Meski dalam uji coba tahap awal tanaman Bajakah dapat menghilangkan sel-sel kanker pada tikus, namun pengujian itu dinilai belum cukup untuk membuktikan bahwa tanaman Bajakah bisa menyembuhkan penyakit kanker.
Dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/8/2019), Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru Sudoyo mengatakan bahwa uji coba pada tikus dan manusia memiliki perbedaan.
Karena itu, untuk digunakan pada manusia, maka tanaman Bajakah juga harus diujikan kepada manusia juga.
Lebih lanjut, Prof Aru juga menambahkan bahwa obat yang dipastikan bisa menyembuhkan kanker pada manusia harus berhasil melewati beberapa fase uji klinis terhadap manusia terlebih dahulu.
Dilansir oleh situs resmi Cancer Research UK, ada lima fase uji klinis obat untuk kanker pada manusia.
Baca: Fakta Bajakah, Obat Kanker Temuan Siswa SMA Palangkaraya, Lokasi Tak Diungkap hingga Dianggap Mistis
Baca: Hasil Penelitian Tanaman Bajakah Buat Peneliti Terperangah
Pada fase 0, uji coba dilakukan pada sekelompok kecil partisipan yang biasanya berjumlah antara 10 sampai 20 orang dengan banyak tipe kanker.
Tes ini berfungsi untuk mengujikan calon obat dalam dosis rendah untuk mengetahui apakah calon obat tersebut berbahaya atau tidak.
Pada fase 0, penelitian tidak perlu dilakukan secara acak.
Setelah berhasil melalui fase 0, calon obat kemudian harus melalui fase 1.
Pada fase 1, jumlah orang yang dijadikan sampel tes juga masih dalam kategori kecil, sekitar 20 sampai 50 orang dengan banyak tipe kanker.
Fase ini bertujuan untuk menemukan efek samping dan bagaimana obat bereaksi di dalam tubuh orang-orang yang diuji.
Sama halnya dengan fase 0, para partisipan dalam uji klinis fase 1 tidak perlu dikelompokkan secara acak.
Jumlah partisipan dalam fase 2 termasuk ke dalam kategori sedang dengan melibatkan puluhan orang atau bahkan lebih dari 100 orang.
Biasanya, uji klinis pada fase 2 dilakukan untuk satu atau dua tipe kanker, meski tidak menutup kemungkinan lebih dari itu.
Tujuan fase 2 ini untuk menemukan efek samping dan seberapa efektif terapi bekerja.
Berbeda dengan fase 0 dan fase 1, pada fase 2 pengujian biasanya dilakukan secara acak.