Sekolah Akshar, di Dispur, Negara Bagian Assam, India menjadikan sampah plastik sebagai syarat pengganti biaya sekolah.
Dikutip dari Kompas dan AFP, Minggu (4/8/2019), setiap pekannya sebanyak 110 siswa di sekolah itu harus membawa 20 item sampah plastik yang dikumpulkan dari rumah atau area di sekitar mereka.
Proyek sekolah itu didirikan oleh sepasang suami istri, Mazin Mukhtar dan Parmita Sarma.
Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Radin Inten II
Baca: FILM - 47 Meters Down: Uncaged (2019)
Parmita Sarma mengungkapkan bahwa sampah plastik sudah sangat merajalela di Assam, karena itu ia dan suaminya terpikir untuk menjadikan sampah plastik sebagai pengganti biaya sekolah.
Sebelum menggunakan sampah plastik sebagai biaya sekolah, sekolah itu pada awalnya gratis sampai penghujung tahun lalu.
Kebijakan penggunaan sampah plastik sebagai pengganti biaya sekolah akhirnya diterapkan setelah mendapat persetujuan dari orangtua siswa.
“Kami memberi tahu (orangtua) untuk mengirim plastik ke sekolah sebagai biaya jika ingin anak-anak belajar di sini secara gratis,” ujar Mukhtar.
Selain itu, pihak orangtua juga harus membuat perjanjian untuk tidak membakar sampah plastik.
Saat ini, para siswa sudah mulai meminta sampah plastik dari rumah ke rumah sekaligus untuk meningkatkan kesadaran di daerah-daerah.
Sebuah organisasi non-pemerintahan setempat, Environ, mengungkapkan bahwa Dispur saat ini menghasilkan sampah 37 ton sampah setiap harinya, meningkat tujuh kali lipat selama 14 tahun terakhir.
“Sebelumnya, kami dulu membakar plastik dan kami tidak tahu gas itu berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan kami,” kata Menu Bora, salah seorang orangtua murid.
“Kami juga membuang sampah di lingkungan. Tapi itu tidak akan pernah terjadi lagi. Ini adalah langkah bagus yang diprakarsai oleh sekolah,” lanjutnya.
Baca: FILM - Ghost of Mars (2001)
Baca: Dibintangi Jason Statham, Berikut Sinopsis Film Ghost of Mars Tayang Malam Ini di Bioskop TransTV
Sampah plastik yang dikumpulkan dari para siswa, selanjutnya dimanfaatkan oleh sekolah untuk membuat batu bata ramah lingkungan yang juga melibatkan siswa mereka.
Caranya para siswa memasukkan kantong plastik ke dalam botol plastik untuk membuat batu bata ramah lingkungan.
Batu bata ramah lingkungan itu kemudian digunakan untuk membuat bangunan gedung sekolah, bangunan toilet, atau bangunan lainnya.
Tidak gratis, para siswa juga dibayar untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Hal itu sesuai dengan tujuan lain sekolah, yaitu mengeluarkan anak-anak dari pekerjaan di tambang batu setempat.
Sebagian besar siswa yang bersekolah di Sekolah Akshar berasal dari kalangan kurang mampu.
Namun berkat proyek ini, para orangtua bisa menyekolahkan kembali anak-anaknya yang sempat putus sekolah dan bekerja di pertambangan batu setempat.