Mereka menggunakan air asin untuk mandi, mencuci pakaian, dan lain sebagainya.
Kondisi tersebut telah berlangsung selama bertahun tahun.
Dikutip dari Kompas.com, dua warga sedang mengisi air parit ke dalam jirigen di Desa Matang Jurong, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (21/8/2019).
“Terpaksa ambil air di sini. Ini lebih jernih, walau tetap asin. Kalau ambil dari air sumur, itu kuning harus disaring,” kata Muhammad, seorang warga yang sedang mengambil air.
Baca: Protes Keras Menteri Susi Ketika Sri Mulyani Disuguhi Air Mineral Botol Plastik
Baca: Tips Turunkan Berat Badan bagi Ibu yang Baru Melahirkan: Banyak Minum Air Putih dan Rajin Olahraga
Baca: BMKG: Peringatan Dini Gelombang Tinggi Perairan Indonesia hingga 4 Meter Berlaku 13-14 Agustus 2019
Usai pulang dari tambak, tugasnya mengambil air untuk kebutuhan cuci, mandi dan toilet.
Sedangkan untuk minum, terpaksa membeli air isi ulang seharga Rp 4 ribu per jirigen.
“Kapan kami tak konsumsi air asin lagi Sudah berpuluh-puluh tahun negeri ini merdeka, soal air bersih, kami tidak ada yang berubah. Selalu gunakan air asin,” kata Muhammad.
Hal serupa juga dikatakan Kepala Desa Jurong, Basri, mengaku tidak tersedianya air tawar dan air bersih tersebut terjadi sejak puluhan tahun lalu.
Desa Jurong tersebut di kelilingi tambah ikan, dan berada di pesisir pantai.
Baca: Konser di Aceh Dibubarkan Akibat Dianggap Rusak Kearifan Lokal, Base Jam Menolak Kapok
Baca: Mi Aceh
Baca: FILM - Tanah Air Beta
“Sejak desa ini ada, kondisi air bersih sudah begitu. Repot memang. Terus kami mau bagaimana lagi,” katanya.
Warga telah berkali-kali mencoba menggali sumur, namun bukan air tawar yang didapati, melainkan air asin.
Sekretaris Desa Matang Jurong, Hamdani, menyebutkan jika musim tanam tiba, mereka dapat berkah dari air irigasi.
Sumber air dari sungai di Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara.
“Di musim tanam kita merasa merdeka, karena air irigasi tawar dan bisa diambil. Setelah musim tanam selesai, maka air asin menjadi utama lagi untuk mandi dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Hanya masak dan minum saja beli,” katanya.
Baca: Situasi Mulai Kondusif, Polisi Amankan 20 Demonstran di Timika
Baca: Ibu Muda di Jakarta Konsumsi Obat Kedaluwarsa Saat Hamil, Tuntut Puskesmas, Begini Kondisi Janinnya
Baca: Konsep Desain Ibu Kota Baru di Kalimantan Sudah Beredar, Intip Seperti Apa Penampakannya
Persoalan air bersih menjadi kendala utama bagi 83 kepala keluarga atau 300 jiwa di desa itu.
Desa tersebut pun telah membangun pipa air bersih, namun airnya belum tersedia.
“Kami harap air bersih saja dibantu. Janganlah hingga Indonesia merdeka ratusan tahun nanti kami masih gunakan air asin,” kata Basri.
Sekretaris Dinas Cipta Karya, Aceh Utara, Razali mengaku pipa air bersih desa itu memang sudah selesai dikerjakan.
Tetapi operasional pipa tersebut di bawah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mon Pase.
“Kami hanya bangun pipanya saja. Kalau operasional dan distribusi air bersihnya itu kewenangan PDAM,” Terang Razali yang dihubungi secara terpisah.
Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Mon Pase, Zainuddin Rasyid, dihubungi per telepon mengalihkan panggilan masuk. Pesang singkat yang dikirimkan juga belum dijawab hingga berita ini ditayangkan.
Baca: Tolak Revisi UU Ketenagakerjaan, Buruh Batam Gelar Demonstrasi
Baca: Alasan Harus Rutin Bersihkan Kulkas, Lengkap dengan Tips Cara Membersihkannya yang Benar
Jangan lupa subscribe Youtube channel TRIBUNNEWSWIKI di TribunnewsWIKI Official