Latar Belakang
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Puputan Bayu adalah perlawanan melawan penjajah di Blambangan pada 18 Desember 1771 yang menjadi cikal bakal kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan data sejarah, sejak tahun 1655 hingga 1767, VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan.
Blambangan kemudian diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC pada 1743 atas perjanjian sepihak.
Pada 1766, Kerajaan Mengwi (Bali) menyatakan kepemilikan atas Blambangan dan mengizinkan Inggris masuk ke Blambangan
Inggris yang memulai hubungan dagang dengan Blambangan mendorong VOC untuk merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan.
Peperangan tercetus dan berlangsung selama 5 tahun pada 1767-1772.
VOC mengirimkan ekspedisi militer besar-besaran di bawah pimpinan Erdwijn Blanke terdiri atas 335 serdadu Eropa, 3000 laskar Madura dan Pasuruan, 25 kapal besar dan sejumlah yang kecil lainnya. (1)
Kronologi
Ekpedisi militer Belanda di Blambangan resmi dimulai pada 27 Februari 1767.
Benteng pertahanan di Panarukan didirikan dan pasukan VOC mulai bergerak di bawah komando Letnan Erdwijn Blanke.
Rakyat yang merasa terancam mulai melakukan perlawanan yang dipimpin Pangeran Puger.
Pangeran Puger adalah putra Wong Agung Wilis, penguasa Blambangan saat itu.
Namun sayangnya, perlawanan rakyat Blambangan berhasil ditepis oleh VOC yang mulai merebut satu demi satu wilayah di Blambangan.
Wilis ikut merencanakan peperangan pada 1767 dengan siasat pertempuran yaitu membagi wilayah menjadi dua bagian.
Dua wilayah itu dipimpin oleh Pangeran Jagapati dan dirinya.
Wilis yang memiliki pengaruh besar, telah mendapat dukungan kekuatan dari Kerajaan Mengwi, orang-orang Madura, Bugis, dan kaum pedagang Cina berhasil mengungguli Belanda.
Sayangnya, pada 1768, Wilis tertangkap dan diasingkan ke Banda, Maluku.
Sepeninggal Wilis, Pangeran Jagapati melanjutkan tombak peperangan dengan melakukan perang puputan atau pertempuran habis-habisan.
Mereka memilih mengorbankan nyawa dibanding harus hidup dan menyerah pada VOC.
Puncak peperangan terjadi pada 18 Desember 1771.
Ribuan prajurit Blambangan mendatangi medan perang dengan membawa apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata.
Lebih dari 60 ribu orang gugur, sementara VOC mengalami kerugian setelah mengerahkan 10 ribu prajurit dengan alat-alat berat dan 8 ton emas untuk biaya peperangan. (2)
Dampak
Setelah terjadi puputan Bayu, jumlah penduduk Blambangan menjadi hampir habis.
Pihak VOC kemudian mendatangkan tenaga kerja dari luar Blambangan untuk mengolah tanah-tanah pertanian yang kosong.
Oleh karena hal itu, sebagian besar penduduk Blambangan terdiri atas etnis Madura setelah perang.
Masyarakat Belambangan yang dikenal memiliki jiwa pemberontakan melawan dominasi kekuasaan Kolonial Belanda, sempat berpindah-pindah pusat kekuasaan.
Bermula di Bayu, Macan Putih, Ulu Pampang Muncar, Rogojampi Lateng dan terakhir kembali lagi ke Bayu.
Kemudian, didirikan monumen yang diberi nama Tetenger Perang Puputan Bayu di pinggir jalan Desan Bayu. (3)