Latar Belakang
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perjanjian Roem Roijen atau biasa dikenal Perjanjian Roem Royen merupakan perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan pada 14 April 1949 dan berakhir dengan ditanda tangani pada 7 Mei 1949.
Perjanjian yang dilaksanakan di Hotel Des Indes, Jakarta ini dilatarbelakangi adanya Agresi Militer II yang menyerang Yogyakarta dan juga menahan beberapa pemimpin RI.
Di dalam agresinya, Belanda membuat sebuah propaganda jika TNI sudah hancur dan dikalahkan oleh Belanda.
Adanya propaganda ini menimbulkan kecaman dari berbagai pihak.
Mulai dari masyarakat Indonesia dan dari dunia internasional, satu di antaranya adalah Amerika.
Baca: 17 AGUSTUS - Seri Tempat Bersejarah : Istana Kepresidenan Yogyakarta (Gedung Agung)
Baca: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional : VOC
Situasi yang semakin memanas, menyebabkan PBB melalui komisi khusus untuk Indonesia (UNCI) diberikan tugas agar dapat menjadi penengah antara Indonesia dan Belanda.
Perjanjian Roem Royen merupakan perundingan yang cukup alot karena perundingan ini tidak pernah memberikan kepuasan yang cukup antara kedua belah pihak.
Kehadiran Sri Sultan Hamengkubuwono IX begitu penting untuk Indonesia karena pernyataannya yang sangat menguatkan Indonesia.
Saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengatakan 'Jogjakarta is de Republiek Indonesie' (Yogyakarta adalah Republik Indonesia). (1)
Isi Perjanjian
Pihak Indonesia dan Belanda yang bersedia bertemu ketika perundingan memberikan sinyal dan harapan baru.
Hal ini tidak lepas dari peran komisi PBB untuk Indonesia (United Nations Commission for Indonesia).
Terjadi perundingan yang alot antara Indonesia dan Belanda, hingga pada 7 Mei 1948 terjadi kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB pada 28 Januari 1949 yang kemudian disetujui pada 23 Maret 1949.
1. Dikeluarkannya perintah penghentian perang gerilya.
2. Dikembalikannya pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.
3. Angkatan bersenjata milik Belanda harus menghentikan dan menarik operasi militer dan membebaskan semua tahanan politik yang menjadi tahanan Belanda.
4. Belanda harus menyerahkan kedaulatan RI secara utuh serta tanpa syarat.
5. Belanda memberi hak, kekuasaan maupun kewajiban kepada pihak Indonesia dan kedua belah pihak saling bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian serta menjaga keamanan dan ketertiban.
6. Belanda ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang memiliki tujuan supaya mempercepat penyerahan kedaulatan pada Republik Indonesia Serikat secara lengkap dan tidak bersyarat.
1. Pihak Belanda menyetujui untuk memberikan pemerintah Republik Indonesia kebebasan dalam melakukan kewajibannya dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.
2. Pihak Belanda memberikan kebebasan tak bersyarat kepada para pemimpin Republik Indonesia dan tahanan politik lainnya yang telah ditawan sejak 19 Desember 1948.
3. Pihak Belanda menyetujui bahwa Republik Indonesia akan jadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
4. Setelah pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, Konferensi Meja Bundar (KMB) akan segera diadakan secepatnya di Den Haag.
1. Seluruh angkatan militer Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya.
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri KMB (Konfrensi Meja Bundar).
3. Pemerintahan RI harus segara dikembalikan ke Yogyakarta.
4. Seluruh militer bersenjata milik Belanda juga akan menghentikan seluruh operasi militer dan membebaskan semua tahanan politik.
5. Kedaulatan RI akan diserahkan secara utuh tanpa adanya syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948.
6. Akan didirikan sebuah persekutuan antara Belanda dan Indonesia (RIS) dengan dasar sukarela dan persamaan hak.
7. Semua hak, kewajiban serta kekuasaan yangmenjadi milik Indonesia akan diserahkan oleh pihak Hindia Belanda.
Kemudian pada 22 Juni 1949 akan diadakan perundingan segitiga di bawah pengawasan PBB dan dipimpin oleh Christchley.
Perundingan segitiga dihadiri oleh Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) dan Belanda.
1. Belanda melakukan pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada 4 Juni 1949.
2. Perintah untuk menghentikan gerilya akan diumumkan setelah pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada 1 Juli 1949.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan segera dilaksanakan di Den Haag.
Kemudian Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berada di Sumatra memberikan perintah kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan yang berada di tangan Belanda di Yogyakarta.
Namun, pihak TNI menyambutnya denngan kecurigaan.
Tidak semua pihak TNI pada saat itu menguntungkan Indonesia, ada pihak TNI yang justru merugikan Indonesia.
Kemudian panglima Tentara dan Teritorium Jawa Kolonel A. H. Nasution memerintahkan komandan lapangan sehingga dapat membedakan mana genjatan senjata untuk kepentingan politik maupun kepetningan militer.(2)
Tokoh
Perjanjian Roem Royen diambil dari kedua tokoh yakni pihak Indonesia Mohammad Roem dan Belanda Dr.J.H Van Royen.
Tokoh yang terlibat diperjanjian Roem Royen dari Indonesia antara lain Ali Sastroamijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, Latuharhary dan Sultan Hamengkubuwono IX.
Tokoh dari Belanda yang dikirimkan antara lain Blom, Jacob, dr. Gede, dr. Van, Dr. Koets, Dr. Gieben dan Van Hoogstratendan.
Kemudian PBB memngirimkan wakilnya yakni Merle Cochran dari Amerika Serikat sebagai ketua, Critchley dari Australia serta Harremans yang berasal dari Belgia. (3)
Dampak
Perjanjian Roem Royen memberikan dampak yang berarti buat Indonesia.
Satu di antaranya adalah pembebasan tahanan politik sehingga Soekarno Hatta kembali ke Yogyakarta setelah ditahan oleh Belanda.
Yogyakarta juga menjadi ibukota sementara dari indonesia.
Penyerahan mandat dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) kembali kepada Ir. Soekarno.
Namun terjadi genjatan senjata antara Belanda dan Indonesia.
Kemudian perundingan Roem Royen berujung kepada Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda yang akhirnya menyelesaikan masalah antara Belanda dan Indonesia. (4)