Dikabarkan kerusuhan ini merupakan buntut dari aksi warga unjuk rasa perihal insiden kekerasan dan pengusiran mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya beberapa waktu yang lalu.
Karena kerusuhan ini membuat aktivitas nasyarakat serta arus lalu lintas lumpuh.
Baca: Protes Keras Menteri Susi Ketika Sri Mulyani Disuguhi Air Mineral Botol Plastik
Baca: Gubernur Jawa Timur Akan Membuat Rilis Permohonan Maaf Kepada Mahasiswa dan Masyarakat Papua
Berikut ini tim Tribunnewswiki himpun fakta-fakta terkait kerusuhan di Manokwari dikutip dari Kompas.com dan Tribun Jatim.
Simak selengkapnya di sini!
1. Kronologi kejadian
Aksi warga memblokade jalan dengan ranting pohon serta membakar ban bekas.
Jalan-jalan yang diblokade yaitu Jalan Yos Sudarso, Jalan Trikora Wosi dan Jalan Manunggal Amban.
Hal ini pun membuat aktivitas warga terganggu membuat sejumlah toko dan bank tutup.
Wakil Gubernur Papua Barat, Mohammad Lakotani pun menjelaskan bahwa kerusuhan ini membuat aktivitas ekonomi dan sosial di Manokwari lumpuh.
“Jadi kejadian pagi hari ini merupakan suatu spontanitas yang dilakukan oleh masyarakat, kemudian ada beberapa teman-teman mahasiswa. Namun demikian, Kapolda bersama seluruh jajaran termasuk Kapolres sudah berkomunikasi dengan para tokoh kemudian koordinator lapangan untuk teman-teman mahasiswa dan masalah tempat yang akan menyampaikan aspirasinya terkait menyangkut masalah betul ada peristiwa atau insiden yang ada di Surabaya.” Ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Dikutip dari Kompas.com, dalam kerusuhan itu massa bahkan membakar gedung DPRD Papua Barat.
Terlihat api bercampur kepulan asap menyelimuti gedung wakil rakyat tersebut.
Akibat pembakaran tersebut, sejumlah ruas jalan pun ditutup.
Tak hanya itu, massa juga membawa senjata tajam dan spanduk sebagai bentuk protesnya.
Massa yang membawa senjata tajam itu kemudian menebang pohon untuk memblokade jalan.
Ada juga massa yang melempar pecahan botol dan merobohkan papan reklame serta tiang lampu lalu lintas di pinggir Jalan Yos Sudarso.
Akibat kerusuhan ini, tiga personel kepolisian mengalami luka-luka.
"Dari aparat kepolisian, ada tiga orang korban. Satu luka Karo Ops (Polda Papua Barat Kombes Pol Moch Sagi), kemudian dua anggota," ujar Brigjen Dedi Prasetyo.
Ketiga polisi tersebut mengalami luka karena lemparan batu dari arah kerumuanan massa pengunjuk rasa.
Meski terluka, ketiga polisi ini sudah dapat kembali beraktivitas setelah dirawat.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyampaikan permintaan maafnya kepada warga Papua melalui sambungan telepon dengan Gubernur Papua.
Diketahui, Khofifah telah menghubungi Gubernur Papua untuk minta maaf terkait kejadian di Surabaya dan Malang, Jawa Timur yang memicu kerusuhan di Manokwari.
"Kami telepon Gubernur Papua, mohon maaf. Sama sekali itu bukan suara Jatim. Harus bedakan letupan bersifat personal dengan apa yang menjadi komiten Jatim," kata Khofifah dalam jumpa pers bersama Kapolri Jenderal TNI Tito Karnavian sebagaimana ditayangkan di Kompas TV, Senin.
Mohammad Lakotani juga menyampaikan aspirasi dari para pendemo yang meminta Gubernur Jawa Timur untuk memfasilitasi tuntutan para pendemo.
Para pendemo tersebut menuntut adanya permintaan maaf terhadap perlakuan mahasiswa Papua dari sejumlah oknum di Jawa Timur yang dianggap rasis.
"Setelah pertemuan itu saya sudah mengomunikasikan apa yag menjadi tuntutan para pendemo dengan Ibu Gubernur Jawa Timur, dan meminta Ibu Gubernur untuk menindaklanjuti sejumlah tuntutan itu," kata Lakotani.
"Pada prinsipnya Ibu Gubernur setuju, yang penting bagaimana situasinya bisa dikendalikan," lanjut Lakotani.
5. Wali Kota Malang minta maaf
Tak hanya Gubernur Jawa Timur, Wali Kota Malang, Sutiaji juga turut meminta maaf kepada seluru warga Papua terkait persekusi terhadap Aliansi Mahasiswa Papua (AMP).
Dikutip dari Tribun Jatim, Terungkap penyebab kerusuhan saat demonstrasi AMP adalah karena warga Malang melakukan penghadangan.
Saat itu, massa aksi AMP berniat long march menuju Balai Kota Malang namun dihadang oleh sekumpulan warga hingga terjadilah saling lempar batu.
"Kemarin ada insiden kecil antara warga Papua dan masyarakat. Saya mohon maaf sebesar-besarnya, itu diluar sepengetahuan kami," tutur Sutiaji, Senin (19/8/2019).
Sutiaji juga menyayangkan tindakan warganya yang menghadang massa aksi AMP tersebut.
Menurutnya, hal itutidak semestinya dilakukan, sebab menyampaikan pendapat di ruang piblik adalah hak segala bangsa dan dilindungi Undang-Undang.
"Seharusnya biarkan saja mereka jalan ke Balai Kota dan menyampaikan pendapat. Apakah itu makar atau tidak, itu bukan ranah masyarakat dan kami untuk menentukan," katanya.
Baca: FILM - Crazy, Stupid, Love (2011)
Baca: Ramalan Zodiak Besok Selasa 20 Agustus 2019, Leo Dapat Tekanan Tinggi, Pisces Tampak Emosional
Sutiaji menjamin tidak ada opsi pemulangan terhadap mahasiswa Papua yang sedang menempuh pendidikan di Malang. Selain itu, ia juga berjanji tindakan persekusi tidak kembali terjadi.
"Tidak pernah ada opsi pemulangan. Jangankan warga Papua, warga negara mana saja berhak mencari ilmu di Kota Malang. Kota ini sangat terbuka bagi siapapun," tutupnya kepada Tribun Jatim.