17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Harun Bin Said

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PAHLAWAN NASIONAL - Harun Bin Said


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Lahir dengan nama Tahir, Harun Bin Said dilahirkan di Bawean, Gresik, Jawa Timur.

Tidak ada riwayat pasti mengenai hari kelahiran Harun Bin Said.

Dalam riwayat pekerjaan Harun Bin Said, ia tercatat lahir pada 14 April 1937.

Tapi berdasarkan uraian perjalan hidupnya yang sudah mengenal era penjajahan Jepang, Harun Bin Said lahir sekitar tahun 1939, seperti yang disampaikan ibunya.

Harun Bin Said lahir dari pasangan Mahdar, dan Aswiyani.

Harun bin Said kecil dikenal bandel.

Pendidikan dasarnya hanya mencapai kelas 3 saja.

Kala itu, Harun Bin Said juga dikenal kerap membolos.

Meski demikian Harun Bin Said dikenal tidak pernah melawan orang tuanya.

Seperti orang Bawean pada umumnya, Harun Bin Said merupakan muslim yang taat terhadap agama.

Mahdar, ayahnya, meninggal di Ujung Padang saat dikirim sebagai pekerja romusha.

Sejak saat itu, Aswiyani hijrah ke Jakarta bersama dengan harun Bin Said dan adiknya, Nawawi.

Suatu masa, Harun Bin Said ikut berlayar hingga ke Singapura.

Di sana, Harun Bin Said diangkat anak oleh Haji Said, dan kemudian diberi nama Harun.

Sejak saat inilah ia lebih dikenal sebagai Harun Bin Said daripada Tahir.

Setelah menetap selama 5 tahun di Singapura, Tahir kembali ke Jakarta dengan tetap menggunakan nama Harun Bin Said.

Kala itu ia sudah berubah, bukan lagi Harun Bin Said yang nakal dan bandel.

Harun Bin Said  menjadi rajin mengikuti kursus bahasa Inggris dan China.

Kemudian Harun Bin Said juga lulus SMP dan kemudian melanjutkan ke SMA.

Sayang, pendidikan menengah atasnya tidak sampai tamat.

Selanjutnya, Harun Bin Said mengikuti kursus Mualim Pelayaran Terbatas (MPT).

Kursus tersebut juga tidak diselesaikan karena Harun Bin Said lebih tertarik dengan KKO Angkatan Laut.

Kala itu Harun Bin Said diterima sebagai sukarelawan ketika ada konfrontasi dengan Malaysia.

Dalam tugas inilah Harun Bin Said bertemu dengan Djanatin, alias Usman. (1)

PAHLAWAN NASIONAL Harun Bin Said (pahlawancenter.com)

Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Bernard Wilhelm Lapian

  • Perjuangan


Harun Bin Said dan Usman sudah disiapkan sebagai relawan konfrontasi Malaysia, memenuhi Dwikora yang dicangangkan Presiden Soekarno.

Berikut adalah bunyi Dwikora:

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia

2. Bantu perjuangan rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

Kala itu, pembentukan negara Malaysia baru dalam proses pertumbuhan yang ditentang oleh sebagian dari rakyatnya sendiri.

Sebagian rakyat Brunei memberontak pada 8 Desember 1962.

Tujuan pemberontakan tersebut adalah membentuk negara Kalimantan Utara, dengan daerah meliputi bekas jajahan Inggris di Kalimantan Utara.

Sementara itu, Malaysia sendiri masih bernama Persekutuan Tanah Melayu, di bawah pimpinan Perdana Menteri Teungku Abdurakhman.

Federasi atau persekutuan tersebut meliputi daerah Malaya, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menjalin kerja sama bidang politik dan ekonomi.

Selain itu, pembentukan Federasi juga dimungkinkan sebagai upaya membendung arus Komunisme.

Menanggapi federasi ini, dunia internasional terbagi menjadi dua suara.

Amerika, Inggris, PBB, India, Jepang, dan RPA (Mesir), menyetujui pembentukan Federasi Malaysia.

Sementara itu, Irak, RRC, Burma, Korea, Vietnam Utara, tidak menyetujui rencana tersebut.

Baik kelompok yang setuju atau yang tidak, semuanya memiliki alasan yang berbeda-beda.

Sementara itu, Indonesia pada mulanya menyetuji pembentukan Federasi Malaysia, jika itu memang dikehendaki rakyat dan tidak membahayakan Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, Indonesia menentang pembentukan negara Federasi Malaysia.

Rencana tersebut dianggap sebagai proyek neo kolonialisme Inggris dan dinilai membahayakan bagi Indonesia.

Sebaliknya, Indonesia justru mendukung pemberontakan rakyat di Brunei yang berencana membentuk Negara Kalimantan Utara.

Bahkan Indonesia memberikan dukungan dan akan memberikan bantuan di segala bidang.

Atas dasar inilah Indonesia menyerukan konfrontasi dengan Malaysia, yang kemudian melahirkan Dwikora.

Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dengan memanggil sukarelawan dari berbagai bagian ABRI.

Kopral Usman dan Prako II Harun Bin Said dimasukkan dalam tim Brahmana I, di bawah pimpinan Kapten KKO Paulus Subekti.

Tugas ini mengacu pada surat perintah KKO tanggal 27 Agustus 1964.

Kala itu, Kapten KKO Paulus Subekti sedang menyamar sebagai Letnan Kolonel KKO dan merangkap menjadi Komandan Basia X yang berpangkalan di Pulau Sambu, Riau.

Setelah beberapa waktu, Usman, Harun, dan Gani Bin Arup, mendapatkan perintah untuk menyusup ke daratan Singapura, bertugas mengadakan sabotase.

Pada 8 Maret 1965, mereka berangkat dengan membawa 12,5 kg bahan peledak.

Menjelang pagi, 9 Maret 1965 mereka sampai di daratan Singapura.

Setelah sampai di Singapura, mereka berpisah untuk melakukan orientasi.

Ketika berkumpul kembali pada malam harinya, disimpulkan bahwa penjagaan objek militer sangat ketat.

Oleh karena itu, mereka menetapkan untuk menentukan objek non militer.

Namun dipertimbangkan kejadian tersebut akan membuat masyarakat panik dan menimbulkan kesan negara tidak dapat menjamin keamanan masyarakat.

Sasaran yang ditetapkan adalah Hotel Mr Mc Donald House, di Orchard Road.

Keesokan harinya, terjadilah ledakan di hotel tersebut akibat bahan peledak yang sudah disiapkan malam harinya.

Pada hari yang sama, mereka berkumpul dan memutuskan kembali ke pangkalan.

Usman bersama Harun, dan Gani memisahkan diri.

Usman dan Harun berhasil ke pelabuhan Singapura dan menyamar sebagai pelayan dapur.

Pada 12 Maret 1965, penyamaran tersebut diketahui dan mereka diusir dari kapal.

Pada 13 Maret 1965, Usman dan Harun merebut motor boat yang dikemudikan oleh seseorang.

Naas, di tengah perjalanan motor boat tersebut macet.

Di waktu yang sama, anggota patroli Singapura menemukan dan menangkap mereka pada pukul 09.00.

Mereka ditahan selama 6 bulan, menunggu waktu untuk diadili. (1)

Pahlawan Nasional - Harun Bin Said (kemendikbud.go.id)

Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Kasman Singodimedjo

Baca: PAHLAWAN NASIONAL- Bagindo Azizchan

  • Meninggal


Melalui berbagai proses hukum yang panjang, Usman dan Harun tetap dijatuhi hukuman dieksekusi mati pada 17 Oktober 1968, pukul 06.00 waktu setempat.

Sebenarnya, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya hukum.

Bahkan hingga meminta grasi Presiden Singapura, Yusuf Bin Ishak.

Namun berbagai upaya tersebut tidak berhasil, dan keduanya tetap dieksekusi.

Harun bin Said menulis kepada keluarganya, berbunyi:

”Bersama ini adindamu menyampaikan berita yang sangat mengharukan seisi kaum keluarga di sana itu ialah pada 14-10-1968 jam 10.00 pagi waktu Singapora rayuan adinda tetap akan menerima hukuman gantung sampai mati.”

Dokter penjara Changi yang menyaksikan pelaksanaan hukuman gantung keduanya mengatakan:

”…. kedua mereka sewaktu menghadapi tiang gantungan membuktikan ketangguhan mental mereka. Sedikit pun tidak tampak gentar. Mereka dengan tenang menuju ke tiang gantungan. Mengagumkan sekali akan ketinggian moril kedua prajurit itu.”

Setelah dilangsungkan eksekusi, dari Jakarta dikirimkan sebuah pesawat terbang khusus untuk menjemput jenazah Usman dan Harun.

Pesawat udara itu meninggalkan Pangkalan Udara Changi pukul 14.45.

Turut di dalam pesawat itu, Brigjen Cokropranolo dan Kuasa Indonesia Kolonel A Rakhman Ramli.

Di lapangan terbang Kemayoran jenazah Usman dan Harun disambut dengan upacara militer.

Malam harinya, dua jenazah disemayamkan di Aula Staf Hankam dan keesokan harinya dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Atas jasanya, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan sebagai berikut.

1. Djanatin bin H. Moh. Said alias Usman menjadi Sersan Anumerta KKO AL.

2. Harun bin Said alias Tahir naik menjadi Kopral Anumerta KKO AL.

Dengan SK Presiden No. 50/TK/Tahun 1968 tertanggal 17 Oktober 1968 mereka berdua memperoleh gelar Pahlawan. (1)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)



Nama Harun Bin Said Alias Tahir


Lahir Bawean, Gresik, 14 April 1937


Dikenal Sebagai PAHLAWAN NASIONAL


Ayah Mahdar


Ibu Aswiyani


Wafat Singapura, 17 Oktober 1968


Sumber :


1. pahlawancenter.com


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer