Sebelumnya, dua siswi SMAN 2 Palangkaraya berhasil meraih medali emas kejuaraan sains dunia berkat karya tulis ilmiahnya tentang manfaat tanaman Bajakah sebagai obat kanker.
Kepala Laboratorium Bio Kimia dan Molekuler dari Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM), Eko Suhartono memiliki cerita tersendiri ketika meneliti kandungan tanaman Bajakah.
Dikutip dari Kompas.com Rabu (14/8/2019), Eko merupakan peneliti dan analis yang terjun langsung melakukan penelitian terhadap kayu Bajakah.
Saat ditawari untuk meneliti tanaman Bajakah, Eko langsung menunjukkan ketertarikannya.
Hal tersebut karena menurutnya baru pertama kali itu tanaman Bajakah diteliti secara ilmiah.
“Secara ilmiah baru pertama kali dilakukan penelitian terhadap kayu ini. Kami justru enggak tahu ada kayu ini, yang tahu orang Dayak Kalteng,” ujar Eko saat dihubungi, Selasa (13/8/2019).
Baca: Tanaman Bajakah
Baca: Jadikan Tanaman Bajakah Obat Kanker, Dua Siswi SMAN Palangkaraya Raih Medali Emas di Korea
Eko mengungkapkan bahwa penelitian terhadap kayu Bajakah dilakukan secara kuantitatif.
Pada tahap awal penelitian, setelah diketahui kandungan di dalam kayu Bajakah, Eko kemudian terperangah.
Eko tidak menyangka bahwa ada banyak kandungan senyawa antioksidan pada kayu Bajakah yang dapat berfungsi untuk melawan sel kanker.
“Hasil penelitian di lab, yang jelas Bajakah ini memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai anti kanker,” lanjut Eko.
Penasaran dengan temuannya itu, Eko kemudian melakukan tahap berikutnya.
Eko menyuntikkan sel kanker pada mencit atau tikus putih.
Eko kemudian menunggu beberapa lama sampai muncul benjolan-benjolan pada tubuh tikus tersebut.
Banyaknya benjolan pada tubuh tikus menandakan bahwa dia telah terpapar sel kanker.
Saat itulah Eko menyuntikkan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kayu Bajakah pada tikus tadi.
Hasilnya, Eko kembali terperangah ketika setelah beberapa pekan, benjolan-benjolan pada tikus mulai berkurang dan mengecil bahkan setelah tiga bulan hilang sama sekali.
“Sebulan dua bulan, mencit yang benjolannya berkurang dibedah lagi kemudian dilihat lagi, dan ternyata di bulan ketiga benjolan malah hilang sama sekali,” ucapnya.
Hilangnya benjolan-benjolan tersebut menunjukkan bahwa tikus sudah sembuh dari kanker.
Kendati demikian, Eko mengatakan bahwa penelitian tersebut baru merupakan tahap awal dan belum pernah diujicobakan kepada manusia.