Kehebohan aksi massa yang di Manokwari yang memblokade jalan raya hingga merobohkan papan reklame bahkan membakar kantor DPRD Papua Barat menjadi perhatian banyak orang.
Kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019) tersebut adalah akibat dari dugaan persekusi dan aksi rasisme terhadap mahasiswa Papua di di Surabaya dan Malang.
Baca: Kemkominfo Benarkan Pemerintah Batasi Internet di Papua, Cegah Tersebarnya Hoaks Aksi di Manokwari
Baca: 90 Persen Lapas Hangus Dilalap Api, Massa Pendemo Papua Serang Polsek dan Lapas di Sorong
Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo selaku Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri mengungkapkan, salah satu penyebab unjuk rasa berujung kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019) akibat terprovokasi konten negatif di media sosial.
Dilansir oleh Kompas.com, Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa di media sosial banyak beredar konten negatif terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
"Mereka boleh dikatakan cukup terprovokasi dengan konten yang disebarkan oleh akun di medsos terkait peristiwa di Surabaya," ujar Dedi Prasetyo saat menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, dikutip TribunnewsWiki dari Tribunnews.com, Senin (19/8/2019).
Konten negatif yang telah tersebar di media sosial tersebut membangun opini adanya penangkapan mahasiswa Papua adalah bentuk diskriminasi dan rasisme.
Dedi Prasetyo telah memastikan penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya itu sudah selesai secara hukum.
Awalnya, polisi menerima laporan mengenai perusakan bendera merah putih di asrama mahasiswa Papua.
Lalu polisi pun memeriksa beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama namun karena tidak menemukan unsur pidana, kepolisian pun melepaskan mereka kembali.
Baca: Gubernur Jawa Timur Akan Membuat Rilis Permohonan Maaf Kepada Mahasiswa dan Masyarakat Papua
Baca: Demo di Manokwari Berakhir Rusuh, Diskriminasi dan Rasialisme Pada Warga Papua Dinilai Jadi Pemicu
"Peristiwa Surabaya sendiri sudah cukup kondusif dan berhasil diredam dengan baik. Tapi karena hal tersebut disebarkan oleh akun yang tidak bertanggungjawab, membakar atau mengagitasi mereka dan dianggap narasi tersebut adalah diskriminasi," jelas Dedi Prasetyo.
Kepolisian pun berharap warga Papua, baik yang ada di Pulau Papua maupun di penjuru Indonesia dapat menahan diri dan tidak terprovokasi.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi di Papua, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pada rakyat Papua agar saling memaafkan.
Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui jika ada ketersinggungan satu sama lain yang melatar belakangi kasus kerusuhan di Papua ini.
Menurut Jokowi, sebagai saudara sebangsa dan setanah air, lebih baik jika saling memaafkan satu sama lain.
Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan di tanah Papua dan Papua Barat.
"Teruntuk saudara-saudaraku, Pace, Mace, mamak-mamak di Papua, di Papua Barat.
Saya tahu ada ketersinggungan. Oleh sebab itu, sebagai saudara sebangsa dan setanah air yang paling baik adalah saling memaafkan. Emosi itu boleh, tetapi memaafkan itu lebih baik. Sabar itu juga lebih baik.
Dan yakinlah bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan saudara-saudaraku, Pace, Mace, mamak-mamak yang ada di Papua dan di Papua Barat.
Terima kasih." tulis Jokowi dalam akun Instagram-nya, @jokowi dikutip TribunnewsWiki dari Tribunnews.com, Senin (19/8/2019).