Konsep atau gagasan itu terdapat dalam sebuah dokumen berjudul “Gagasan Rencana dan Kriteria Desain Ibu Kota Negara” yang berlogo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Seperti yang sudah santer dibicarakan sebelumnya, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memilih Kalimantan sebagai lokasi ibu kota negara baru menggantikan DKI Jakarta.
Kendati demikian, sampai sekarang pemerintah masih merahasiakan lokasi dan provinsi yang dipilih secara spesifik.
Dikutip dari Kompas.com, Rabu (21/8/2019), ibu kota baru dalam gagasan tersebut mengusung visi sebagai katalis peningkatan peradaban manusia Indonesia.
Baca: Mie Ayam Adik Dewi, KUA Laweyan
Baca: Pemeran Hawkeye di Avengers Meminta Sony Kembalikan Spider-Man Diproduksi Marvel Lagi
Ketika dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja membenarkan bahwa dokumen tersebut berasal dari pihaknya.
Meski begitu, ia mengatakan bahwa dokumen yang beredar tersebut baru sebatas gagasan.
“Masih konsep desain,” ujar Endra seperti ditulis Kompas, Rabu (21/8/2019).
Kembali ke gagasan wajah ibu kota baru, setidaknya ada tiga pendekatan yang dijabarkan dari visi yang ada.
Pertama adalah mencerminkan identitas bangsa yang diterjemahkan dalam urban design secara filosofis dari pilar-pilar kebangsaan di antaranya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, serta UUD 1945.
Identitas bangsa akan tergambar melalui desain morfologi dan fungsi-fungsi kota.
Kemudian, ruang-ruang bagi aktivitas masyarakat yang mendorong prinsip gotong royong dan fungsi-fungsi serta wadah yang melestarikan sejarah dan budaya bangsa.
Sebagai visualisasi ide tersebut, maka akan dibangun sebuah lapangan lengkap dengan Monumen Pancasila di tengahnya.
Lapangan tersebut akan dibangun di kawasan inti pemerintahan yang berbentuk lingkaran dan di bagian tengah terdapat bintang dan sebuah menara tinggi.
Pendekatan kedua yaitu mewujudkan keberlanjutan sosial-ekonomi-lingkungan.
Sebagai outcome dari integrasi ketiga aspek tersebut, pembangunan yang dilakukan akan meminimalkan intervensi terhadap alam.
Di samping itu, ada juga lima pemikiran lain, di antaranya mengintegrasikan ruang-ruang hijau dan biru, mempertahankan keberadaan hutan Kalimantan (city in the forest), memperbanyak ruang publik, serta mengadopsi new urbanism dan green building/infrastructure.
Kemudian yang terakhir adalah kualitas ruang yang mendorong kreativitas dan produktivitas masyarakat.
Visualisasi gagasan tersebut adalah dengan menghadirkan integrasi ruang hijau dan biru di mana geometri kawasan disesuaikan berdasarkan kearifan lokal.
Ada juga ruang terbuka publik yang dapat diakses oleh seluruh kalangan.