raya, Pedoman, Merdeka, dan lain-lain.

Presiden Soekarno pernah mengatakan “Saya dengan tegas menyatakan bahwa dalam suatu revolusi tidak boleh ada kebebasan pers. Hanya pers yang mendukung revolusi yang dibolehkan hidup.”

Pembredalan surat kabar yang dibredel pada masa Presiden Soekarno muncul dari adanya Penetapan Presiden No. 6/1963 pasal 6 yang menerangkan perlunya izin terbit bagi surat kabar harian dan majalah.

Selain itu, untuk percetakan tidak boleh diperbolehkan mencetak jika tidak mendapatkan izin dari pemerintah.

  • Pembredelan Era Presiden Soeharto


Sedangkan pada masa Presiden Soeharto, beberapa surat kabar yang dibredel adalah Indonesia Raya, Tempo, Detik, Harian Rakyat, Jakarta Times, dan lain-lain.

Pembredelan surat kabat pada masa Soeharto dimulai dari adanya Surat Izin Cetak (SIC) yang dikeluarkan oleh Pelaksana Khusus Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan Ketertiban Daerah (Lakus Kopkamtibda) sejak pecahnya gerakan 30 September 1965.

Adanya SIC, Lakus Kopkamtibda mempunyai hak untuk memanggil wartawan yang dinilai mengganggu kemanan karena tulisannya.

Setelah dikeluarkannya SIC, pers pada waktu itu harus melewati dua tahap sebelum diizinkan menyebarkan surat kabarnya.

Mendapatkan bukti SIC terlebih dahulu, kemudian SIT, setelah kedua-duanya didapatkan barulah pers boleh menyebarkan surat kabarnya ke masyarakat.

  • Koleksi di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah


Koleksi Koran Indonesia Raya di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah khususnya adalah koleksi koran Indonesia Raya pada era Presiden Soeharto.

Tribunnewswiki.com mendapat kesempatan untuk mengakses Koran Indonesia Raya di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis, (29/8/2019).

Koleksi surat kabat nasional di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah dapat diakses melalui komputer dengan fitur layar sentuh.

Dalam folder yang berisi ratusan surat kabat, terdapat dua folder surat kabar Koran Indonesia Raya.

Folder pertama berisi koleksi koran Indonesia Raya.

Dalam folder pertama yang bertuliskan "INDONESIA RAYA", terdapat koleksi tahun 1969, 1970, 1972, dan 1974.

Sedangkan dalam folder kedua yang bertuliskan "INDONESIA RAYA (LAMPIRAN)" berisi tentang koleksi majalah mingguan Indonesia Raya.

  • Koleksi di Perpustakaan Nasional, Jakarta


Selain di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah, koleksi Koran Indonesia Raya juga terdapat di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Tribunnewswiki.com melacak koleksi Koran Indonesia Raya di Perpustakaan Nasional melalui situs resminya opac.perpusnas.go.id.

Berdasarkan informasi dari situsnya, terdapat koleksi Koran Indonesia Raya pada tahun 1952-1968.

Koleksi ini bernama "Indonesia raya : dari rakjat, oleh rakjat untuk rakjat 1952-1968" dengan subjek Surat kabar Indonesia dan Masalah sosial - Jakarta - Surat kabar.

Selain itu, juga terdapat koleksi lain dari Indonesia Raya yaitu "Masa & dunia : madjalah minggu lampiran Indonesia Raya" terbitan tahun 1957 dan 1958 dengan subjek Surat kabar Indonesia 

--

Narasumber:

1. Bambang, Petugas Koleksi Surat Kabar di Monumen Pers, Surakarta, Jawa Tengah

2. Drs. Susanto, M.Hum, Dosen Jurusan Sejarah, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) (Wawancara sedang akan dilakukan pada 30/8/2019)

--

Sumber:

Ignatius Haryanto, Indonesia Raya Dibredel, (Yogyakarta: LKiS, 2006)

--

Tribunnewswiki.com terbuka dengan data baru dan usulan perubahan untuk memperkaya informasi

--

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Informasi Detail


Nama Indonesia Raya


Terbitan Pertama 29 Desember 1949


Periode Presiden Soekarno 1949-1958


Periode Presiden Soeharto 1968-1974


Sumber :




Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer