Karena komunikasi membuat setiap orang dapat mengutarakan permasalahan, ide maupun perasaannya kepada orang lain.
Sehingga orang lain dapat membantu mengatasi hal tersebut dan saling berbagi solusi.
Namun tidak jarang pula komunikasi hanya bersifat basa-basi kemudian berujung membicarakan orang lain alias gosip.
Baca: Tes Kepribadian - Gambar yang Kamu Lihat Pertama Kali akan Ungkap Karaktermu!
Dikutip Tribunnewswiki dari Health.com, sebuah fakta diungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science.
Penelitian tersebut menemukan bahwa pada umumnya setiap orang menghabiskan waktu 52 menit per hari untuk bergosip.
Definisi mendasar dari gosip adalah dua orang atau lebih membicarakan orang lain yang tidak ada ketika pembicaraan tersebut terjadi.
Gosip tidak selalu diawali dengan "kamu tau gak kalau si A.." kemudian dilanjutkan dengan bisik-bisik yang bersifat fitnah atau mempermalukan orang yang digosipkan.
Berbagi informasi dengan teman lain tentang pernikahan si bos minggu depan yang mewah, atau ada teman yang akan melahirkan anak pertama juga termasuk gosip, meskipun secara keseluruhan pembicaraan tersebut bersifat memuji atau kagum.
Gosip memang memiliki kesan negatif karena sering digunakan untuk menjatuhkan orang lain yang dianggap 'tidak lazim daripada yang lainnya', namun bukan berarti gosip tidak memiliki manfaat yang positif.
Professor psikologi dan ilmu saraf Duke University, Mark Leary PhD, mengungkapkan bahwa gosip merupakan cara manusia untuk bertahan hidup.
Hal tersebut dikarenakan insting dasar manusia adalah makluk sosial dan saling mengandalkan satu sama lain.
"Karena (mahkluk sosial) itulah, manusia perlu mengetahui informasi sebanyak mungkin dari orang-orang di sekitar mereka, untuk mengetahui mana yang bisa dipercaya atau tidak, siapa yang melanggar nilai dan norma, siapa berteman dengan siapa, bagaimana kepribadian seseorang dari sudut pandang orang lain, dan sebagainya," ungkap Mark Leary kepada Health.com.
Selain itu gosip juga dapat memberikan informasi mengenai seseorang dari cara manusia menyampaikan informasi mengenai orang lain.
"Kita dapat mempelajari sikap seseorang dengan memperhatikan apa dan siapa yang menjadi obyek pembicaraan mereka. Meskipun kita tidak memberi tanggapan pada gosip tersebut, kita dapat melihat kepribadian si penggosip misalnya apakah mereka dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia, dan sebagainya," jelas Mark Leary.
Penelitian lain pada 2014 juga mengungkap bergosip dapat meningkatkan ikatan sosial, dan kerja sama antar manusia.
Selain itu gosip juga dapat digunakan menjadi alat kontrol sosial karena dapat mencegah seseorang berbuat egois.
Bahkan gosip dapat memperbaiki perilaku orang yang dianggap negatif dalam kelompok masyarakat agar selaras dengan nilai dan norma dalam masyarakat tersebut.
Mark Leary menyetujui jika gosip dapat menjadi pemersatu sekaligus alat pemecah belah masyarakat.
Namun berbagi informasi antarmanusia juga penting dilakukan.
"Bergosip memiliki konsekuensi negatif baik bagi target gosip maupun penggosip. Selain itu penerima gosip masih dapat memberikan penilaian apakah obyek gosip atau penggosip dapat dipercaya, bahkan masih banyak masyarakat yang tidak terlalu peduli dengan gosip-gosip yang beredar," kata Mark Leary.